TNI AU Gelar Mobile ATC MATC 8100 dalam HUT TNI Ke-78 di Lapangan Monas
|Flypass dan demo aerobatik udara dari pesawat dan helikopter TNI AU memeriahkan gelaran HUT TNI ke-78 di Lapangan Monas (5/10/2023). Meski pemirsa dari layar kaca melihatnya seperti hal yang mudah, namun memonitor pergerakan wahana udara dalam jumlah besar di area yang sama tentu menjadi tantangan, terlebih sekitar kawasan Monas dipadati gedung-gedung tinggi. Untuk itu petugas Air Traffic Control (ATC) menjadi aktor kunci dalam mengatur jalannya ‘lalu lintas’ wahana udara di HUT TNI ke-78.
Baca juga: C-130H-30 Hercules TNI AU Angkut MATC 8100 Tower
Dan untuk kesekian, Satuan Komunikasi dan Elektronika (Satkomlek) Koopsud I, menggelar MATC 8100, yakni menara ATC mobile yang dapat digelar dimana saja, dan dapat dipindahkan dengan mudah lewat jalur darat, laut, dan udara.
MATC 8100 diproduksi oleh BSS Defence and Security Solutuions, perusahaan yang berbasis di Amsterdam, Belanda. Dalam situsnya, selain dapat dengan mudah dipindahkan lewat jalur darat. Seperti yang digunakan TNI AU, MATC 8100 ditarik truk Iveco Eurocargo. MATC 8100 juga dapat diangkut lewat udara dengan pesawat sekelas C-130 Hercules. Atau bisa juga dengan helikopter sekelas CH-47 Chinook lewat sling cargo. Sedangkan lewat jalur laut, minimal dibutuhkan kapal angkut dengan ukuran deck cargo 40 feet.
Dimensi unit MATC 8100 punya panjang 10,4 meter, lebar 2,5 meter, tinggi 2,5 meter, dan berat 12,5 ton. Dan yang pasti sudut pandang 360 derajat. Untuk ketinggian menara dapat disesuaikan, maksimal 8,75 meter.
Dalam ruang kabinnya, dapat dimuati sampai tujuh personel, termasuk operator pemantau radar. Namun bila tanpa petugas radar, kru MATC umumnya tiga orang saja. Untuk menunjang kenyamanan, ruang kabin telah dilengkapi dengan pendingan udara (AC).
Untuk menggelar MATC 8100 hingga siap beroperasi, cukup dibutuhkan dua personel selama waktu kurang dari dua jam. Bila MATC 8100 akan diintegrasikan dengan radar diperlukan tambahan personel lagi untuk instalasi.
Seperti halnya ATC konvensional, MATC 8100 juga sarat perangkat dukungan komunikasi dan navigasi penerbangan, sebut saja ada radio VHF, UHF, V/UHF, HF transceiver, timing system GPS, dan sistem perekaman hingga 100 ribu jam menggunakan piringan cakram atau digital tape.
MATC 8100 juga dilengkapi perangkat meteorologi AWOS yang menampilkan data arah angin, kecepatan, tekanan, suhu, kelembaban, dan titik embun. Sebagai perlengkapan tambahan, mobile ATC ini dapat pulan diintegrasikan dengan radar ADS-B, Tactical VHF (30/88 Mhz), Satcom, dan emergency landing lighting beacon system. Yang terakhir disebut sangat berperan dalam membantu pendaratan pesawat dalam kondisi cuaca buruk dan minim visual. (Gilang Perdana)
*ralat: 19 tahun yg lalu.
9 Tahun yg lalu ketika Gempa dan Tsunami menghantam sebagian besar pesisir Aceh, Bantuan kemanusiaan tidak bisa segera dikirimkan melalui Bandara/Lanud Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh. Itu dikarenakan selain lapangan yg rusak, Menara ATC juga mengalami rusak parah sehingga pendaratan darurat untuk pesawat angkut yg bisa mendarat di panjang landasan yg pendek sekalipun seperti C-130 Herky menjadi mustahil untuk dilakukan. Maka seluruh bantuan darurat saat itu hanya bisa sampai di Polonia Medan. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi upaya mitigasi bencana darurat skala besar seperti di Aceh ini.
Saat itulah Pemerintah Singapura melalui Angkatan Udaranya meminjamkan ATC Mobile yg kemudian membuka mata petinggi Kemhan dan pemerintah akan betapa pentingnya fungsi vital ATC Mobile tersebut baik dalam kondisi damai/operasi militer selain perang (OMSP) maupun dalam Operasi Perang. Maka dengan saat ini Indonesia memiliki Mobile ATC tentunya akan memberikan kemampuan kontrol udara dalam kondisi darurat yg sangat dibutuhkan dimasa depan. Keberadaan ATC mobile ini memiliki urgensi vital yg setara dg Alutsista yg ada saat ini.