Korea Selatan Melunak, Terima Permintaan ‘Diskon’ Pembayaran Angsuran KF-21 Boramae yang Diusulkan Indonesia
|Meski bukan berarti pasrah, sikap Korea Selatan sepertinya mulai melunak atas kesulitan yang dialami Indonesia terkait pembayaran angsuran biaya pengembangan jet tempur KF-21 Boramae. Seperti diberitakan sebelumya, Indonesia mengusulkan pemotongan pembayaran jet tempur hingga sepertiganya.Persisnya Indonesia telah mengusulkan pengurangan kontribusi yang dijanjikan terhadap proyek pengembangan jet tempur KF-21 sekitar dua pertiganya.
Dikutup The Korea Economic Daily – .kedglobal.com (8/5/2024), disebut Seoul berencana menerima permintaan Indonesia untuk memotong bagian pembayaran proyek pengembangan jet tempur bersama, setelah Jakarta berulang kali mengingkari janjinya untuk membayar penuh.
DAPA (Defense Acquisition Program Administration), badan pengadaan senjata di bawah Kementerian Pertahanan Korea Selatab, pada hari Rabu mengkonfirmasi bahwa Indonesia baru-baru ini mengusulkan pemotongan pembayaran untuk proyek KF-21. Indonesia mengatakan akan menerima lebih sedikit transfer teknologi dari Korea sebagai bagian dari langkahnya untuk mengurangi kontribusi keuangannya.
“Indonesia telah mengusulkan pembayaran sebesar 600 miliar won (US$440 juta) pada akhir tahun 2026. Kami secara positif mempertimbangkan untuk menerima proposal tersebut,” kata DAPA dalam sebuah pernyataan. “Kami juga sedang menyusun rencana untuk menyesuaikan skala transfer teknologi sejalan dengan berkurangnya kontribusi keuangan tersebut.”
Seorang pejabat DAPA mengatakan: “Kebuntuan yang terus berlanjut atas kegagalan pembayaran Indonesia akan mempengaruhi jadwal pengembangan jet tempur KF-21, yang pada gilirannya akan menghambat rencana penempatan jet tempur baru.”
DAPA mengatakan kemungkinan akan membuat keputusan akhir pada pertemuan komite peninjau pada akhir bulan ini setelah berkonsultasi dengan kementerian terkait, termasuk Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan.
KF-21 adalah proyek gabungan antara Korea dan Indonesia untuk mengembangkan pesawat tempur supersonik generasi mendatang dengan menggunakan teknologi buatan Korea untuk komponen-komponen utamanya.
Para pejabat industri mengatakan Korea telah memutuskan untuk menerima usulan Indonesia karena biaya pembangunan yang lebih rendah dari perkiraan. DAPA awalnya memperkirakan proyek KF-21 menelan biaya 8,1 triliun won tetapi sekarang memperkirakan pengeluarannya akan mencapai sekitar 7,6 triliun won setelah dilakukan pemotongan biaya yang ketat.
Sejak proyek KFX/IFX bergulir, total dana yang bakal digelontorkan mencapai 18 triliun won, terdiri dari 8 triliun won untuk biaya riset dan pengembangan, dan 10 triliun won dicanangkan untuk biaya produksi massal untuk kebutuhan AU Korea Selatan. Dari 8 triliun won sebagai dana riset dan pengembangan, maka komposisinya dibagi, yakni 60 persen ditanggung oleh Pemerintah Korea Selatan, 20 persen oleh pihak manufaktur Korea Aerospace Industries (KAI) dan 20 persen lainnya oleh Pemerintah Indonesia.
Sebagai negara mitra, Indonesia setuju untuk menanggung sekitar 20 persen dari biaya proyek senilai 8,8 triliun won (US$6,73 miliar) yang diluncurkan pada tahun 2015 untuk mengembangkan pesawat tempur supersonik twin engine. Namun, karena kendala anggaran, Indonesia sempat menghentikan angsuran pembayaran sejak Januari 2019, dan saat ini Indonesia telat membayar angsuran sekitar 800 miliar won. (Gilang Perdana)
Saat Menhan ‘Lirak-Lirik’ Jet Tempur dari Eropa, Bagaimana Nasib Program KFX/IFX?
Dikibulin Korsel, ternyata lebih banyak teknologi US jd Korsel dilarang US bagi ke negara lain.
Bagus lah, gara2 kerja sama tripartite nya KAI/LM desain dari PTDI dibilang dari LM
Pengurangan transfer teknologi ternyata yang diusulkan Indonesia
Trus PROTOTYPE TNI AU yg uda terbang, masih bisa kita terbangkan pulang ke tanah air ??
Apa di tahan di Seoul ?
PETINGGI2 kita cuman bisa DARAH TINGGI…..
Beritanya kok beda beda….ada yg bilang korsel membatasi transfer teknologi yg seharusnya diterima indonesia karna US melarang sehingga indonesia meminta korsel untuk meninjau kembali pembayaran sesuai dengan transfer teknologi yg didapat bukan karna kesulitan pembayaran….logikanya kalo indonesia tidak ada uang tapi kok bisa beli 42 rafale 2 OPV PPA 2 fregat merah putih 2 kapal selam scorpene…..jd ada masalah lain yg membuat indonesia menunda pembayaran bener ngga?
ToT yang tidak sesuai kesepakatan awal, banyak yang di cut oleh USA dan korsel sendiri.
jelas kita harus minta renegoisasi harga, karena ToT yg kita dapat jauh lebih sedikit.
kalau saya sih minta dibatalkan aja kerjasamanya, daripada terjerumus lebih jauh
Akhir yg mengecewakan. Mungkin Indonesia bisa fokus ke pengembangan yg lain seperti pengembangan rudal dan drone kamikaze.
sebenarnya itu saya tdk setuju. korsel itu mengibulin indonesia bbrp kali. udah mahalan, alasan karena US melarang padahal korsel sudah lama tahu spt itu lah. prospek utk Indonesia 10 tahun depan tidak ada menguntungkan jika membeli kf-21.. sebaiknya kerja sama tot dan mampu memperlancarkan produksi 10 tahun depan itu ada di negara-negara lain. kalau tekmnologi aesa, dll tenang saja. pasti mudah dilakukan. kenapa harus ke korsel.. korsel saja mau AUKUS sama aus sie makanya muda bocorkan apa kelemahan sebenarnya kf-21 pada aussie.. indonesia hanya butuh perdamaian untuk kekal bukan mendapat konflik dari negara lain spt aussie ke depan..
Tenang akhir tahun 2026 kita ngilang lagi trus thn 2030 ajukan penjadwalan ulang tinggal sepertiga saja kekurangan kita yang akan dibayar akhir thn 2034.
Pihak Korsel harus menerima daripada tidak ada aliran duit sama sekali pada proyek ini?
Pertanyaanya…. kenapa tak ada negara lain yg mau ikut atau mengganti posisi indonesia ???
seperti polandia atau EUA ??
jawabannya karena mereka tahu akan DITIPU DAN TIDAK MENGUNTUNGKAN
Ok lah bayar 2/3 biar om STY tetap semangat jadi coach timnas bal disini.