Naval Group Tawarkan ‘Scorpene Evolved’ ke TNI AL, Kapal Selam dengan Teknologi Full Lithium-Ion Batteries

Meski pengadaan kapal selam Scorpene class telah tertuang dalam nota kesepahaman, bahkan antar manufaktur, yakni Naval Group dan PT PAL Indonesia, telah menyepakati kerja sama pembangunan unit kapal selam di Surabaya. Namun, kontrak efektif untuk pengadaan dua unit Scorpene class belum juga berjalan, apakah yang membuat akuisisi kapal selam Perancis ini terasa alot?

Baca juga: Naval Group Tawarkan Pembangunan Dua Kapal Selam Scorpene Class dengan AIP di Surabaya

Nah, sembari menanti kelanjutan dari kontrak efektif Scorpene class, Naval Group belum lama ini merilis penawaran varian Scorpene class untuk Indonesia, yang disebut ‘Scorpene Evolved.’ Dalam proposal terbarunya kepada TNI AL, Naval Group Perancis mengusulkan varian baru kapal selam Scorpene yang dilengkapi teknologi baterai Lithium-Ion.

Dikutip dari Navalnews.com, disebut Naval Group baru-baru ini memperbarui proposal kapal selam Scorpene ke Indonesia. Dijuluki ‘Scorpene Evolved’, sistem propulsi kapal selam akan dipasang dengan konfigurasi full Lithium-Ion Batteries (LIB), sehingga memberikan daya tahan paling lama dibandingkan varian lain dalam keluarga Scorpene.

Sebagai catatan, pada Februari 2022, Perancis dan Indonesia sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk dua kapal selam Scorpene yang akan dibangun secara lokal.

Menurut sumber resmi, berkat konfigurasi full LIB, Scorpene Evolved akan memiliki endurance total 80 hari (dengan 78 hari di antaranya menyelam), jangkauan operasional lebih dari 8.000 mil laut, lower indiscretion rate, dan mempertahankan kecepatan tertinggi lebih lama. Hal ini dapat dicapai karena LIB dapat menyimpan dan menyalurkan lebih banyak energi dengan waktu pengisian yang lebih singkat dibandingkan baterai timbal-asam (lead-acid batteries)

Kapal selam full LIB untuk TNI AL dipandang ideal, karena lebih mudah dan lebih murah untuk memelihara dan mengoperasikannya dibandingkan dengan kapal selam air-independent propulsion (AIP), yang mengharuskannya membangun fasilitas lepas pantai yang kompleks untuk memasok sistem karena tidak memungkinkan untuk memasok kembali sistem AIP di laut. Selain itu, pelatihan ekstra untuk awak kapal selam dan personel lain yang akan terlibat dalam memasok sistem AIP juga diperlukan.

Selain itu, TNI AL harus menemukan rantai pasokan lokal dan perusahaan yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menyediakan hidrogen murni, oksigen cair, dan/atau bahan kimia lain yang ‘berkelas AIP’ dalam jumlah yang cukup yang dibutuhkan sistem AIP tepat waktu.

Bahkan di masa damai, hal ini dapat menjadi tantangan logistik yang besar terutama jika kita mempertimbangkan aspirasi TNI AL untuk mengerahkan armada kapal selamnya di masa depan di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Selain itu, konfigurasi full LIB lebih konsisten dengan rencana Naval Group dan PT PAL Indonesia, untuk mendirikan Lab Penelitian Energi (Energy Research Lab) di Indonesia dengan fokus pada pengembangan teknologi energi bawah laut di masa depan.

Baca juga: PT PAL: “Pembangunan Kapal Selam Scorpene Class Butuh Waktu 6 Tahun”

Jika semuanya berjalan lancar, LIB untuk Scorpene Evolved batch kedua dan selanjutnya yang mungkin dibeli dan dibuat oleh Indonesia di masa depan akan berasal dari laboratorium ini. Laboratorium ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi terkait energi lainnya untuk pasar militer dan komersial.

