Arafura Class, Offshore Patrol Vessel Terbaru Penjaga Teritorial Australia
|Entah mungkin karena ada niatan untuk mendekatkan diri dalam hubungan persabahatan kedua negara, label bernuansa Indonesia telah disematkan AL Australia (RAN) untuk penamaan LCH (Landing Craft Heavy), yakni Balikpapan Class (HMAS Balikpapan). Bahkan masih dalam kelas LCH yang sama, AL Australia pernah mengoperasikan HMAS Tarakan dan HMAS Labuan. Yang ketiganya jelas adalah nama-nama kota di Indonesia. Dan masih bercita rasa Indonesia, AL Australia tengah dalam proses pembangunan Offshore Patrol Vessel (OPV), Arafura Class.
Baca juga: LCH Balikpapan Class – Identitas Indonesia di Kapal Perang Australia
Mendengar nama Arafura (aka – Arafuru), pikiran kita langsung akan tertuju pada lokasi pertempuran laut yang mengkaramkan KRI Matjan Tutul pada 15 Januari 1962 dan menewaskan Komodor Yos Sudarso. Bagi Australia sendiri, Arafura tak pelak merupakan laut perbatasan di utara yang membatasi territorial lautnya dengan Indonesia dan Papua Nugini.
Terkhusus tentang OPV Arafura Class, belum lama ini ada kabar bahwa pembangunan unit kapal patroli lepas pantai ini telah tuntas, yaitu pembangunan struktur lunas HMAS Arafura telah berhasil dirampungkan. Mengutip dari Janes.com, Menhan Australia, Christopher Pyne pada 21 Maret 2019 telah mengumumkan tuntasnya tahapan pembangunan lunas kapal pertama dari 12 unit Arafura Class yang dipesan Kementerian Pertahanan Austalia.
Lebih dari 50 ton baja telah dipasang untuk struktur lunas yang dikerjakan di galangan Australian shipyard (ASC), Adelaide, Australia Selatan. Dengan penyelesaian lunas tersebut, maka jadwal penyerahan HMAS Arafura kepada pihak RAN akan tepat waktu pada tahun 2021.
Bagi AL Australia, Arafura Class digadang untuk menggantikan secara bertahap kapal patroli Armidale Class. Karena disasar untuk mengisi kelas kapal patroli, maka urusan persenjataan tidak ada yang “berat-berat.” Dengan bobot 1.640 ton, Arafura Class dipersenjatai kanon 40 mm pada haluan dan 2 pucuk SMB (Senapan Mesin Berat ) 12,7 mm dengan teknologi RCWS (Remote Control Weapon System).
Arafura Class punya panjang 80 meter, lebar 13 meter dan draught 4 meter. Kapal patroli yang dibangun dari desain PV80 ini ditenagai dua mesin diesel, dimana kekuatan tiap mesin mencapai 8.500kW. Kecepatan maksiumnya 20 knots dan dengan bahan penuh dapat mengarung sejauh 7.400 km.
Sebagai kapal patrol modern yang ditugaskan untuk menjaga wilayah perbatasan, Arafura Class sudah menggunakan Combat Management System 9LV yang dipasok oleh Saab Australia. Salah satu bekal perangkat canggih yang melekat adalah next-generation 2D radar dan beragam electro optical sensors.
Walau tak dilengkapi hanggar, Arafura Class sudah dilengkapi fasilitras deck untuk dapat di darati helikopter ukuran sedang. Canggihnya lagi, kapal patrol ini seolah siap untuk meladeni operasi amfibi terbatas, pasalnya di bagian buritan terdapat stern ramp (rampa) untuk docking 3 unit Rigid-Hulled Inflatable Boats (RHIB) ukuran 8,5 meter. Adanya docking mengingatkan pada peran Landing Plarform Dock (LPD).
Baca juga: Armidale Class RAN – Kapal Patroli Penjaga Batas Laut Teritorial Australia
Arafura Class diawaki oleh 40 personel dan tersedia kapasitas untuk 60 penumpang. Dirunut dari proses pembangunannya, kontrak Arafura Class ditandatangani pada November 2017. Yang terlibat adalah Luerssen Australia (subsidiary of Lürssen) dan Australia-based shipbuilder Civmec , keduanya membuat perusahaan joint venture Australian Maritime Shipbuilding and Export Group (AMSEG) untuk pengembangan Arafura Class.
Pembangunan dua unit kapal pertama dimulai di galangan ASC di Adelaide. Dan 10 unit kapal lainnya akan dibangun di galangan kapal Henderson Civmec di Australia Barat. (Gilang Perdana)
Bukan mau dekat atau apa2, tapi nama2 itu adalah nama2 dimana AL Aussie pernah bertempur dalam PD II. Itu sejarah mereka.
ini kapal patroli mas bro..paling banter berhadapan sama penyelundup narkotik, nelayan ilegal atau pencari suaka.
Kita udah non blok dari dulu, apa hasilnya? justru non blok itu yg bikin kita gak maju-maju.
indonesia non-blok pro barat dan terdepan d asean setara dg upil, trus malaysia yg notabebe anggota FPDA sekaligus sekutu US d biarkan melarat pdhal posisix dekat dg LCS terpaksa malay pake jurus mengemis hibah gratis & belas kasihan
Juli 2018, Menteri Pertahanan Mohamad Sabu mengungkapkan dari28 unit pesawat tempur yang diproduksi Rusia, hanya empat yang laik terbang.Sebulan setelah itu dalam rapat dengar pendapat parlemen, Sabu menuturkan kekuatan militer Malaysia “paling rendah” di kawasan Asia Tenggara.“Di sektor angkatan laut misalnya, kami tertinggal jauh. Vietnam sudah unggul. Indonesia yang terdepan. Sementara kami paling bawah,” keluh Sabu.