Meski Ditentang Perancis, 19 Negara Eropa Bersatu dalam ‘European SkyShield Initiative’

Lantaran punya kekhawatiran yang sama, negara-negara di Eropa kini bersatu untuk mewujudkan sistem hanud (pertahanan udara) bersama. Berlokasi di Brussel, Belgia, pada 12 Oktober 2023, beberapa negara Eropa memutuskan untuk menandatangani memorandum mengenai European SkyShield system. Dalam konteks meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama akibat perang di Ukraina dan serangan baru-baru ini kepada Israel, European SkyShield Initiative (ESSI) mendapatkan momentumnya.

Baca juga: FK-3 Air Defence System – Sistem Hanud Jarak Jauh Pertama Buatan Cina yang Digunakan Negara di Eropa

Dimotori oleh Jerman, inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan sistem pertahanan udara terintegrasi untuk Eropa, termasuk kemampuan pertahanan rudal balistik. ESSI pertama kali diusulkan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Agustus 2022, sebagai respons terhadap serangan Rusia terhadap Ukraina dan meningkatnya kekhawatiran tentang terbatasnya kemampuan Eropa untuk bertahan melawan ancaman seperti sistem rudal balistik Iskander 9K720 Rusia yang dikerahkan dari Kaliningrad.

Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat NATO Integrated Air Defense System dan melibatkan pengadaan sistem pertahanan udara bersama.

IRIS-T SL.

Dikutip dari Armyrecognition.com, 19 negara Eropa disebut telah berpartisipasi dalam inisiatif ini. Selain Jerman, negara pendiri antara lain adalah Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Hongaria, Latvia, Lituania, Belanda, Norwegia, Slovakia, Slovenia, Rumania, dan Inggris. Pada bulan Februari 2023, Denmark dan Swedia bergabung dengan proyek ini, dan pada bulan Juli 2023, Austria dan Swiss juga menandatangani deklarasi untuk bergabung dalam inisiatif ini.

European SkyShield system mengadopsi pendekatan berlapis-lapis terhadap pertahanan udara. Untuk jarak menengah, rencananya sebagian besar akan menggunakan sistem SLM IRIS-T. Kemudian pertahanan jarak jauh, sistem MIM-104 Patriot akan menjadi landasan kategori ini. Terakhir, untuk ancaman jangka panjang, khususnya yang berada di luar atmosfer bumi, sistem Arrow 3 dari Israel kabarnya akan menjadi yang dipertimbangkan.

Sebagai catatan, Bundestag (parlemen Jerman) telah mengesahkan anggaran hampir 4 miliar euro untuk akuisisi sistem pertahanan rudal balistik Arrow 3 dari Israel.

IRIS-T SLM (Surface Launched Medium Range) adalah sistem pertahanan udara jarak menengah yang dikembangkan oleh Diehl Defense di Jerman. Sistem hanud ini mampu mencegat target udara pada jarak hingga 25 km dan pada ketinggian 6.100 meter. Sistem ini menggunakan rudal berpemandu inframerah dan dirancang sangat lincah, mampu menghancurkan target yang dapat bermanuver seperti jet tempur dan drone.

MIM-104 Patriot adalah sistem rudal darat-ke-udara jarak jauh yang dikembangkan oleh Raytheon di Amerika Serikat. Sistem hanud ini dapat mencegat target udara dan balistik pada jarak hingga 160 km dan pada ketinggian maksimum 24 km. Sistem ini menggunakan radar array yang dipindai secara elektronik aktif untuk pelacakan target dan panduan rudal. Patriot juga mampu mencegat rudal balistik jarak pendek dan menengah.

Sistem Arrow 3 adalah sistem pertahanan rudal balistik jarak jauh yang dikembangkan bersama oleh Israel dan Amerika Serikat. Rudal ini dirancang untuk mencegat rudal balistik di luar atmosfer bumi, dengan jangkauan operasional hingga 2.400 km. Sistem ini menggunakan pencegat yang dipandu radar dan hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan target.

Namun, sistem ini tidak mendapat dukungan penuh di Eropa, Perancis telah menentang inisiatif tersebut, dengan alasan ketergantungan berlebihan pada peralatan dan teknologi yang diproduksi di luar Eropa dalam rencana Jerman. Beberapa negara besar Eropa, antara lain Perancis, Polandia, Italia, dan Spanyol, belum mengambil keputusan untuk bergabung dengan ESSI.

Baca juga: Tidak Cukup dengan Patriot, Hadapi Serangan Rudal Balistik Jerman Akuisisi Rudal Arrow 3

Terlepas dari kontroversi tersebut, European SkyShield Initiative merupakan langkah menarik dalam mengkonsolidasikan pertahanan udara Eropa. Hal ini bertujuan untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan untuk memperkuat kemampuan pertahanan udara NATO dan Eropa. (Bayu Pamungkas)