Meski Mirip, Desain Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dan Landing Platform Dock (LPD) Ternyata Berbeda
|Dengan diluncurkannya KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 pada 7 Januari 2021, maka menjadi babak baru bagi TNI AL dalam mengoperasikan jenis kapal BRS (Bantu Rumah Sakit). Bukan sebatas pemasangan logo palang merah pada kapal rumah sakit, kehadiran BRS dari sisi desain juga benar-benar ‘baru.’ Sebagian warganet mengira bahwa BRS adalah Landing Platform Dock (LPD) yang dialihfungsi.
Baca juga: PT PAL Lakukan Keel Laying Pembangunan Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) Kedua untuk TNI AL
Anggapan itu tentu tak bisa disalahkan, karena rancangan desain dan struktur luar antara BRS dan LPD terlihat mirip. Bahkan dari segi panjang dan bobot, keduanya tidak terlampau beda. Namun, tahukah Anda, bahwa selain urusan fungsi, nyatanya ada perbedaan yang kentara antara BRS dan LPD. Letak perbedaan itu ada pada pintu rampa (ramp door).
Sesuai fungsinya, LPD yang masuk kategori kapal amfibi, dilengkapi dock basah atau wet well. Adanya dock basah dapat dilihat dari stern ramp pada bagian buritan, dimana difungsikan untuk keluar masuknya kendaraan amfibi, termasuk kapal pendarat seperti Landing Craft Utility (LCU). Tidak itu saja, desain LPD juga dicirikan dengan hadirnya side ramp pada bagian sisi lambung kapal, yang biasa digunakan untuk akses keluar masuk kendaraan saat kapal tiba di dermaga.
Nah, bagaimana dengan BRS? Meski desainnya serupa dengan LPD, namun BRS hadir tanpa stern ramp dan side ramp. Ini bisa Anda lihat pada foto paling atas, dimana diperlihatkan bagian belakang dari BRS KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991.
Kepala Humas PT PAL Indonesia, Utario EP mengatakan kepada Indomiliter.com, bahwa bila ditempatkan ramp door dan dock basah pada BRS, maka dapat mengurangi kapasitas dari rumah sakit. Seperti diketahui, BRS memiliki kapasitas angkut total personil 643 orang, termasuk 159 pasien.
Meski ada perbedaan antara LPD dan BRS, namun LPD yang punya spesifikasi lebih tinggi, dapat fleksibel menjalankan peran sebagai rumah sakit. Sebagai bukti, KRI Semarang 594 yang adalah LPD kini dialihfungsi sebagai kapal rumah sakit. Pengalihan fungsi dilakukan dengan melakukan re-desain modular untuk perlengkapan medis.
Singat cerita, LPD dapat diubah menjadi BRS, dimana sebelumnya itu telah terjadi pada kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso 990, yang dahulu bernama KRI Tanjung Dalpele. Lantas, apakah BRS dapat diubah menjadi LPD? Secara teori bisa saja, namun itu perlu effort dan biaya yang luar biasa besar, lantaran harus melakukan modifikasi besar pada platform.
Baca juga: Landing Craft Utility – “Kepanjangan Tangan” Gelar Operasi Amfibi LPD TNI AL
Bila melihat dari konsep penomeran pada armada TNI AL, maka tupoksi BRS tidak akan mengarah pada tugas operasi amfibi. BRS diberi kode nomer lambung 99x, yang masuk dalam Satuan Kapal Bantu (Satban). Sementara LPD dengan kode nomer lambung 59x, masuk dalam kelompok Satuan Kapal Amfibi (Satfib). Lepas dari itu, untuk kapasitas deck helikopter dan hanggar, antara BRS dan LPD adalah sama. (Haryo Adjie)
Fungsi asasi brs sm lpd jauh banget,
Klo masalah medvac, yg jadi andalan iyaitu mobud helikopter,
Jadi gk perlu pake lcu atau angkut ambulance mobile,
Karena namanya juga “rumah sakit terapung” fungsi utamanya bagaimana mengoptimalkan ruangan untuk perawatan intensif korban,
Sampai operasi kecil dan besar,
Klo urusan menyalurkan bantuan biar lpd dan lst yg maju paling depan….
Btw uss mercy juga gitu, malah basisnya kapal komersial biasa.
Perbanyak kapal BRS dan LPD karena makin banyak bencana di tanah air, jangan lupa kapan kapal2 Bakamla dipersenjatai lengkap dan KRI berkemampuan kuat untuk eliminir ancaman nyata wilayah perairan negeri ini……
Cara evakuasi korban bencana kalau dermaga hancur gimana min? Bisa jelasin lebih rinci di artikel selanjutnya?
Ada yg mengharapkan kapal BRS dng stern & side ramp spt LPD dan ada juga mengharapkan kapal BRS dgn bow door dgn kemampuan beaching spt LST. 😟😟😟.
Segambot LPD bsa jg untuk kapal induk Droon…mantap kali…bsa muat 1skadron dron paten kali…bsa d kerahkan k mana aja…solusi negara kepulauan yg berkantong cekak….
Lebih sreg dengan adanya well deck dan rear ramp utk mempercepat proses evakuasi dan bantuan karena berfungsi sbgai dermaga kecil. permasalahannya makan tempat utk hull seukuran 125 M.
Ya itu artinya tidak tau mana yg butuh penekanan dan tidak tau skala prioritas ☝️
Setelah melihat perbedaan antara LPD dan BRS apa masih ada yg berharap bisa menggunakan LCU, tank amfibi, perahu utk evakuasi medis ke kapal BRS.bahkan kapal BRS terbesar kelas mercy milik us Navy & kapal BRS milik Indonesia memiliki kesamaan yaitu tdk memiliki side ramp & stern ramp.
