Korea Selatan Kembangkan Drone Tempur (UCAV) Stealth yang Beroperasi dari Kapal Induk

Tak ingin ketinggalan dari Turki yang sukses dengan uji coba Bayraktar TB3 dari kapal induk/LHD (Landing Helicopter Dock) TCG Anadolu, maka Korea Selatan dikabarkan kini tengah mengembangan drone tempur (UCAV) dengan kemampuan beroperasi dari kapal induk. Bedanya bila Bayraktar TB3 mengusung mesin turboprop, maka carrier based combat drone Negeri Ginseng nantinya akan menggunakan mesin jet, atau mirip dengan Bayraktar Kızılelma.
Baca juga: Lepas Landas dari kapal Induk TCG Anadolu, Drone Bayraktar TB3 Sukses Uji Tembak MAM-L
Manufaktur dirgantara, Korea Aerospace Industries (KAI), kini tengah memulai pengembangan UCAV berbasis kapal induk, yang merupakan turunan dari platform drone bertenaga jet yang sedang dikembangkan untuk Angkatan Udara Korea Selatan. Program UCAV carried based ini diungkapkan dalam 8th Korea Strait Victory Seminar yang diselenggarakan di Majelis Nasional pada 8 Juli 2025.
Kepala Riset Sistem Masa Depan KAI, Kang Byung-gil, menyatakan bahwa UCAV ini didasarkan pada badan pesawat kelas enam ton dengan struktur yang diperkuat dan modifikasi untuk memungkinkan pendaratan menggunakan hook dan peluncuran ketapel (catapult) dari kapal induk konvensional.
Drone untuk angkatan laut baru ini dirancang untuk mendukung program kapal induk Ghost Commander-II, yang menggantikan proyek kapal induk CV-X yang telah dibatalkan.

Drone tempur carrier based rancangan KAI ini dilengkapi dengan kait ekor dan roda pendaratan yang diperkuat, sehingga kompatibel dengan sistem peluncuran dan pemulihan elektromagnetik. Menurut KAI, UCAV ini akan bersifat modular, mampu mengintegrasikan sensor dan muatan yang dapat dipertukarkan untuk mendukung berbagai jenis misi.
Seperti dikutip Armyrecognition, drone ini diharapkan dapat membawa rudal udara-ke-udara jarak jauh, amunisi udara-ke-permukaan, dan drone peluncur udara. Selain itu, drone ini juga dirancang untuk misi pengintaian jarak jauh dan memiliki karakteristik stealth, hal ini didukung oleh desain ruang senjata internal (weapon bay).

Pengembangan drone untuk Angkatan Laut ini menyusul keputusan Korea Selatan untuk membatalkan proyek kapal induk CV-X pada tahun 2024, yang awalnya mencakup rencana pengadaan jet tempur stealth F-35B yang punya kemampuan short takeoff and vertical landing (STOVL).
Dikembangkan oleh Hanwha Ocean, model kapal induk drone yang disebut Ghost Commander-II dipresentasikan pada pameran angkatan laut MADEX 2025 di Busan dan dirancang sebagai kapal komando serbaguna dengan bobot benaman sekitar 42.000 ton.
Dengan panjang 240 meter dan lebar 60 meter, kapal induk ini dilengkapi setidaknya satu ketapel elektromagnetik, tiga kabel penahan, well deck untuk operasi pendaratan amfibi, dan sistem peluncuran vertikal (VLS) untuk rudal permukaan ke udara.
Ghost Commander-II dirancang untuk mendukung berbagai misi, termasuk serangan jarak jauh, dukungan amfibi, bantuan bencana, dan perlindungan jalur laut, dalam konteks di mana doktrin angkatan laut semakin mengintegrasikan kecerdasan buatan dan aset udara nirawak.
Konsep UCAV awalnya dikembangkan sebagai bagian dari kerangka kerja sama berawak-nirawak – manned-unmanned teaming framework yang lebih luas, yang mencakup partisipasi KAI dalam pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae dan sistem drone pendukung seperti Low Observable Unmanned Wingman System (LOWUS).
UCAV angkatan laut ini lebih besar daripada LOWUS dan berbeda dalam hal kapasitas muatan, penguatan struktural, dan independensi operasional. Berat lepas landas maksimum drone ini di bawah enam ton, dengan kapasitas muatan 800 kilogram dan radius tempur sekitar 482 kilometer.
Korean Air Luncurkan LOWUS – Drone Loyal Wingman untuk Jet Tempur KF-21 Boramae
Sebagai sumber tenaga, drone ini ditenagai oleh mesin turbofan bypass tinggi dan diperkirakan dapat terbang di bawah Mach 0,6. Bagian hidungnya dirancang modular, memungkinkan integrasi radar AESA, IRST, EOTS, dan kemungkinan radar pengawasan maritim pada varian mendatang. Selain kemampuannya membawa rudal udara-ke-udara jarak jauh Meteor, UCAV ini akan dilengkapi dengan drone peluncur udara berukuran kecil dan menengah yang dikembangkan oleh KAI. Hal ini memungkinkannya berfungsi sebagai induk drone, yang mampu mengelola beberapa drone bawahan selama operasi terkoordinasi.
Konsep KAI memposisikan Korea Selatan sebagai negara ketiga yang potensial, setelah Amerika Serikat dan Turki, untuk mengembangkan UCAV bertenaga jet untuk operasi kapal induk. Karakteristik pesawat yang dilaporkan membedakannya dari MQ-25 Stingray milik AS dan Bayraktar Kızılelma milik Turki, terutama melalui kombinasi senjata internal pada weapon bay, peralatan misi modular, dan integrasi radar AESA. (Gilang Perdana)
AL Turki Resmi Operasikan LHD TCG Anadolu, Kapal Induk Drone Pertama di Dunia

