Pesanan OPV/Frigat PPA Paolo Thaon Di Revel Class untuk Indonesia, Versi Full atau Light+? Yang Jelas ada Otobreda 127/64
Setelah Kementerian Pertahanan Indonesia dan Fincantieri menandatangani kontrak pembelian dua unit OPV (Offshore Patrol Vessel) rasa frigat Pattugliatore Polivante d’Altura (PPA) Paolo Thaon Di Revel class pada 28 Maret 2024, selanjutnya pertanyaan dari netizen adalah versi apa yang dibeli Indonesia? Apakah nanti sudah didatangkan berikut persenjataan, atau masih ‘kosongan’?
Sebelumnya perlu diketahui, bahwa dua unit PPA Paolo Thaon Di Revel class yang dibeli Indonesia adalah tadinya pesanan yang dibuat untuk kebutuhan Angkatan Laut Italia. Masing-masih kapal tersebut adalah ITS Marcantonio Colonna P433 dan ITS Ruggiero di Lauria P435, keduanya saat ini berada di Galangan Kapal Terpadu Riva Trigoso-Muggiano. ITS Marcantonio Colonna P433 sudah diluncurkan pada 26 November 2022 dan ITS Ruggiero di Lauria P435 diluncurkan pada 10 Oktober 2023. Keduanya belum diserahterimakan ke Angkatan Laut Italia, yang mana ITS Marcantonio Colonna P433 sedang menjalani fase sea trial sejak musim panas tahun 2023.
Bila dilihat dari spesifikasi, ITS Marcantonio Colonna P433 dan ITS Ruggiero di Lauria P435 berada di versi Light+. Dikutip dari Portal di Fesa – id.it (28/3/2024), disebut dari nilai kontraknya, maka ada kemungkinan untuk meningkatkan status kedua kapal perang dari versi Light+ ke versi full combat, namun ini masih sebatas dugaan dari media lokal di Italia.
Secara umum, PPA Paolo Thaon Di Revel class ditawarkan dalam tiga versi, yakni full combat, light+ dan light configuration. Konfigurasi Light hanya memiliki persenjataan berupa senapan dan meriam. Sementara Light+ dan Full juga dilengkapi dengan rudal hanud Aster dan torpedo. Namun, semua konfigurasi memiliki opsi untuk dipasangi peluncur rudal anti-kapal Teseo Otomat “EVO” MK2/E.
Saat upacara peluncuran TS Marcantonio Colonna pada 26 November 2022, Kepala Staf Angkatan Laut Italia Laksamana Enrico Credendino mengumumkan bahwa dua kapal berkonfigurasi ‘Light’ – ITS Paolo Thaon di Revel dan ITS Francesco Morosini – akan diubah menjadi konfigurasi ‘Full’. Dengan demikian PPA Paolo Thaon Di Revel class akan menampilkan total empat kapal versi Full dan tiga unit versi Light+’.
Meski belum dapat dipastikan, kabarnya pesanan untuk Indonesia belum termasuk bekal rudal anti kapal. Namun, bila diakiusisi secara terpisah, maka TNI AL harus membeli rudal anti kapal Teseo Otomat yang memang dirancang sebagai arsenal persenjataan di PPA Paolo Thaon Di Revel class
Meski belum jelas apakah pesanan TNI AL nantinya saat tiba dibekali rudal hanud atau rudal anti kapal, namun hampir dipastikan untuk pertama kalinya kapal perang Indonesia menggunakan meriam Leonardo (Otobreda) 127/64 mm, yang otomatis mengalahkan kaliber meriam terbesar di arsenal kapal perang TNI AL, yaitu pada korvet Fatahillah class dengan Bofors 120 mm. (Gilang Perdana)
Leonardo (Otobreda) 127/64 – Bakal Jadi Meriam dengan Kaliber Terbesar di Armada Kapal Perang TNI AL
Pada dasarnya kapal ini hanya sebagai OPV dengan dimensi besar yg berguna untuk patroli hingga Samudra lepas. Namun karena sifatnya modular maka bisa segera disesuaikan sistem senjatanya bergantung kondisi dan keperluan.
