Update Drone KamikazeKlik di Atas

Misi Anti Drone di Timur Tengah, Angkatan Laut AS Gunakan Roket Kaliber 70mm Berpemandu Laser

Untuk urusan keselamatan prajurit, apa yang dilakukan Amerika Serikat jelas menjadi panutan. Terkhususnya bagi unit militer yang ditempatkan di Timur Tengah, ada kabar bahwa Angkatan Laut AS (US Navy) telah memesan perangkat anti drone – Counter-Unmanned Aerial Systems (C-UAS) dengan teknologi EAGLS (Electrically Aided Gunnery Laser System) dari MSI Defense Solutions dengan nilai US$24 juta.

Baca juga: L3Harris Vampire – Senjata Anti Drone Berbasis Roket Hydra 70, Ideal Dipasang di Kendaraan Pickup Sipil

C-UAS dengan EAGLS mengandalkan kemampuan roket berpemandu laser (laser guided) kaliber 70 mm. Sistem EAGLS, mengingatkan pada sistem L3 Vampire yang digunakan di Ukraina, mengintegrasikan stasiun senjata yang dioperasikan dari jarak jauh, menara sensor dengan kemampuan elektro-optik dan inframerah, dan radar AESA kompak dari Leonardo DRS. Khususnya, jangkauan radar yang diperluas hingga 10 kilometer, meningkatkan kesadaran situasional dan memberikan deteksi dini yang penting terhadap potensi ancaman.

Dirancang untuk keserbagunaan, sistem EAGLS dapat digunakan dalam bentuk palet atau dipasang di berbagai platform, termasuk varian Humvee 4×4 bergaya truk pickup. Kemampuan beradaptasi ini memastikan respons yang cepat terhadap lanskap ancaman yang terus berkembang, sehingga menawarkan lapisan pertahanan penting bagi personel AS yang beroperasi di lingkungan yang dinamis.

Akuisisi sistem EAGLS menandakan pendekatan proaktif Angkatan Laut AS untuk mengurangi meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh drone kamikaze di Timur Tengah. Ketika musuh terus memanfaatkan teknologi drone dalam peperangan asimetris, investasi pada sistem pertahanan mutakhir seperti EAGLS sangat penting untuk menjaga kesiapan militer dan melindungi kepentingan nasional.

EAGLS adalah sistem laser yang digunakan dalam senjata untuk meningkatkan akurasi tembakan. Sistem ini digunakan terutama dalam senjata yang dipasang di kendaraan tempur atau kapal perang. EAGLS menggunakan laser untuk membantu mengarahkan senjata dengan lebih tepat ke target, sehingga meningkatkan kemampuan tembak dari jarak jauh dan dalam berbagai kondisi lingkungan. Keunggulan EAGLS termasuk akurasi yang tinggi, waktu reaksi yang cepat, dan kemampuan untuk digunakan dalam situasi yang kompleks seperti malam hari atau cuaca buruk.

EAGLS dikembangkan oleh perusahaan asal Inggris, BAE Systems. Sistem ini pertama kali diperkenalkan pada awal 2000-an sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan akurasi dan efektivitas senjata yang digunakan dalam kendaraan tempur dan sistem senjata lainnya.

Adopsi roket kaliber 70 mm untuk peran penghancuran drone bukan kali ini diterapkan, sebelumnya BAE Systems mengadaptasi roket 70 mm standar sebagai solusi yang murah untuk menghadapi drone berukuran sedang. Dalam hal ini, BAE Systems mengklaim berhasil menguji penembakan roket 70 mm yang dipandu oleh kit APKWS (Advanced Precision Kill Weapon System) sebagai aset pertahanan untuk melacak dan menembak jatuh drone kelas 2.

EAGLS model palet

Yang dimaksud drone kelas 2 adalah drone yang memiliki berat di rentang 12 – 50 kg, dan mampu melaju dengan kecepatan melebihi 160 km per jam.

Menurut BAE Systems, kit pemandu APKWS besutannya adalah satu-satunya program yang memungkinkan roket tak berpemandu 2,75 inci (70 mm) diubah menjadi munisi berpemandu presisi, yang dapat menyediakan kemampuan menyerang pesawat militer sayap putar dan sayap tetap dengan biaya operasi rendah.

Hasilnya, roket 70 mm dengan kit pemandu APKWS, menjadi senjata supersonik lock-on-after-launch yang sangat akurat namun relatif murah dengan dilengkapi dengan hulu ledak seberat 4,5 kg yang dapat menghancurkan drone besar dalam hitungan detik, dengan atau tanpa kontak langsung. (Gilang Perdana)

Roket 70mm dengan Kit Pemandu APKWS, Solusi Efektif dan Murah untuk Hancurkan Drone

2 Comments