Update Drone KamikazeKlik di Atas

DAPA: Prototipe Jet Tempur KFX Meluncur Semester Pertama 2021 dan Terbang Perdana di 2022

Setelah melewat berbagai lika-liku, akhirnya Korea Aerospace Industries (KAI) berani menargetkan untuk merilis prototipe perdana jet tempur KFX pada semester pertama tahun 2021. Bahkan Defence Acquisition Programme Administration (DAPA), badan yang menaungi proyek jet tempur ini telah mencanangkan uji terbang perdana KFX akan dilakukan setahun kemudian, yaitu di 2022.

Baca juga: Indonesia Pertimbangkan Mundur dalam Program Jet Tempur KFX/IFX

Seperti dikutip dari Janes.com (26/9), pihal DAPA telah mengonfirmasi hal tersebut, disebutkan bahwa fase kritis pengembangan KF-X telah berhasil dilalui, menjadikan proyek KFX (Korean Fighter eXperimental) dan IFX (Indonesian Fighter eXperimental) dapat berjalan ke fase berikutnya, yaitu pembutan konstruksi prototipe. Seperti diketahui, proses pengembangan KF-X/IF-X sempat terganjal masalah pendanaan, baik internal di Korea Selatan dan molornya angsuran dana pengembangan yang harus dibayarkan oleh Indonesia untuk proyek ini.

KFX/IFX adalah proyek jet tempur multirole generasi 4.5 dengan single seat dan disokong twin engines. Proyek KFX resmi dimulai pada Januari 2016 dengan desain awal yang berhasil dituntaskan pada Juni 2018. Pekerjaan produksi prototipe pertama sudah dirintis sejak Februari 2018. Untuk menuju proses produksi penuh, KAI rencananya akan membuat enam unit prototipe. Setelah prototipe terbang perdana pada tahun 2022, maka masih dibutuhkan waktu sekitar empat tahun untuk serangkaian percobaan, hingga ditargetkan pesawat tempur kebanggaan Korea Selatan dan Indonesia ini akan dapat masuk fase produksi penuh pada pertengahan tahun 2026.

Dari perspektif AU Korea Selatan, KFX nantinya akan dibuat sebanyak 120 unit, jet tempur ini akan menggantikan peran F-5E Tiger dan F-4E Phantom. Fase produksi ke 120 unit pesawat ditargetkan akan berlangsung pada periode 2026 sampai 2032. Total kapasitas produksi KFX, termasuk kuota untuk ekspor nantinya ditargetkan mencapai angka 350 unit.

Indonesia yang sejak awal turut  andil dalam pengembangan KFX/IFX, kini sedang melakukan negosiasi kembali keterlibatannya dalam program ini. Meski mendapat tekanan dalam hal pendanaan, Indonesia sejauh ini tetap berkomitmen untuk melanjutkan program IFX, diantaranya dengan menghormati kewajiban pembayarannya yang ditetapkan berdasarkan perjanjian keuangan di tahun 2015.

Berdasarkan perjanjian awal yang kini sedang dirundingkan kembali, Indonesia berkomitmen untuk membayar 20 persen dari total biaya pengembangan, yang diperkirakan mencapai totoal US$8 miliar. Pemerintah Korea Selatan akan membayar 60 persen dari biaya program pembangunan, dengan kontraktor utama KAI akan menanggung 20 persen sisanya, dan 20 persen terakhir oleh pihak Indonesia.

Pada Januari 2018 pejabat pertahanan Indonesia dalam komentarnya di media lokal menyebut Indonesia kekurangan dana sekitar Rp1,85 triliun (USD140 juta) yang harus dibayar ke Korea Selatan dengan imbalan keterlibatannya dalam program KFX/IFX sesuai perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2015.

Baca juga: Akibat Indonesia Telat Bayar dan KAI Kesulitan Modal, Proyek Jet Tempur KFX/IFX Terancam Ditunda?

Khusus untuk IFX, TNI AU telah menetapkan syarat fitur yang harus hadir pada jet tempur masa depan ini, diantaranya harus dibekali drag chute, tangki bahan bakar eksternal 480G dan tentunya weapon and sensors. Dalam desain IFX dilengkapi 10 hard point, termasuk 4 semi conformal untuk instalasi rudal udara ke udara AMRAAM. Sebagai mitra pelaksana proyek IFX adalan PT Dirgantara Indonesia. (Haryo Adjie)

14 Comments