Masuk Usia 18 Tahun, Saatnya Korvet Bung Tomo Class Lakukan Modernisasi CMS
|Pada saat diluncurkan dari galangan Scotstoun – BAE System Marine, yaitu di tahun 2001, korvet Nakhoda Ragam terbilang canggih, selain bekal sabreg sensor, persenjataan yang dibawanya pun lumayan komplit untuk meladeni peperangan anti permukaan, peperangan bawah permukaan dan anti serangan udara. Dan setelah 18 tahun berlalu, korvet yang sejak tahun 2014 menjadi arsenal Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL itu masih ‘kokoh’ dan banyak diandalkan dalam beberapa penugasan, termasuk dalam operasi di luar negeri, seperti misi UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon).
Baca juga: Sea Wolf, Inilah ‘Aslinya’ Rudal Hanud di Korvet Bung Tomo Class
Tiga korvet yang kini diberi nama KRI Bung Tomo 357, KRI John Lie 358 dan KRI Usman Harun 359, merupakan kekuatan pemukul yang diperhitungkan, selain terdapat meriam reaksi cepat Oto Melara 76 mm, korvet berbobot 1.940 ton ini juga mengusung rudal anti kapal Exocet MM40 Block II, dan kedepannya akan dipersenjatai rudal hanud jarak sedang VLS Mica. Peran strategis pun diemban korvet tanpa hanggar ini, lantaran dari deck helipadnya dapat di darati helikopter anti kapal selam AS565 MBe Panther.
Meski kondisi kapal yang masih sangat laik dan persenjataan masih ideal, namun menjawab tantangan yang terus berkembang, elemen CMS (Combat Management System) sudah waktunya untuk disesuaikan, termasuk dalam paket integrasi modernisasi adalah peningkatan kemampuan sistem radar intai pada korvet yang dibangun dari basis F2000 ini.
Sebagai kapal kombatan TNI AL terdepan, khususnya yang berasal dari barat. Korvet Bung Tomo Class belum menerima modernisasi pada sistem CMS-nya. Saat ini CMS-nya masih menggunakan solusi dari BAE Systems Insyte (d/h Alenia Marconi Systems). Sementara dua dari 3 korvet Fatahillah Class sudah mendapat paket modernisasi dalam mid-life modernization (MLM) untuk beragam sensor dan CMS.
Kapal perang Lainnya seperti korvet Diponegoro Class dan frigat Martadinata Class masih tergolong baru, sebaliknya frigat Ahmad Yani Class (Van Speijk) yang sudah pernah di-upgrade ke CMS Mandhala, nampak tidak diteruskan lagi pengembangannya, mengingat usia kapal yang sudah terlalu tua dan ada jadwal untuk memensiunkannya dalam waktu tak lama lagi.
Sumber Indomiliter.com di lingkungan TNI AL menyebut bahwa beberapa kapal perang akan mendapat program MLM, namun semua dilakukan secara bertahap, menyesuaikan dengan kondisi anggaran dari Kementerian Pertahanan. Terkait modernisasi CMS di korvet Bung Tomo Class, beberapa perusahaan alutsista global disebut-sebut telah menawarkan solusinya kepada TNI AL, seperti ada nama Thales dan Saab.
Yang disebut terakhir meski baru terdengar dalam jagad pengadaan untuk TNI AL, namun vendor asal Swedia ini cukup kampiun dalam segmen industri naval CMS. Dalam 50 tahun pengembangan naval CMS dengan label 9LV, tak kurang 240 unit kapal perang permukaan dan kapal selam dari berbagai tipe dari berbagai negara sudah mengadopsi sistem 9LV.
