Bukan Hanya di Indo Pasifik, Beijing Investasikan Jaringan Pangkalan Laut Hingga Pesisir Atlantik

Militer Cina di Pangkalan Laut Djibouti (Xinhua Photo)

Meski kekuatan laut Cina terlihat fokus untuk menghadapi eskalasi dengan Taiwan dan kawasan Laut Cina Selatan, tak bisa dikesampingkan bahwa Sang Naga juga agresif dalam membangun jaringan pangkalan angkatan laut (naval base). Meski belum bisa disandingkan dengan Amerika Serikat, sebuah studi mengidenfitikasi potensi penyebaran jaringan pangkalan AL Cina di masa depan.

Baca juga: Pembangunan Pangkalan Angkatan Laut Kamboja yang Didanai Cina Hampir Kelar, AS Ketar-ketir 

Dikutip dari US Naval Institute – usni.org (16/8/2023), sebuah tim peneliti telah mengidentifikasi kemungkinan lokasi pangkalan angkatan laut China di masa depan, tidak hanya di kawasan Indo Pasifik tetapi juga berpotensi hadir pantai barat Afrika yang menghadap Samudra Atlantik.

Lewat kekuatan ekonomi, Cina selama ini telah berinvestasi di “seluruh petak pelabuhan” melalui Belt and Road Initiative yang telah berjalan satu dekade. Meski begitu, tetapi belum jelas betul yang akan digunakan untuk pangkalan angkatan laut di masa depan

Studi tersebut menggunakan data sumber terbuka, yang dikumpulkan hingga 2021, untuk mengidentifikasi delapan pelabuhan yang berpotensi digunakan sebagai pangkalan angkatan laut dalam dua hingga lima tahun ke depan oleh AL Cina. Pangkalan ini akan sedekat mungkin dengan Cina seperti Ream di Kamboja, dan Bata di Guinea Khatulistiwa, di Atlantik.

Pilihan tersebut didasarkan pada kombinasi faktor, termasuk skala besar pembiayaan pembangunan Cina dalam infrastruktur pelabuhan; nilai strategis dan lokasi pelabuhan; hubungan yang kuat dengan elit negara tuan rumah; keselarasan pemungutan suara dengan Cina di Majelis Umum PBB; dan karakteristik pelabuhan yang cocok untuk mendukung berlabuhnya kapal perang Cina

Cina melakukan “exercising naval statecraft” dengan investasinya, kata Brent Sadler, dari Heritage’s Center for National Defense dan penulis US Naval Power in the 21st Century.

Tetapi setiap pangkalan baru (Cina) tidak akan secara otomatis terlihat seperti fasilitas pangkalan AS di luar negeri atau bahkan miliknya sendiri di Djibouti (Afrika Timur). “Mereka tidak memiliki hubungan dengan negara,” kata Sadler.

Laporan tersebut mencatat bahwa di masa perang, delapan pelabuhan yang mungkin digunakan Cina sebagai pangkalan akan “menjadi target bernilai tinggi” yang rentan terhadap serangan. Selain itu, negara tuan rumah memiliki militer kecil, sehingga beban pertahanan sebagian besar akan bertumpu pada Beijing.

“Cina dalam hal ini akan melihat pelabuhan komersial, yang dapat digunakan secara hybrid “untuk mendukung militer,” kata Sadler. “Itulah yang kami lihat sedang dimainkan.”

Nilai jual Cina ke negara lain adalah “kami seperti Anda” [dan] kami bukan penjajah,” kata Sadler. Bagi orang Cina, ada konvergensi kepentingan ekonomi dan geopolitik dalam membangun infrastruktur pelabuhan.

Studi tersebut tidak memasukkan peningkatan perhatian dan keterlibatan Cina di Kepulauan Solomon di Pasifik Barat karena titik batas pada pengumpulan dan analisis data. Pada tahun 2022, Cina mencapai kesepakatan dengan Solomon pada beberapa hak pangkalan, tetapi seberapa luas kehadirannya tidak jelas. Pangkalan apa pun di Solomon bisa serupa dengan apa yang dimiliki Cina di Kamboja.

Baca juga: Australia Meradang, Solomon Islands dan Cina Bahas Kerja sama Pembangunan Pangkalan Militer

Studi itu mengatakan Cina dapat menggunakan pendekatan itu dengan negara-negara lain yang berpikiran sama. “Dalam beberapa hal, apa yang lebih masuk akal bagi China adalah perjanjian keamanan dan angkatan laut dengan negara seperti Iran, Rusia, Suriah, atau Venezuela—semua negara yang memiliki keselarasan pemungutan suara diMajelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. (Gilang Perdana)

One Comment