Masih dari sumber yang sama, Naval Group juga memberikan solusi sistem senjata mutakhir untuk kapal selam dengan teknologi full Lithium-Ion Batteries (LIB), di antaranya adalah kapal selam untuk Indonesia ini akan dapat dipersenjatai dengan heavy torpedo Leonardo Black Shark dan F21 yang lebih modern. Tidak itu saja, Scorpene Evolved akan terintegrasi penuh dengan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam, MBDA Exocet SM39.

Jika akuisisi Scorpene Evolved kelak direalisasikan, dan TNI AL memilih membeli torpedo F21 dan rudal Exocet SM39, maka tidak diperlukan penyesuaian atau upgrade tambahan, termasuk dari segi software pada combat management system.

Torpedo F21 yang juga produksi Naval Group. ditenagai silver oxide-aluminium (AgO-Al) seawater primary battery. Sistem propulsi listrik juga mengintegrasikan dua baling-baling yang berputar berlawanan. Tumpukan elektrokimia primer yang diaktifkan air laut AgO-Al membantu mencapai kecepatan maksimum dalam rentang yang lebih luas.

 

Sistem propulsi memungkinkan torpedo F21 bergerak dengan kecepatan antara 25 knots dan 50 knots. Torpedo F21 memiliki endurance maksimum satu jam dan jangkauan lebih dari 50 km. Untuk misi “Hunter Killer”, torpedo ini memiliki kemampuan untuk menyerang target pada kedalaman lebih dari 500 meter.

Sebagai catatan, sejak menjadi operator kapal selam pada tahun 1959, TNI AL sangat terbatas dalam mengoperasikan kapal selam berkemampuan rudal sehingga membatasi kemampuan serangannya. TNI AL (d/h ALRI) memang pernah meluncurkan rudal jelajah dari kapal selam KRI (RI) Alugoro 406 – Whiskey class buatan Soviet. Namun, rudal jelajah yang disebut SS-N-3c Shaddock, diluncurkan dalam posisi kapal selam berlayar di permukaan.

SM 39 yang diluncurkan dari kapal selam

Mengingat adanya gagasan di kalangan perencana TNI AL untuk melengkapi/mengintegrasikan kapal selam dengan drone bawah laut- Unmanned Underwater Vehicles (UUV), maka menarik untuk dicermati apakah diskusi Scorpene Evolved antara Jakarta dan Paris mencakup kemungkinan pengadaan UUV multirole D-19.

Naval Group menyebut D-19 dibangun dari platform torpedo F21, ini bisa dibuktikan dari diameter drone ini yang identik dengan heavy weight torpedo berstandar NATO, 533 mm. Lantaran mengusung kaliber yang sama dengan torpedo, maka mobilitas D-19 dapat diluncurkan secara senyap dari tabung peluncur torpedo kapal selam.

D-19 dirancang untuk menjalankan misi intelligence, surveillance, reconnaissance (ISR), electronic warfare, anti-submarine warfare (ASW), ASW training, underwater mobile target, mine countermeasures, rapid environmental assessment dan mine and mine laying. Merujuk ke dimensi, panjang D-19 ada di rentang 5 sampai 8 meter serta berat di bawah 1 ton.

Baca juga: Inilah D-19, Drone Bawah Laut Andalan AL Perancis dengan Standar Kaliber Torpedo

Meski memiliki performa lebih tinggi dibandingkan varian dasar kapal selam Scorpene, Scorpene Evolved tetap ditawarkan dalam skema produksi lokal, integrasi, dan pengujian penuh untuk dua kapal selam yang akan berlangsung di fasilitas pembangunan kapal selam PT PAL yang ada di Surabaya. Skema ini akan menghasilkan 30 persen dari total nilai kontrak yang dikembalikan ke Indonesia dalam bentuk transfer teknologi, pengalaman, dan pembukaan ribuan pekerjaan berketerampilan tinggi. (Gilang Perdana)

11 Comments