AN/UPS-3 TDAR: Radar Penjejak Target Untuk Meriam PSU S-60 57mm Retrofit Arhanud TNI AD
|Ditengah ramainya perbincangan tentang rudal hanud (pertahanan udara) dan kanon reaksi cepat PSU (penangkis serangan udara) terbaru TNI AD dan TNI AU. Terbesit pertanyaan, bagaimana dengan kabar si meriam ‘sepuh’ atau akrab dipanggil “Si Mbah” S-60 yang dimiliki Yon Arhanudse (Artileri Pertahanan Udara Sedang) TNI AD? Apakah meriam PSU yang telah mengabdi 56 tahun ini masih dioperasikan? Maklum ditinjau dari aspek coverage, masih banyak obyek vital di Indonesia yang masih lowong dalam pengamanan sista hanud.
Baca juga: S-60 57mm – Meriam Perisai Angkasa ‘Sepuh’ Arhanud TNI AD
Meski meriam S-60 buatan Rusia sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1960, merujuk informasi dari situs Pusdikarhanud.mil.id, faktanya meriam ini masih terpelihara dengan baik, bahkan sparepart diproduksi sendiri untuk proses pemeliharaan sehingga seluruh meriam masih berfungsi dengan baik. Dukungan amunisi 57 mm pun telah diproduksi secara mandiri oleh PT Pindad.
![Gelar meriam S-60 Arhanudse TNI AD.](https://www.indomiliter.com/wp-content/uploads/2016/04/GELAR-SATBAK.jpg)
Seperti yang telah disinggung dalam bedah meriam S-60 pada artikel terdahulu, kuantitas meriam ini yang cukup banyak hingga ratusan unit, plus kondisi si Mbah yang masih prima, mendorong alutsista ini terus dan masih dipertahankan sampai saat ini.
Secara umum, meriam S-60 di Arhanud TNI AD dibagi ke dua kelompok, yakni S-60 57 mm Retrofit dan S-60 TAKT (Tanpa Alat Kendali Tembak). Khusus S-60 Retrofit sudah didukung sejumlah modifikasi, sehingga meriam dapat digerakkan secara elektrik dengan cara Local Control yang menggunakan tenaga listrik dari dua buah baterai yang tersedia dan dengan cara Remote Control yang dikendalikan dari FCS (Firing Control Sistem).
Baca juga: Arhanud di Indonesia, Masih Berkutat di Zona SHORAD (Short Range Air Defence)
Lepas dari itu, S-60 Retrofit masih disokong perangkat radar AN/UPS-3 TDAR (Tactical Defence Alert Radar). Antena taktis yang dapat digelar portable ini dapat mendeteksi keberadaan sasaran sejauh 20 Km. Dengan mengusung teknologi 2D (dua dimensi), radar buatan Jerman ini dalam operasinya dapat menjalankan moda beyond line of sight target. Dari aspek ketinggian deteksi, AN/UPS-3 TDAR dapat mengendus sasaran yang berada di ketinggian 3.000 meter.
Dalam teorinya, radar ini ideal mengendus sasaran berupa helikopter dari jarak 8 – 10 Km. Sedangkan sasaran berupa pesawat dengan kecepatan Mach 1.6 dapat dideteksi dari jarak 20 Km. Dari sisi akurasi, TDAR punya kualitas presisi sampai 300 meter. Sistem radar ini dalam gelarannya dapat di remoted dari pos komando. Dalam simulasi, operator radar TDAR menginformasikan dan menyajikan data terkait update sasaran kepada unit operator meriam. Koneksi antara operator radar dan operator meriam dapat dilakukan lewat radio atau kabel. Karena dimensinya yang kompak, radar TDAR dapat ditejunkan dalam operasi Lintas Udara. Dalam gelarannya, radar ini juga bisa ditempatkan di jip taktis. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Radar AN/UPS-3 TDAR
– Frekuensi: 1,75 – 1,85 Mhz
– Berkas pancaran: 5,5 (hor) 18
– Sudut elevasi: -3 s/d 10
– Jangkauan max: 20 Km
– Polarisasi: horizontal
– Kecepatan putar: 10 – 15 RPM
– Ketahangan angin: saat operasi (70 Km/jam) dan tidak operasi (100 Km/jam)
– Tenaga: 24 Volt, 1A
– Jumlah awak: 2 orang
– Tahun pembuatan: 1992
– Tahun pengiriman: 1994
“Si mbah” memang perkasa di usia senja masih tetap eksis,tapi sungguh terlalu sudah sepuh di paksakan saja, hasilnya ya jauh dari maximal. Setuju dengan bung @jangkrik saya lihat di youtube saat Latgab “si mbah” sudah loyo tidak berdaya mengejar kecepatan Drone target,hanya Giant bow & rudal Grom yg bisa merontokan.. sudah waktunya “si mbah” istirahat dengan tenang…
Assalamu’alaikum
Sebenarnya skyshield ada kelemahan mencoloknya atau mungkin cuma pikiranku saja ya yang kurang tepat.