Ada itu si Ntung.
Bagi si Ntung, gak ada yg gak bisa klo sdh dlm kondisi dibutuhka utk perang katanya. Bahkan truck Sat Pol PP bisa diambil dan dimobilisasa utk perang dng modal dibuat dudukan senapan mesin.🙄
Iya memang ada kesamaan. Tapi harus dipikirkan kalo BENCANA TSUNAMI yg merusak fasilitas2.
NUSANTARA INI ” RING OF FIRE” jadi TSUNAMI harus diperhitungkan. TSUNAMI ACEH, yg bisa BEACHING LST2 TNI AL.
Harus dipikirkan ulang….
Tapi untuk saat ini kelihatannya tdk ada satupun negara yg memiliki kapal BRS yg dilengkapi stern & side ramp bahkan cina, rusia, Amerika jg tdk memiliki kapal BRS yg dilengkapi stern ramp.
Pertimbangan kebutuhan berdasarkan faktor geografis wilayah dan daerah operasi
@king. Bener sampean blm ada disain kapal RUJUKAN dr USA, TIONGKAK dll.
NUSANTARA kita NEGARA KEPULAUAN SATU2NYA terbesar di dunia. Mereka khan BUKAN NEGARA KEPULAUAN.
ANAK2 PAL PINTER2, disain aja….pasti bisa!!!
Liat aja TSUNAMI ACEH yg menghancurkan pantai ber kilo kilometer. Nggak semua kota / perkampungan pinggir pantai ada dermaga yg bisa di DOCKING LPD 2. Kalo fokus docking dermaga cuman hanya di kota propinsi pd umumnya.
Kasian kota2 dan perkampungan nelayan yg tersebar di sepanjang pantai.
LST based KAPAL RUMA SAKIT bisa lansung beaching di depan kota/ perkampungan pantai mereka.
ngak perlu MONDAR MANDIR pake LCU/ HELI.
Tsunami Aceh pelajaran penting…
Justru kalo sampai terjadi kerusakan masif spt di aceh, dimana dasar permukaan pantai yg berupa karang terangkat…..kapal LST, apalagi LPD ga berani masuk 🤷
Dia akan tetap memutar mencari alur yg bisa dimasuki…..dan kalo ga ketemu mau ga mau harus buang sauh di lepas pantai dan gantian rhib atau heli yg bekerja.
Btw, kalo kita buka catatan…..berapa jumlah pasien yg ditangani selama bencana oleh uss mercy walapun dia tidak bisa berlabuh di alur perairan dangkal, sudah semestinya kita tidak meributkan desain BRS ini, toh desain ini adalah hasil penyempurnaan yg diperoleh berdasar pengalaman dari berbagai operasi kemanusiaan ☝️
Jepang juga negara kepulauan dng kemungkinan menghadapi resiko terkena tsunami sama besarnya dng Indonesia dan apakah Jepang yg industri kapalnya sdh lebih maju dari Indonesia sdh pernah membangun kapal brs dng stern ramp. 😗😗😗
Bahkan jk seandainya ingin bangun kapal brs dng desain lst kapasitas pasien serta peralatan & tenaga medis yg ditampung jg pasti terbatas.kelihatannya beberapa orang berfikir mendesain kapal itu adlh hal yg mudah. 😏😏😏
KALO BENCANA TSUNAMI yg merusak pelabuhan2, mau sandar dimana yah ini kapal kalo nggak ada REAR RAMP ???
Sudah waktunya mikirin KAPAL BANTU / RUMAH SAKIT BERBASIS KAPAL LST dgn RAMP LIPAT YG DIPERPANJANG jadi DRY BEACHING….
@dion
Kapal BRS meninggalkan desain LPD utk memaksimalkan jumlah bed, layaknya sebuah rumah sakit, juga mengidealkan zonasinya mengikuti “flow” sebuah RS dimana area steril tidak bercampur dengan lalu lalang aktivitas lain yg sifatnya non-steril 🤷
Jadi kalo mau mempertahankan keberadaan rear ramp, sama saja bertolak belakang dg usaha memaksimalkan jumlah ruangan krn area well deck tidak bisa dimanfaatkan untuk kepentingan menambah jumlah ruang……sementara kalo menghadapi kondisi pelabuhan yg tidak bisa dirapati, masih tersedia “ambulan terapung” utk keperluan antar jemput pasien. Atau bisa juga menggunakan helikopter.
Solusinya memperpanjang hull dan adanya ruang sterilisasi. Adanya well deck juga utk mempercepat proses bantuan dan evakuasi mengingat armada heli penerbal yg miris. Heli Panther dipake buat bantuan logistik dan medis.
Jika Indonesia ingin kapal BRS yg dilengkapi dgn stern & side ramp maka sebaiknya PT pal harus bisa membangun BRS berdasarkan desain kapal yg ukurannya lebih besar dari kapal lhd yg sekarang tanpa harus mengorbankan banyak ruang.
Sampai saat ini tdk Ada yg bisa mengalahkan ukuran kapal BRS milik us Navy USNS Mercy. Bahkan kapal BRS kelas Mercy merupakan kapal terbesar ke 3 di Amerika setelah kapal induk kelas Nimitz & Ford.
Lebih cocok seukuran Brs di kepulauan kita lebih leluasa blusukan
Laut terdalam hanya di bagian timur,di laut arafuru,kalo seukuran Mercy pasti tidak bisa,untuk tonase sebesar KRI 990 masih memungkinkan