Update Drone KamikazeKlik di Atas

Tajikistan Buka Fasilitas Produksi Drone Kamikaze Iran Ababil 2, AS Tak Tinggal Diam

Selain Rusia yang kabarnya tengah mendatangkan drone dari Iran, rupanya ada negara eks Uni Soviet lain yang tertarik pada kemampuan drone tempur/kamikaze produksi Iran. Yang dimaksud adalah adalah Tajikistan, Negeri di Asia Tengah ini sejak pertengahan Mei 2022 dilaporkan telah meresmikan sebuah perusahaan yang memproduksi drone Ababil 2.

Baca juga: Kata Gedung Putih: Iran Bersiap Kirim Ratusan Drone Tempur dan Kamikaze ke Rusia

Dikutip dari situs Asia-Plus – asiaplustj.info, disebutkan bahwa perusahaan ini dibangun untuk memperkuat dan memperluas pertahanan bersama dan kerja sama militer antara kedua negara berkat upaya dan bantuan spesialis dari Kementerian Pertahanan dan dengan dukungan Angkatan Bersenjata Iran. Iran diketahui mulai mengembangkan teknologi drone sejak 1980-an. Pengembangan drone Iran diprakarsai oleh drone yang diterima dari Amerika Serikat pada 1970-an, yakni target drone Firebee.

“Selain memenuhi kebutuhan domestik, kami dapat mengekspor peralatan militer ke sekutu dan negara sehabat untuk memperkuat keamanan dan perdamaian abadi,” ujar Mohammad Boqiri, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran. Meski begiu, rincian tentang kapasitas produksi pabrik dan kemampuan drone Ababil 2 tidak dilaporkan.

Dari beberapa literasi disebut, bahwa Ababil 2 mengandalkan sistem kendali berbasis GPS, yang memungkinkan drone terbang di sepanjang rute yang telah ditentukan, dan secara mandiri kembali ke ground control station dan mendarat menggunakan parasut. Ababil diluncurkan dari catapult dengan sokongan mpendorong roket atau kekuatan udara terkompresi.

Ababil 2 dapat diluncurkan dari permukaan, dari kargo truk, dari dek kapal, bahkan dimungkinkan dari belakang van kecil. Ababil 2 ditujukan utamanya untuk misi pengintaian, memotret daerah dan mengumpulkan intelijen. Lain dari itu, drone ini juga dapat digunakan sebagai target drone dalam latihan angkatan udara, atau dilengkapi dengan 40 kg bahan peledak, yang menjadikan Ababil 2 sebagai drone kamikaze (loitering munition).

Battle Proven
Satu hal yang menarik dari Ababil 2 adalah drone kamikaze ini ternyata juga dipasang di high speed boat. Sekilas tentang Ababil 2, drone mini ini meski tak masuk kualifikasi drone MALE (Medium Altitude Long Endurance), namun drone ini sudah menyandang predikat battle proven.

Diproduksi oleh Iran Aircraft Manufacturing Industrial Company (HESA), Ababil 2 sudah kenyang digunakan dalam beberapa palagan, sebut saja Hizbullah yang mengoperasikan Ababil 2 dalam konflik bersenjata di Lebanon pada tahun 2002. Dua belas unit Ababil 2 setidaknya telah diluncurkan Hizbullah, namun beberapa Ababil kemudian berhasil ditembak jatuh oleh F-16 AU Israel. Laga Ababil 2 lainnya yaitu saat digunakan di Yaman, Irak, Sudan, Suriah dan Palestina.

Dari spesifikasi, Ababil 2 ditenagai satu unit mesin piston WAE-342 dua silinder dengan kekuatan 25 hp. Berkat dua bilah propeller, drone ini dapat melesat dengan kecepatan masksimum 370 km per jam dan kecepatan jelajah 250 – 350 km per jam. Dengan kapasitas bahan bakar penuh 16 liter, Ababil 2 dapat menjelajah sejauh 120 km.

Endurance Ababil 2 sangat terbatas, yakni maksimum hanya 2 jam dan ketinggian terbang mencapai 3.000 meter. Payload yang bisa dibawa mencapai 40 kg, sementara bobot kosong drone 30 kg dan berat maksimum saat tinggal landas dipatok 83 kg. Ababil 2 punya panjang keseluruhan 2,88 meter, lebar bentang sayap 3,25 meter dan tinggi 0,91 meter.

Baca juga: Iran Pasang Drone Kamikaze di High Speed Boat

Tawaran Washington ke Tajiskistan
Serasa tak ingin kehilangan pengruh di Tajiskista, Amerika Serikat rupanya juga menawarkan drone intai Puma. Duta Besar AS untuk Tajikistan John Mark Pommersheim mengatakan pada konferensi pers di Dushanbe bahwa AS akan memasok drone pengintai RQ-20 Puma ke pasukan perbatasan Tajikistan.

John Mark Pommersheim mencatat bahwa rincian kesepakatan US$20 juta saat ini sedang dinegosiasikan oleh para pihak. Menurutnya, drone Amerika akan berfungsi untuk memantau wilayah udara Tajikistan di daerah perbatasan. (Gilang Perdana)