Update Drone KamikazeKlik di Atas

ATR-72 600 MPA, Berjaya di Regional Airliner Kini Bertarung di Pasar Intai Maritim

Bagi rute penerbangan domestik dan perintis, nama ATR-72 seolah menjadi raja di Tanah Air, khususnya untuk segmen turbo propeller. Dioperasikan olen Garuda Indonesia, Wings Air dan Kalstar, debut pesawat besutan ATR (Aerei da Trasporto Regionale atau Avions de Transport Régional) begitu akrab dalam menunjang transportasi udara nasional. Bahkan operator terbesar ATR-72 di dunia adalah Wings Air (Lion Air Group) – 56 unit dari Indonesia.

Baca juga: Pengadaan Pesawat Intai Strategis, Jika Tak Jadi Prioritas, Sepuluh Tahun Lagi Bakal Ada Masalah Serius!

Dari keluarga ATR-72 yang mengangkasa di Indonesia, seri ATR-72 500 dan ATR-72 600 adalah yang dominan dioperasikan saat ini. Namun, tahukah Anda bahwa pesawat angkut yang banyak beroperasi di Indonesia Bagian Timur ini ternyata ada varian militernya. Berbeda dengan CN-235 yang dirancang sedari awal untuk peran multirole dengan keberadaan ramp door-nya, maka ATR-72 adalah pesawat yang lebih fokus pada misi angkut penumpang.

Dengan bekal kemampuan mendarat dan lepas landas di runway 1.170 meter, plus telah terbukti kehandalannya sejak 1988, maka ATR-72 pun dilirik sebagai platform intai maritim (Maritime Patrol Aircraft), bahkan lebih dari itu, ATR-72 disulap menjadi menjadi pesawat MPA dengan kemampuan AKS (Anti Kapal Selam), ini artinya ATR-72 tak sebatas berperan melakukan deteksi pada sasaran, melainkan juga dapat melaksanakan tindakan eksekusi dengan melepaskan torpedo.

Rekam jejak ATR-72 sebagai pesawat peronda laut memang masih kalah senior dibanding keluarga CN-235 dan C-295. Yang mengawali kiprah ATR-72 menjadi elang laut adalah AL Turki pada tahun 2014. Dimana Turki memutuskan membeli 10 unit ATR-72 500 MPA dan 6 unit ATR-72 600 MPA ASW (Anti-Submarine Warfare). Pengembangan ATR-72 MPA Turki merupakan hasil kolaborasi ATR dengan Turkish Aerospace Industries.

Kemudian Italia mengikuti jejak Turki, dengan mengakuisisi ATR-72 500 MPA. Berkolaborasi dengan Alenia Aermacchi (Leonardo-Finmeccanica), sosok pesawat patmar ini pun diberi label P-72A. Bagi AU Italia, P-72A digadang untuk peran multirole maritime patrol, electronic surveillance dan C4 platform. Sementara varian AKS-nya diberi label P72B. Diluar Turki dan Italia, AL Pakistan tercatat juga sebagai pengguna ATR-72 500 MPA, persisnya pada 2016 lalu, dua unit ATR-72 500 AL Turki di upgrade untuk menjadi ASW di Rheinland Air Service, Dusseldorf, Jerman.

ATR-72 500 MPA milik AL Pakistan yang di upgrade di Jerman.

Meski tak menyasar ke Indonesia, ATR-72 600 MPA rupanya dilirik oleh Malaysia. Memang belum diptuskan, namun ATR-72 600 MPA masuk sebagai kandidat pemilihan, bersaing dengan CN-235 MPA dari Indonesia, C-295 MPA dari Airbus Defence and Space, dan P-8 Poseidon dari Boeing.

Lantas apa yang ditawarkan ATR-72 MPA? Khususnya pada varian AKS yang paling maju, ATR-72 ASW dapat dipersenjatai dengan rudal anti kapal dan torpedo. Posisi hardpoint tidak berada di bawah sayap, melainkan pada sisi kiri dan kanan bawah fuselage. Jenis torpedo yang dapat dilepaskan dan telah sukses diuji adalah dari jenis torpedo ringan MK54 dan MK46.

Selayaknya pesawat MPA, ATR-72 kini dibekali perangkat Thales AMASCOS (Airborne Maritime Situation and Control System) yang dipadukan dengan radar Ocean Master Surveillance. Maka jika diperhatikan, pada bagian bawah fuselage ATR-72 MPA terdapat belly dome radar, serupa dengan yang ada di CN-235 220 MPA Puspenerbal TNI AL.

Baca juga: Beginilah Penampakan Kabin CN-235 220 MPA Terbaru Puspenerbal TNI AL

Kelengkapan lain yang ada di ATR-72 MPA adalah perangkat optical electronic, FLIR, chaff & flare dispenser, radar warning, depth charge, missile warning and laser warning systems. Tak ketinggalan bekal ESM (Electronic Support Measures) and MAD (Magnetic Anomaly Detector) sensor untuk peran AKS yang disematkan pada bagian ekor.

Magnetic Anomaly Detector

ATR-72 600 MPA disokong mesin Pratt and Whitney (PW) 127M. Dengan PW127M, pesawat mampu meningkatkan daya termodinamika sehingga mampu mengangkat pesawat lebih tinggi sekitar 1.000 kaki dibanding seri 500. Bilah baling-baling ada enam yang mengadopsi Hamilton Sundstrand 568F.

Secara umum, ATR-72 600 MPA dapat terbang dengan kecepatan maksimum 460 km per jam. Pesawat ini dapat terbang sampai ketinggian 7.620 meter, dan mampu terbang selama 10 jam pada ketinggian 1.524 meter. Jika untuk take off perlu panjang landasan 1.170 meter, maka untuk mendarat hanya diperlukan panjang landasan 630 meter. (Bayu Pamungkas)

2 Comments