Diantara nama besar pengguna 9LV adalah frigat Anzac Class (Australia), frigat Halifax Class (Kanada), korvet Visby Class (Swedia), kapal selam Gotland Class (Swedia), kapal kombat Independence Class (Amerika Serikat), dan Landing Helicopter Dock Canberra Class (Australia). Jika Anda masih ingat dengan proyek KCR (Kapal Cepat Rudal) KRI Klewang 625, maka pengembangan awal kapal perang berteknologi stealth sejatinya bakal mengusung CMS 9LV, termasuk penggunaan rudal anti kapal RBS-15.
Kepada Indomiliter.com, pihak Saab Indonesia menyatakan telah menawarkan solusi untuk melakukan modernisasi CMS pada armada kapal perang TNI AL. Umumnya, modernisasi CMS juga menyangkut pembaharuan pada dukungan sistem teknologi sensor, seperti yang umum adalah integrasi pada sistem radar baru yang lebih mumpuni. Dan melihat dari jenis kapal, semisal pilihan MLM jatuh kepada Bung Tomo Class, maka kami menganggap yang ideal digunakan adalah radar intai udara dan permukaan Sea Giraffe AMB.
Baca juga: Frigat Hamilton Class Cutter Filipina Dilengkapi Radar Saab Sea Giraffe AMB
Karena yang diintegrasikan bukan sebatas perangkat lunak, melainkan integrasi pada perangkat keras, dilanjutkan dengan serangkaian uji coba untuk penyelarasan CMS dan fire contol system, maka proses MLM untuk 9LV, termasuk pada sistem radar baru bisa membutuhkan waktu 18 – 24 bulan. Sudah barang tentu, kapal perlu docking salama proses berlangsung, dan lamanya proses pengerjaan akan berpengaruh pada tingkat kesiapan tempur armada, oleh sebab itu jadwal MLM harus dilakukan secara bertahap.
Lepas dari itu, program MLM pada kapal perang terkenal sarat dengan teknologi tinggi dan membawa nilai strategis, sebut saja pada sisi alih teknologi (ToT) yang akan melibatkan industri pertahanan di dalam negeri. (Haryo Adjie)
Dikomentar banyak yang usul pake upgrade ono ini tapi anggarannya mana? Seharusnya anggaran pertahanan itu 10% dari pendapatan bersih pajak dan cukai tahun sebelumnya dan direvisi di tengah tahun sesuai pendapatan pajak dan cukai tahun berjalan. Jadi kalo pajak dan cukai tinggi akan ikut tinggi, kalo rendah akan ikut rendah. Tahun 2018 pendapatan pajak dan cukai di angka Rp.1.600 an triliun. Berarti anggaran pertahahan di Rp.160 triluan.
Aye jamin bakalan banyak ALUTSISTA2 buatan dalam negeri yang akan lahir dari tangan2 dingin anak bangsa.
min…
seharusnya ditambahkan istilah yg diupdate CMS itu software perang bukan hardware.. baca yg komen disini lama2 asbun kaya lapak sebelah. Setau saya min, spek hardwarenya nahkoda ragam lebih tinggi dri sigma versi korvet kita karena dah ada sensor radar depan belakang bukan IR mistral tetral, buat mandu missile buat fungsi air warfare karena dah bawa seawolf. Kalau sonar memang masih agak bagusan yg sigma serinya lebih muda, otomelaranya juga nga jauh beda cuma versinya lbh baru dikit yg sigma cmiiw. Ni maap maap ja ya….
Yang asbun itu anda……
Kalau nggak ngerti mending belajar sejarah lagi…..
Jangan menyalahkan orang lain, sok sok an….
