Jet Tempur FA-50 Moncer di Pasar Ekspor, KAI Canangkan Varian Single Seat, F-50

(aviacionline.com)

Dari segi pamor, jet tempur FA-50 Fighting Eagle bisa disebut sebagai kebanggaan untuk Korea Aerospace Industries (KAI), pasalnya penempur ringan tersebut tak hanya sukses diadopsi di dalam negeri, melainkan juga menuai order untuk pasar ekspor, terlebih sejumlah upgrade avionik, sistem radar dan persenjataan, menjadikan FA-50 kian bertaji.

Baca juga: Menhan Malaysia: “Kami Beli Block 20, Versi Terbaru Jet Tempur FA-50 Fighting Eagle”

Namun, ada satu batasan yang terasa mengganjal, lantaran tercipta sebagai varian pengembangan dari jet latih tempur (Lead-In Fighter Training/LIFT) T-50 Golden Eagle, maka desain FA-50 mengikuti pakem tandem seat (kursi ganda). Nah, seiring pamor FA-50 yang berkibar di pasar ekspor, maka muncul gagasan (lama) untuk merancang FA-50 dalam varian single seat (kursi tunggal), yang kemudian dikenal sebagai F-50.

Dikutip dari aviacionline.com (17/10/2023), dalam sebuah upacara di kantor pusat Korea Aerospace Industries (KAI), diumumkan strategi pengembangan perusahaan hingga tahun 2050, yang mana CEO KAI membahas pengembangan masa depan FA-50, dimana mencakup versi pesawat tempur ringan satu kursi F-50.

(aviacionline.com)

Dituturkan, bahwa KAI sejatinya telah merencanakan sejak awal agar desain FA-50 dapat berkembang menjadi pengembangan pesawat ringan, berkursi tunggal, dan punya kemampuan tempur multiperan, yang diberi nama F-50.

Hal tersebut tidak mengherankan karena pengembangan T-50 juga melibatkan bantuan dari Lockheed Martin dari Amerika Serikat. Dengan bantuna dari Lockheed Martin, maka tercipta pesawat latih tingkat lanjut T-50 yang diciptakan dari konsep desain dan teknologi F-16. Sebagai catatan, KAI juga telah memproduksi KF-16 (F-16 versi Korea Selatan) dengan linsensi dari AS.

Oleh karena itu, T-50 (yang kemudian menjadi FA-50) dalam ‘DNA-nya’ selalu memiliki potensi untuk menjadi F-50, pesawat tempur ringan yang dapat melakukan 80 persen dari apa bisa yang dilakukan F-16, namun dengan biaya operasonal lebih rendah.

Kang Gu-young, Konsultan dari Korea Aerospace Industries menyebut, bahwa strategi pengembangan F-50 mewakili lompatan besar ke depan bagi perusahaan, khususnya dalam hal inovasi, investasi dalam penelitian dan pengembangan, rekrutmen dan pelatihan sumber daya manusia.

 

Strategi lain yang harus dilakukan termasuk mengurangi ketergantungan pada kontrak pengadaan dari pemerintah, caranya dengan fokus pada potensi ekspor produknya. Dari sinilah muncul kemungkinan pengembangan F-50. Ditambahkan, bahwa dana pengembangan F-50 akan sulit didapatkan dari pemerintah, mengingat alokasi anggaran telah diarahkan pada proyek KF-21 Boramae.

Keberhasilan ekspor FA-50 ke Polandia melalui kerja sama erat dengan pemerintah dan respons cepat dalam lingkungan keamanan yang berubah dengan cepat menegaskan potensi pasar Eropa, yang sebelumnya dianggap KAI tidak dapat diakses oleh produk-produknya.

Populasi ratusan pesawat tempur tua seperti MiG-21, F-5, A-37, A-4 Skyhawak, Alpha Jet, L-39 dan model pesawat latih atau tempur/serang yang harus diganti dengan pesawat baru yang berteknologi maju dan lebih ekonomis, tak pelak menjadi peluang pemasaran bagi FA-50 dan nantinya F-50.

Baca juga: Dipasangi Air Refueling Probe, Inilah Tampilan FA-50 Fighting Eagle

Dengan desain singlet seat fighter seperti pada F-50, maka pesawat tempur ringan ini akan lebih punya banyak opsi untuk menjalankan misi tempur, seperti lewat peningkatan kapasitas senjata, bahan bakar yang lebih banyak, sampai pengaruh pada berat dan performa pesawat itu sendiri. (Bayu Pamungkas)

 

5 Comments