Radar AESA untuk F/A-18 Hornet “Classic” Uji Terbang Perdana, Bikin Siap Tempur Hingga 2030

Meski sudah tidak lagi diproduksi, populasi jet tempur F/A-18 Hornet “Classic” (varian A/B/C/D) yang mencapai 300 hingga 400 unit di seluruh dunia, tetap menjadi pasar yang menarik bagi manufaktur radar untuk menawarkan upgrade untuk adopsi radar antena active electronically-scanned array (AESA).

Baca juga: Dua Jet Tempur F/A-18 Hornet Tabrakan di Udara, Meski Rusak Parah, Keduanya Berhasil Return to Base

Raytheon Intelligence & Space (RI&S) telah mengumumkan bahwa sistem radar APG-79(V)4 pertama telah memulai uji terbang. Radar ini memiliki antena AESA dan menggabungkan gallium nitride (GaN) dalam modul transmisi/penerimaannya, radar pengendali tembakan udara pertama – first airborne fire control radar yang menggunakan teknologi ini.

Seperti dikutip Aviation International News, prototipe radar APG-79(V)4 yang dikirimkan tahun lalu, pertama kali mengudara di Naval Air Weapons Station China Lake, California, dalam sebuah F/A-18D milik Korps Marinir (USMC) yang dioperasikan oleh VX-31 “Dust Devils”, skuadron uji coba gabungan Angkatan Laut dan Marinir.

“Setelah pengujian darat yang berhasil dan pengiriman prototipe radar, uji terbang ini sangat penting untuk mengamati kinerja di udara,” kata Thomas Shaurette, vice president of F/A-18 & Global Strike Radars. “Ini memungkinkan mitra kami untuk melihat kemampuan deteksi dan pelacakan radar V4 yang ditingkatkan secara real-time.”

APG-79(V)4 adalah versi APG-79 yang dipasang di Boeing F/A-18E/F Super Hornet Block 2/3 dan EA-18G Growler, dan memiliki banyak komponen dan teknologi yang sama dengan versi aslinya untuk mengoptimalkan biaya dan keberlanjutan. Versi ini disesuaikan dengan kompatibilitas dengan F/A-18 Hornet “Classic” sebelumnya, dan sedang dibeli sebagai bagian dari upgrade untuk sebagian armada Korps Marinir. Raytheon juga memiliki kontrak untuk menyediakan 36 unit APG-79(V)4 untuk program upgrade F/A-18 Hornet Angkatan Kanada.

F-18D Hornet AU Malaysia (TUDM)

Berdasarkan rencana tahun 2020, Naval Air Systems Command telah memilih lebih dari 80 unit Hornet Classic dengan kondisi terbaik dari armada saat ini, termasuk beberapa pesawat bekas Angkatan Laut yang baru saja dipensiunkan. Setelah inspeksi jam terbang tinggi yang berhasil pada 8.000 jam, pesawat-pesawat itu akan diizinkan untuk beroperasi selama 10.000 jam, yang cukup untuk bertahan hingga setidaknya tahun 2030.

Semua pesawat tersebut akan menerima upgrade ke radar APG-79(V)4, yang 50 di antaranya telah dikontrak hingga saat ini. Hornet Classic yang ditingkatkan dimaksudkan untuk bertugas dengan hingga tujuh skuadron yang terdiri dari 12 pesawat, yang masing-masing mengoperasikan campuran F/A-18C kursi tunggal dan F/A-18D kursi ganda.

F/A-18C Hornet Swiss dengan latar Hotel Rössli.

Terbang perdana pada pada 18 November 1978, F/A-18 Hornet “Classic” belum menggunakan radar AESA. Jet tempur twin engine ini umumnya dilengkapi dengan radar AN/APG-65 atau AN/APG-73, tergantung pada varian dan peningkatan yang diterima.

Jumlah F/A-18 Hornet Classic yang masih beroperasi di seluruh dunia saat ini diperkirakan berada dalam rentang 300 hingga 400 unit. Namun, jumlah ini terus menurun seiring dengan penggantian pesawat-pesawat lama dengan platform yang lebih modern seperti F/A-18E/F Super Hornet dan F-35 Lightning II.

Mahathir Mohamad: F/A-18D Hornet Hanya ‘Bebas’ Diterbangkan Saat Parade Udara

Berikut perkiraan jumlah F/A-18 Hornet Classic yang masih aktif di beberapa negara:
1. Amerika Serikat (US Navy dan US Marine Corps): Sekitar 100-150 unit masih digunakan, terutama untuk misi pelatihan dan tugas sekunder.
2. Kanada: 76 unit CF-18 Hornet (varian dari F/A-18A/B) yang dimodifikasi.
2. Finlandia: Mengoperasikan sekitar 60 unit F/A-18C/D.
3. Swiss: Memiliki sekitar 30-40 unit F/A-18C/D.
4. Kuwait: Mengoperasikan sekitar 30 unit F/A-18C/D.
5. Malaysia: Memiliki sekitar 8 unit F/A-18D.
6. Spanyol: Sekitar 60 unit F/A-18A/B/C/D.

Beberapa pesawat dari Australia telah dijual atau dialihkan ke Kanada, yang membeli sekitar 25 unit F/A-18 Hornet bekas dari Australia pada tahun 2019 dan 2020, yang terdiri dari 18 unit untuk operasional dan 7 unit untuk suku cadang. Tetapi secara keseluruhan jumlah total pesawat yang masih beroperasi berada di bawah 400 unit dan terus berkurang seiring dengan rencana modernisasi di berbagai negara. (Gilang Perdana)

Kuwait Berat’ Melepas, Malaysia Lanjutkan Negosiasi Pembelian F/A-18C/D Hornet yang Sempat Tertunda