Setelah Tahun 1965, Militer AS Kini Bersiap Membawa Reaktor Nuklir ke Luar Angkasa

Beragam konflik yang terjadi di Bumi rupanya tak membuat kendor Amerika Serikat dalam menguasai jagad kekuatan di luar bumi. Punya wadah angkatan Luar Angkasa (US Space Force), kini tengah dimulai desain pesawat luar angkasa bertenaga nuklir sebagai bagian dari proyek Joint Emergent Technology Supplying On-Orbit Nuclear (JETSON). Dan untuk pertama kalinya sejak tahun 1965, militer AS sedang bersiap meluncurkan reaktor nuklir ke luar angkasa.

Baca juga: ASM-135 ASAT – Satu-satunya Rudal dari Jet Tempur yang Sukses Hancurkan Satelit di Luar Angkasa

Dalam eksplorasi luar angkasa, penggunaan tenaga fisi untuk reaktor nuklir sangat masuk akal. Mesin propulsi termal nuklir – Nuclear thermal propulsion (NTP) seperti yang dikembangkan Lockheed Martin untuk program DRACO (Demonstration Rocket for Agile Cislunar Operations) DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) menawarkan efisiensi lebih besar, waktu tempuh lebih singkat, dan kemampuan membawa muatan lebih besar untuk misi di area antara Bumi dan Bulan, yang dikenal sebagai operasi cislunar.

Fisi nuklir adalah proses fisika di mana inti atom suatu unsur nuklir terpecah menjadi dua atau lebih inti atom yang lebih kecil, bersama dengan emisi energi dalam bentuk sinar gamma dan neutron. Proses ini dapat melepaskan jumlah energi yang sangat besar dan memiliki berbagai aplikasi, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan senjata nuklir.

Namun, kekuatan fisi tidak terbatas hanya pada membuat pesawat luar angkasa bisa melaju. Penerapannya lebih luas, dan itulah sebabnya militer AS menginvestasikan US$33,7 juta di Lockheed Martin, bersama dengan Space Nuclear Power Corp (SpaceNukes) dan BWX Technologies, Inc.

Dalam sebuah langkah terobosan, demonstran teknologi akan menggunakan fisi nuklir sebagai bahan bakar mesin Stirling. Mesin ini diharapkan dapat menghasilkan listrik yang signifikan, berkisar antara 6 hingga 20 kilowatts electric (kWe). Lockheed Martin menegaskan bahwa pendekatan ini menghasilkan daya empat kali lipat dibandingkan panel surya tradisional, semuanya tanpa bergantung pada sinar matahari yang konstan.

Teknik inovatif ini mengambil inspirasi dari percobaan Reaktor Kilopower Reactor Using Stirling Technology (KRUSTY) milik NASA. KRUSTY bertujuan untuk mencari cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk memasok listrik bagi pos-pos terdepan di Bulan di masa depan dan pada akhirnya misi ke Planet Mars.

Dikutip dari Popular Mechanics, Barry Miles, manajer program JETSON dan peneliti utama di Lockheed Martin, menekankan peran penting pengembangan fisi nuklir dalam aplikasi luar angkasa. Dia menyatakan, “Pengembangan fisi nuklir untuk aplikasi luar angkasa adalah kunci untuk memperkenalkan teknologi yang secara dramatis dapat mengubah cara kita bergerak dan menjelajah ruang angkasa yang luas.”

Mesin fisi nuklir dirancang untuk tetap tidak aktif selama peluncuran dan hanya aktif ketika pesawat ruang angkasa JETSON mencapai orbit Bumi yang aman. Setelah reaktor fisi menghasilkan energi, energi tersebut akan digunakan untuk menggerakkan pendorong efek Hall.

Pendorong ini, sejenis pendorong ion yang dialiri listrik untuk menciptakan percepatan, sudah digunakan pada satelit LM2100 Lockheed Martin. Fisi memasok listrik yang diperlukan untuk akselerasi dan berfungsi sebagai sumber energi untuk sistem dan muatan di dalamnya, menjadikannya solusi komprehensif untuk semua kebutuhan energi pesawat luar angkasa.

Untuk pertama kalinya sejak tahun 1965, militer Amerika Serikat bersiap meluncurkan reaktor nuklir pertamanya ke luar angkasa. Contoh terakhir adalah satelit eksperimental bertenaga nuklir SNAP-10A, yang juga menandai debut pendorong ion di luar angkasa.

Baca juga: Begini Wujud ‘Ross’, Stasiun Luar Angkasa Rusia yang Baru Usai Tinggalkan ISS Tahun 2024! Lebih Canggih

Lockheed Martin menegaskan bahwa pesawat luar angkasa yang akan datang, yang saat ini sedang menjalani tinjauan desain awal, akan meningkatkan kemampuan manuver dan kekuatan, sehingga membentuk operasi pasukan ruang angkasa di masa depan.

Selain upaya Lockheed Martin, Intuitive Machines di Houston telah mendapatkan kucuran dana US$9,4 juta untuk mengembangkan pesawat luar angkasa dengan menggunakan sistem tenaga radioisotop kompak. (Bayu Pamungkas)

One Comment