Bedok Class – Kapal Penyapu Ranjau Angkatan Laut Singapura yang Akrab dalam Misi SAR di Indonesia
|Ada kebanggaan tersendiri bagi TNI AL dalam menjalani latihan bersama dengan Angkatan Laut Singapura (RSN) kali ini. Dalam tajuk Joint Minex Pandu 2024 di Batam, Kepulauan Riau (13 – 19 Mei 2024), TNI AL mengerahkan kapal perang dari jenis pemburu/sapu ranjau yang secara teknologi lebih baru daripada kapal sejenis yang dioperasikan oleh RSN.
Maklum, di atas kertas dalam setiap latihan bersama antara angkatan laut Singapura dan Indonesia, maka RSN dominan lebih unggul, sebut saja Singapura punya kapal perang atas permukaan, kapal selam dan pesawat intai maritim yang lebih canggih jika dibandingkan dengan milik Indonesia. Namum, sejak kedatangan kapal pemburu ranjau terbaru dari Jerman, TNI AL khususnya Satuan Kapal Ranjau (Satran), punya alutsista yang lebih canggih dari yang kini dioperasikan RSN.
Seperti dikutip dari keterangan Dispenal, empat kapal perang dari TNI AL dan RSN melaksanakan tahap darat (harbour phase) dalam latihan bersama Joint Minex Pandu 2024 di Batam, Kepulauan Riau, Senin (13/5). Keempat kapal perang tersebut terdiri dari dua unit pemburu ranjau dari Koarmada II, yakni KRI Pulau Fani 731 dan KRI Pulau Fanildo 732 serta dua unit pemburu ranjau milik Angkatan Laut Singapura, yaitu RSS Punggol dan RSS Bedok.
Selain melibatkan unsur kapal perang jenis pemburu ranjau, TNI AL juga mengirimkan satu tim personel dari Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) sedangkan Angkatan Laut Singapura melibatkan tim pasukan penyelam (Naval Diving Unit). Adapun latihan yang akan digelar selama sepekan, yakni melaksanakan materi manuver taktis, netralisasi ranjau, penyelaman bawah air, evakuasi medis udara hingga Search And Rescue (SAR) tempur yang akan diterapkan di Perairan Timur Pulau Bintan dan Batam.
Latihan bersama Joint Minex Pandu 2024 merupakan implementasi kerja sama bilateral antara Indonesia dan Singapura yang dilaksanakan secara reguler dua tahun sekali dengan tuan rumah secara bergantian.
Wozang Class – Kapal Penyapu Ranjau AL Cina yang Dikirim ke Selat Malaka
Bedok class
RSS Punggol dan RSS Bedok – adalah bagian dari empat unit Bedok class MCMV (Mine Counter Mesaure Vessels), yakni kapal pemburu ranjau andalan RSN. Kapal dengan panjang 47,5 meter dan lebar 9,6 meter ini, disiapkan guna memastikan keamanan di Selat Singapura dan jalur laut di sekitar Singapura tetap bebas ranjau dan terbuka untuk pelayaran internasional.
Desain kapal berbobot penuh 380 ton ini menggabungkan sejumlah fitur penting untuk penanggulangan ranjau, seperti sifat akustik dan magnetis yang rendah, serta ketahanan terhadap guncangan akibat ledakan di bawah air.
Lambung Bedok class terbuat dari glass-reinforced plastic yang dirancang oleh Angkatan Laut Swedia dan Kockums (kemudian dikenal sebagai Karlskronavarvet). Sifat magnetik dan akustiknya yang rendah mengurangi kemungkinan memicu ranjau. Bahan ini sangat tahan lama, tahan api dan guncangan, mudah diperbaiki dan dirawat hanya dengan pengecatan. Anjungan kapal, peralatan tempur utama, dan mesin juga dipasang dengan shock-mount untuk meredam ledakan di bawah air.
Bedok class didukung oleh two independent vertical Voith Schneider Propellers, yang dirancang khusus untuk memastikan kemampuan manuver yang sangat baik dan kebisingan yang rendah.
Kapal pertama, yakni RSS Bedok, dibangun oleh Kockums di Swedia berdasarkan desain kelas Landsort. Lambung tiga kapal yang tersisa dibuat di Swedia dan dipindahkan ke Singapura untuk perakitan akhir oleh Singapore Technologies (ST) Marine.Secara keseluruhan, Bedok class terdiri dari RSSV Bedok M105, RSS Kallang M106, RSS Katong M107 dan RSS Punggol M108, keempatnya resmi memperkuat armada RSN sejak 7 Oktober 1995.
Setiap kapal mengoperasikan ECA K-STER expendable mine disposal system dari Perancis, untuk identifikasi dan penghancuran ranjau. Tidak itu saja, setiap Bedok class dapat didukung kapal penyapu ranjau katamaran yang dikendalikan dari jarak jauh, dan juga mampu meletakkan ladang ranjau defensif. Dilaporkan juga bahwa kelas Bedok class membawa dua kendaraan bawah air tak berawak REMUS sebagai bagian dari rangkaian penanggulangan ranjau mereka.
Bedok class dilengkapi dengan sonar pemburu ranjau Thales Underwater Systems TSM 2022 MkIII yang dipasang di lambung kapal. Sonar ini memiliki jangkauan deteksi 2 kilometer untuk kapal selam dan 500 meter untuk ranjau.
Selain peran utamanya sebagai pemburu ranjau di sekitaran Selat Singapura, Bedok class debutnya lumayan dikenal di Indonesia, khususnya dalam mendukung operasi SAR.
Seperti pada jatuhnya SilkAir flight 185 pada 19 Desember 1997 di Sungai Musi dekat Palembang, RSS Bedok, RSS Kallang dan RSS Punggol dikerahkan sebagai bagian dari kontingen Angkatan Bersenjata Singapura untuk membantu pihak berwenang Indonesia dalam operasi pencarian dan pemulihan di dekat lokasi kecelakaan. Kemudian, pada Desember 2014, RSS Kallang dikerahkan untuk mencari Airasia QZ8501 setelah jatuh di Laut Jawa pada 28 Desember 2014; bersama dengan RSS Supreme, RSS Valour, RSS Persistence, MV Swift Rescue, dan dua Lockheed C-130H Hercules.
RSN adalah angkatan laut pertama yang diundang oleh TNI AL untuk melakukan operasi penanggulangan ranjau untuk membersihkan ranjau Perang Dunia II di lepas pantai Tanjung Awar Awar, 70 km (38 nmi) timur laut Surabaya pada bulan Februari 1997. RSS Bedok dan RSS Kallang, bersama dengan dua kapal TNI AL, berhasil menetralisir delapan ranjau yang terkubur. (Gilang Perdana)
Iran Luncurkan “Shahin” – Kapal Pemburu Ranjau Berdesain Katamaran
Bedok kan dalam bahasa Sunda artinya Golok…
Gimana mengukur kalo MCMV Indonesia lebih unggul dari milik Singapore…… 🙄
Baik Fanilfo atau Bedok kan hanya platform, sementara sampai sekarang kita tidak pernah tau apa saja peralatan robotic, sang kuda beban dlm operasi penyapu ranjau yg dimiliki oleh MCMV Indonesia 🤔