Dilihat dari spek 5 kapal PPA yg sudah jadi dan 2 unitnya mau dijual ke Indonesia, beberapa varian terbarunya adalah dari jenis Varian Light+ dan Full Spec. Artinya jika sudah datang ke Indonesia senjata kapal tersebut jelas sudah ada bergantung pilihannya dan mungkin yg datang adalah varian full.
Masalah apakah speknya kalah dari Formidable Class atau tidak ya kembali lagi bahwa kapal PPA ini difokuskan sebagai OPV. Tapi OPV gitu bisa bawa rudal Aster-30 dan rudal anti kapal jarak jauh Otomat jelas bukan kaleng-kaleng itu. Kalo mau dibandingkan ya Formidable sama Fregat Merah Putih atau kalo nanti FREMMnya udah dibuat.
“Ya memang belum kontrak efektif, mungkin baru Oktober nanti”
maaf min sebelum nya, saya melihat pada artikel “indomiliter.com” Yang membahas tentang pengadaan alutsista, pembawaannya terkesan tidak ada yang beda dari artikel baik di berita maupun website militer lainnya.
seperti contoh pada artikel ini, seakan narasi nya apa yang ditandatangani kemenhan seolah udah terbeli (kontrak)
Saran saya min 🙂khusus untuk artikel yang pembahasan nya tentang pengadaan alutsista tolong di jelasin juga diartikel nya dengan narasi apakah sudah tanda tangan kontrak tpi belum dapat psp, msih menunggu loan agreement sama rupiah murni pendamping atau sudah sampai tahapan efektif atau belum.
Jaman sekarang meriam besar tak berguna, lebih berguna kaliber 57mm kebawah.
meriam hany difungsikan sebagai hanud dan melawan perompak dan close in.
meriam 127mm sangat mahal termaeuk amunisinya.
contoh frigate inggis yang terbaru AH140 menggunakan 57mm
Palingan versi Light. Maklum yang penting barangnya ada. Biar bisa pamer.
Kek nya itu hanya harga kapal nya saja ( mungkin bahan nya dari emas bisa mahal) soalnya indo setiap beli senjata pke sistem ffbnw beli alutsista nya dlu, senjata nya(rudal + meriam+hal semacamnya belakangan)
Ini hanya asumsi
klo dilihat secara harga per kapal ppa(panjang 143 meter) 10,1 trliun (20, 2T untuk dua kapal) klo kosongan jelas mahal pake bingiitz
Bandingkan aja dengan fregat merah putih (arrowheads 140) dua kapal ffbnw alias kosongan (5 triliun/kapal) + udah lisensi di produksi PT pal
Ini hanya asumsi yah, dari artikel jelas masih simpang siur apakah yg di beli versi lihgt, light + , atau full combat tapi sudah ada nilai kontrak 20,2 triliun (10.2trilun per kapal) yg artinya itu kontrak hanya harga kapal nya doang gile,
tpi maaf min saya ngutip dari admin sobat militer ‘bahwa kontrak pesanan ppa ini hanya sebatas kontrak doang belum kontrak efektif ( yg artinya psp nya blm disetujui kemenkeu)
Dlm hal ini berarti menhan hanya ttd kontrak doang kaya pas ttd kontrak 6 unit fregat fremm (yg jg blm disetujui psp)
Ya memang belum kontrak efektif, mungkin baru Oktober nanti
2 kapal perang seharga 20 trilyun masih ditanyakan ada senjatanya enggak? Seharga segitu masih ditanyakan full combat tidak? Kalo seandainya tidak, kenapa beli mahal? Kalo cuman meriam saja. Menurut saya ya harus full combat. Kalo tidak ya jangan mau dengan harga segitu