KRI bung tomo (ex. Nahkoda ragam) produk tahun 2001, jelasnya di disain tahun 1990-an
Layar monitor aja masih makai layar TABUNG bukan LCD
Pentium masih pakai Pentium III / IV bukan Core i7
Rudal Seawolf pabriknya sudah tidak bikin lagi
Rudal Exocet masih MM40 belum block III
Radar utama dan sekunder kemungkinan juga suku cadangnya langka
Jadi sudah jelas butuh diupgrade, terutama untuk memasang VL-MICA dan mengganti perangkat perangkat jadul dan langka sucad nya
KRI diponegoro (Sigma) produk tahun 2006, jelas memakai disain tahun 2000-an
masih cukup OK untuk jaman sekarang
wkwkwkwkwk LoL
maha benar military fans boy dengan segala bacotnya
Kolektor barang bekas, dulu sih dibeli guna stop gap untuk parchim yg perlu penggantian serta sarana pembelajaran utk kaprang kelas 80m, namun ternyata antara rencana dan penerapan jauh panggang drpd api, krn berbagai sebab, baik teknis dan/atau non-teknis..
Statusnya bukan bekas, karena belum pernah dipakai AL Brunei
Lebih tepatnya New Old Stock (NOS)
Pemerintah Brunei menyewa Lürssen shipyard Jerman untuk merawat kapal ini sampai ada pembeli baru (dipindah tangankan)
Jangan samakan dengan Parchim class bekas Jerman Timur yang dibiarkan terbengkalai merana
Sejauh masih bisa menggunakan Jaringan Link 16 yg standar Nato, kenapa tidak mencoba milik Saab dgn CMS 9LV nya. sekalian ganti radarnya pke AMB trus upgrade FCS pke Ceros 200. Di sektor Persenjataan, masih bisa kok pke Exocet. mau pke yg block 3 atau sekalian pke RBS 15 Mk3 yg yg sampe 300 km dan punya kemampuan Land attack capability secara terbatas.
Min kenapa gak Thales Tacticos aja ? Banyak banget ragam CMS kita ? Dari Navantia indra udah, Thales banyak masak mau nambah jenis lagi dri Saab ?
Tentu jika yang dipilih dari Saab, maka sudah dengan pertimbangan matang, seperti ketersesuaian antara tools yang sudah ada di kapal perang tersebut.
12 tahun terbuang percuma, jadi ketika masuk dinas TNI-AL (2014) sebenarnya secara teknologi sudah agak tertinggal.
beli barang bekas tetapi ingin yang paling baru, paling update, bisa begini bisa begitu dan yang paling penting murah….
cape deh mind set kaya gini…
@admin
dalam program MLM KRI Bung Tomo Class apakah juga termasuk VLS karena dari sisi dimensi VL Mica lebih besar daripada VLS bawaan yaitu GW200. Rudal yang muat justru Umkhonto, Sea Captor & Crotale
setahu saya GWS-26 launcher hanya untuk seawolf. jadi harus dibuang.
apapun itu yang menggantikannya
Pengadaan VLS berbeda dengan program MLM mas 🙂
Kapal ini kelas Premium (dulu), karena dibeli oleh kerajaan Brunei yang kaya raya, jadi mintanya semua perangkat dan peralatannya nomer Wahid dalam semua aspek.
Ditolak Brunei karena masih terlalu besar ukurannya serta masih butuh banyak operator.
Dan juga “konon” karena dijejali perangkat paling wahid maka kapal korvet ini penuh sesak yang sedikit kurang stabil dalam bermanuver
saat ini setelah diakuisisi tni al bagaimana kondisinya bung. apakah ada perbaikan?
Malah menurun kondisinya.
Perangkat premium berarti mahal belinya dan merawatnya.
Belum lagi karena umur teknologi yang sudah lama, berarti komponen jadi langka dan mahal.
Seperti rudal Seawolf, rencana mau diganti VL-MICA, namun CMS nya jelas harus diupgrade juga.
Radar Nav Kelvin Hughes Type 1007 “mungkin kayaknya” sudah tidak berfungsi, karena terlihat sudah dipasang radar Nav Furuno baru yang murah.
sdh agak mmprihatinkan. Rudal sea wolf dah dicopotin dr vls nya, akibatnya bung tomo class gak punya sistem prtahanan udara lg, cuman ngandelin otto melara. Exocet jg gak lengkap, dah uzur, nyomot dr kaprang laen.