Cina Kembangkan Rudal Hanud dengan Jangkauan 2.000 Km, Targetkan Pembom Strategis dan AWACS

Northwestern Polytechnical University (NPU) yang berlokasi Xi’an, Provinsi Shaanxi, telah dikenal sebagai salah satu universitas teknik terkemuka di Cina, terutama dalam bidang kedirgantaraan, teknik mesin, dan teknik material. Setelah sebelumnya meluncurkan drone “Loyal Wingman” LJ-1 dari pembom strategis Xian H-6K, kini para peneliti dari NPU kembali membuat gebrakan, yakni dengan mengembangkan rudal antipesawat atau rudal hanud (pertahanan udara) dengan jangkuan yang tidak lazim, yakni 2.000 km.

Baca juga: Pembom Strategis Cina Xian H-6K Luncurkan Drone “Loyal Wingman” LJ-1

Dikutip South China Morning Post, pada tanggal 28 Maret 2024, NPU mengumumkan pengembangan rudal antipesawat berpemandu yang mampu mengenai sasaran udara yang jaraknya lebih dari dua ribu kilometer. Rudal yang belum mendapat label nama tersebut, disebut punya panjang 8 meter dan berat 2,5 ton, dan dapat diluncurkan dari platform mobile.

Rudal rancangan NPU digadang untuk menargetkan sasaran strategis, seperti pesawat intai peringatan dini (airborne early warning and control) dan pembom jarak jauh. Yang bisa dipersepsikan, bahwa rudal ini diciptakan untuk menargetkan aset kekuatan udara Amerika Serikat. Pengembangan rudal ini tak pelak menandai kemajuan signifikan melebihi kemampuan dan spesifikasi dari rudak hanud jarak jauh yang ada di pasaran, yang umumnya memiliki jangkauan hanya beberapa ratus kilometer.

Sebagai perbandingan, sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumf buatan Rusia yang juga dimiliki Cina, memiliki kemampuan jangkauan maksimum sekitar 400 kilometer (rudal 40N6). Namun, jangkauan efektifnya tergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi cuaca, topografi, dan jenis target yang dihadapi. Dalam kondisi ideal, S-400 dapat menjangkau target hingga sekitar 600 kilometer.

Rudal 40N6 memiliki kemampuan menghancurkan target yang bergerak dengan kecepatan hingga 4.800 meter per detik dan dapat mencapai ketinggian hingga 185 kilometer. Rudal ini dilengkapi dengan sistem panduan aktif dan pasif, yang memungkinkannya untuk secara efektif menyerang target di udara.

Kabarnya, desain rudal hanud super ini terinspirasi oleh kendaraan hipersonik Feitian-1, yang dipamerkan sebelum uji peluncurannya berhasil pada tahun 2022.

Awalnya, para peneliti NPU mendapat tantangan untuk menciptakan rudal hanud jarak jauh, dengan ketentuan panjangnya tidak lebih dari 10 meter, dan berat harus kurang dari 4 ton. Dan dari hasil rancangan, peneliti dari NPU berhasil menciptakan desain rudal yang panjangnya 8 meter dan berat 2,5 ton, plus diklaim rudal ini lebih hemat biaya untuk memproduksinya.

Sejauh ini belum ada infiormasi tentang kecepatan luncur dari rudal hanud ‘ajaib’ ini. Para peneliti dari NPU mengatakan akan mengandalkan koneksi satelit untuk mengatasi tantangan dalam penetapan target jarak jauh. Sejauh ini satelit dipercaya sebagai solusi utama dalam penggunaan senjata jarak jauh.

Pihak NPU menyebut rudal dengan jarak luncur 2.000 km ini akan beroperasi dalam dua tahap (two stage). Pertama adalah penggunaan motor roket padat pada tahap peluncuran vertikal. Kedua adalah penggunaan mesin ramjet yang mendorong rudal melewati lapisan atas atmosfer. Navigasi dan koreksi lintasan rudal akan dicapai melalui navigasi satelit, dengan panduan dan koreksi real-time dari data satelit hingga sensornya yang diaktifkan pada pendekatan terakhir, dan meledakkan muatannya ketika mencapai jangkauan penghancuran efektif.

Untuk menunjang hal di atas, Cina telah membangun jaringan pengawasan satelit global, menjadikan teknologi stealth akan menjadi usang dan memungkinkan pelacakan pesawat seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II dapat dilakukan secara real-time. Satelit-satelit ini adalah bagian dari kemampuan anti-akses/penolakan wilayah Cina, yang bertujuan untuk mengelola potensi konflik di titik-titik panas seperti Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan. (Gilang Perdana)

Akhir Tahun Ini, Rudal Hanud Jarak Jauh Siper Perkuat Komando Pertahanan Udara Turki

6 Comments