Ada Potensi Veto dari AS, Inggris Tawarkan Mesin Rolls-Royce untuk Jet Tempur KF-21 Boramae Varian Ekspor

Sebagai sekutu ring satu AS di Indo Pasifik, Korea Selatan mendapatkan perlakuan khusus untuk mengembangkan dan memanfaatkan mesin General Electric F414-GE-400K untuk jet temput KF-21 Boramae, bahkan lewat Hanwha Aerospace, Korea Selatan mendapatkan akses untuk merakit dan memproduksi lisensi mesin tersebut. Meski begitu, ada ketidaknyamanan yang dialami industri pertahanan Negeri Ginseng.

Baca juga: Hanwha Aerospace Raih Kontrak Produksi 40 Unit Mesin GE F414 untuk KF-21 Boramae

Ketidaknyaman yang dimaksud adalah potensi veto dari Washington yang melarang penjualan mesin GE F414-GE-400K di luar Korea Selatan, yang secara langsung bisa berdampak pada rencana ekspor KF-21 Boramae ke beberapa negara. Pembatasan ekspor yang ditetapkan AS artinya bisa berdampak langsung pada potensi penjualan KF-21 ke Indonesia, Uni Emirat Arab dan beberapa negara di Amerika Latin.

Pembatasan ini, kabarnya terkait dengan kebijakan keamanan nasional AS, telah menjadi hambatan signifikan bagi Seoul saat berupaya memperluas ekspor pertahanannya dan mengurangi ketergantungan pada teknologi yang dikendalikan AS. Meskipun Hanwha Aerospace mendapat hak merakit mesin ini di bawah lisensi di Korea Selatan, namun otonomi penuh tetap dibatasi oleh masalah hak kekayaan intelektual dan lisensi ekspor.

Menyadari potensi masalah pada ekspor KF-21 Boramae, Hanwha Aerospace dan Doosan Enerbility telah bermitra dengan pemerintah untuk mengeksplorasi pengembangan mesin jet tempur di dalam negeri. Kepala Sistem Kedirgantaraan Hanwha, Kwangmin Lee, menyatakan bahwa pihaknya bertujuan untuk memproduksi mesin jet tempur yang dikembangkan di dalam negeri pada tahun 2036, dengan biaya pengembangan yang diproyeksikan setidaknya mencapai $3,7 miliar.

Raih Lisensi 100%, Hanwha Aerospace Bangun Pabrik Mesin untuk Jet Tempur KF-21 Boramae di Korea Selatan

Hanwha berpendapat bahwa pengalamannya dalam membangun mesin di bawah lisensi, mengembangkan sistem propulsi kecil, dan mempertahankan rantai pasokan domestik yang kuat mendukung kelayakan jadwal ini. Perusahaan ini juga berencana untuk melipatgandakan jumlah teknisi menjadi 600 orang dan membangun pabrik senilai $30 juta di Korea Selatan sambil mendirikan pusat penelitian dan pengembangan di luar negeri di Amerika Serikat dan Eropa.

Hanwha mengklaim mesin rancangannya dapat melampaui daya dorong dan efisiensi bahan bakar F414 pada pembangkit listrik masa depan untuk varian KF-21 yang ditingkatkan, berpotensi memasuki produksi massal pada pertengahan 2030-an dan menargetkan pasar di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa Timur.

Korea Selatan telah menunjukkan minat untuk mengembangkan mesin lokal dengan tingkat daya dorong yang lebih tinggi dari F414, dalam kisaran 110 hingga 120 kN, untuk memungkinkan varian KF-21 yang ditingkatkan atau desain generasi kelima di masa mendatang.

Kinerja Lebih Optimal dari GE F414 KF-21 Boramae, Korea Selatan Kembangkan Mesin Jet Produksi Dalam Negeri

Skeptis
Namun, analis Korea Selatan dan pakar pertahanan internasional masih berbeda pendapat mengenai apakah Hanwha dan Doosan Enerbility dapat secara independen memenuhi tuntutan teknologi mesin pesawat tempur modern berdaya dorong tinggi dalam jangka waktu yang ditargetkan.

Mengingat skeptisisme ini, pemerintah Inggris telah turun tangan untuk mengusulkan Rolls-Royce sebagai mitra pengembangan bersama, menawarkan langkah perantara sebelum kemampuan domestik penuh tercapai. Pejabat Inggris berpendapat bahwa kolaborasi semacam itu akan mengurangi risiko program, mempercepat pengembangan, dan membangun hubungan industri yang langgeng.

Kabar Buruk Buat Saab (Swedia), AS Veto Penjualan Mesin GE F414 untuk Gripen E/F yang Akan Diekspor

Rolls-Royce telah secara terbuka menyatakan minatnya untuk berkontribusi pada kemampuan pesawat tempur negara lain dan secara bersamaan sedang mengejar kesepakatan pengembangan bersama yang serupa dengan India untuk program Advanced Medium Combat Aircraft (AMCA). Meskipun Rolls-Royce belum berkomentar secara resmi mengenai proyek KF-21, perusahaan tersebut telah menekankan manfaat strategis dari penciptaan bersama kekayaan intelektual, yang memungkinkan negara mitra untuk mempertahankan kedaulatan operasional penuh dan fleksibilitas ekspor.

Proposal Rolls-Royce tidak berfokus pada penjualan mesin siap pakai seperti EJ200, yang menggerakkan Eurofighter Typhoon, tetapi lebih pada pengembangan bersama mesin baru yang dapat melampaui kemampuan F414 dalam hal daya dorong dan efisiensi. Mesin yang diusulkan ini, yang juga dapat memperoleh manfaat dari sinergi teknologi jet tempur generasi keenam – Global Combat Air Programme (GCAP) yang digarap Inggris, Jepang dan Italia.

Inggris-Rolls Royce Sepakati Kontrak Senilai Rp8 Triliun untuk Mesin EJ200 Eurofighter Typhoon

Tidak seperti F414, desain baru ini akan bebas dari pembatasan ekspor AS dan dapat diintegrasikan ke dalam pesawat yang ditawarkan kepada pelanggan internasional yang lebih luas. Mesin tersebut dapat menggabungkan teknologi dari demonstran Tempest Rolls-Royce, yang berpotensi mencakup fitur siklus adaptif, metode pendinginan canggih, dan material baru untuk mendukung daya tahan yang lebih lama dan kemampuan supercruise.

Sebagaimana dilaporkan oleh Financial Times pada tanggal 23 Juni 2025, Inggris telah meluncurkan upaya lobi tingkat tinggi yang bertujuan untuk membujuk Korea Selatan agar beralih dari mesin F414 General Electric ke upaya pengembangan mesin bersama baru dengan Rolls-Royce untuk potensi ekspor jet tempur KF-21 Boramae di masa mendatang.

Inisiatif ini dipandang sebagai langkah strategis oleh London untuk memperdalam hubungan pertahanan industri dengan salah satu dari sepuluh eksportir senjata teratas dunia sekaligus merevitalisasi basis manufaktur pertahanannya sendiri. Meski tawaran Inggris menarik untuk dicermati, namun seperti halnya AS, Inggris sejatinya adalah negara yang kerap memberlakukan veto penjualan senjata secara kontroversial. (Gilang Perdana)

Akibat Embargo Inggris dan Pembatasan dari AS, Argentina Buka Opsi untuk Akuisisi Jet Tempur JF-17 Thunder

2 Comments