Sebagai salah satu unit elite TNI AD, pasukan Raider sejak lima tahun silam telah mendapatkan standar senapan serbu yang khas. Hal tersebut dibuktikan dengan diadopsinya Pindad SS-1 R5 yang dirancang untuk Batalyon Raider. Dan, seiring modernisasi persenjataan perorangan, pasukan Raider kini mendapatkan senapan jenis baru, masih dipasokan oleh PT Pindad, senjata tersebut adalah SS-2V5 A1. (more…)
Untuk kesekian kali, label Toyota Hilux ikut berkibar dalam jagad rantis (kendaraan taktis) produksi dalam negeri, persisnya beberapa hari lalu saat Menteri Pertahanan RI Prabowo mencoba rantis baru produksi PT Pindad, Maung 4×4, yang disebut menggunakan mesin dari Toyota Hilux. Berbeda dengan rantis berpenggerak 4×4 produksi PT Pindad sebelumnya, seperti Komodo, Maung 4×4 nantinya selain disasar untuk kebutuhan militer, juga akan dipasarkan dalamm varian sipil, yang artinya dapat dibeli masyarakat umum. (more…)
Pertama kali diperlihatkan ke publik pada Indo Defence 2008, meriam howitzer ME-105 yang dirilis PT Pindad langsung membetot perhatian publik. Betapa tidak, inilah sosok meriam tarik pertama yang wujudnya secara nyata berhasil dibuat oleh perusahaan dalam negeri. Saat itu, Indonesia sudah berhasil memproduksi kapal patroli cepat, pesawat intai, panser sampai senapan serbu, namun ironisnya, lini persenjataan artileri seperti seolah terlupakan, terlepas dari upaya produksi munisi yang telah dilakukan oleh PT Pindad selama ini. (more…)
Seolah mengikuti jejak perusahaan ternama seperti Airbus dan Israel Aerospace Industries (IAI) yang telah memproduksi ventilator atau alat bantu pernafasan, maka BUMN yang biasanya memproduksi alutsista, yaitu PT Pindad, baru-baru ini menyatakan telah sukses memproduksi ventilator dan berencana melepas ke pasar setelah melalui uji sertifikasi dan uji klinis. (more…)
Berdasarkan keterangan Kepala Pengembangan Produk PT Pindad Windu Paramarta di media, disebutkan bahwa kini hanya ada dua perusahaan yang lolos dalam tahapan lanjutan program pengadaan kendaraan tempur lapis baja (tank) untuk AD Filipina, yaitu PT Pindad dari Indonesia dan Doosan DST dari Korea Selatan. (more…)
Meski belakangan lebih kondang namanya sebagai manufaktur panser, medium tank dan rantis lapis baja. Namun tak bisa dipungkiri, nama PT Pindad lebih dulu dikenal sebagai manufaktur senjata perorangan dan munisi. Dan bila melihat beragam operasi keamanan yang digelar TNI dan Polri, bisa dibayangkan betapa banyak munisi yang dibutuhkan, belum lagi munisi dalam jumlah yang memadai juga diperlukan dalam menunjang latihan di setiap satuan. (more…)
Kilas balik ke pertengahan 2016, PT Pindad saat itu merilis Submachine Gun (SMG) PM-3. Senjata untuk pertempuran jarak dekat atau CQB (Close Quarter Battle) ini hadir dengan meneruskan ‘tradisi’ senapan serbu SS-1, setidaknya terlihat desain popor lipat dan gagang (handgrip) kentara rancangan SS-1. Dari beberapa aspek, PM-3 yang sekilas mirip Heckler & Koch MP5 terasa kurang ergonomis untuk digunakann pasukan khusus. (more…)
Meski tidak identik, namun akuisisi alutsista, khususnya matra darat antara Filipina dan Indonesia ada sedikit kesamaan, yaitu dihadirkan terlebih dahulu, misalnya untuk kebutuhan defile atau perayaan hari besar, termasuk disini men-cat dengan warna standar, bahkan sampai diberi label nama bernuansa lokal. Meski tak ada jaminan pasti akan diakuisisi, tapi kebanyakan yang lolos tahapan ‘defile’ akhirnya akan diakuisi alias dibeli. (more…)
Dari ajang Defense and Security (D&S) 2019 di Bangkok, ada kabar bahwa PT Pindad telah menandatangani letter of intent (LoI) dengan perusahaan Belgia John Cockerill Defense untuk penyediaan 18 pucuk meriam Cockerill 3105 untuk nantinya diintegrasikan ke medium tank Harimau. (more…)