Semoga saja efektif.
Luaaaaaar biasa, disaat yang laen udah karatan ini mbah masih menyalak aja… harusnya jangan pakai nama s60 retrofit min, tapi s60 next generation (biar lebih galak)… hihihihi…
Min, ada bocoran gak soal info leopard 2a4 RI kapan datangnya ya? Dan bahas juga min alat komunikasi dan pengindraan buat leo nya, krna ternyata kmren waktu dteng gak sepaket dengan pembeliannya….
@BangJoe, Kalau bocoran kedatangan Leopard 2A4Ri belum ada, tapi untuk alat komunikasi yang digunakan Leopard TNI AD, coba cek disini http://www.indomiliter.com/cegah-friendly-fire-kavaleri-tni-ad-adopsi-battlefield-management-system-produksi-dalam-negeri/
Justru yang kaya gini cocok digelar di perbatasan, macam Natuna, musuh jelas agak segan dan sungkan sama senjata tua ini 🙂
ditahun 2013 pernah diadakan labgab PSU
PSU Twin 23mm (Giant-Bow), PSU 40mm dan S-60 57mm
yang berhasil menjatuhkan sasaran justru adalah PSU Twin 23mm
Rate yang tinggi menjadi kunci keampuhannya
Jadi sudah saatnya PSU 40mm dan S-60 57mm DIPENSIUNKAN
Karena sudah tidak efektif lagi menghadapi sasaran sekarang ini
pada tahun 2013, diadakan latihan gabungan berbagai macam PSU, yaitu Giant Bow 23mm, PSU 40mm dan S-60 57mm
Yang berhasil menjatuhkan sasaran justru Twin 23mm Giant Bow
Rate yang tinggi menjadi keuntungan utama Twin 23mm
Jadi sudah saatnya PSU 40mm dan PSU 57mm DIPENSIUNKAN
karena sudah tidak bisa lagi meladeni perang modern sekarang ini
@jangkrik
Coba bofors 40mm-nya dikasi amo air burst,,,pasti masih gahar.
Tapi nggak tau ding, kalo bofors versi lama bisa nembakin amo air burst nggak…
@Lesus
Saya kira semua PSU 23mm/40mm/57mm amunisinya Air Burst
Amunisi PSU berbeda dengan Amunisi Tank atau IFV
namun Air Burst sangat kurang efektif di era jet ini
berbeda dengan amuinisi AHEAD milik Skyshield, yang pelepasan sub-munision nya sudah dihitung dengan komputer
sehingga akan membentuk dinding pelor di depan sasaran
@jangkrik
ZU-23 gak pake amo airburst lho…cuma, apds, he dan tracer.
Menurut gue AHEAD pun tergolong amo airburst, sama2 bisa disetting waktu pelepasan sub-munisinya berdasarkan jarak terhadap target.
Rapidfire/thales, Marlin 30mm/otomelara juga memiliki pilihan amo airburst yang memuntahkan sub-munis tungsten pellet,,,sama kan dg ahead?
Ada bung @Lesus
OFZ = HE fragmentation round with nose fuzes incorporating self-destruct mechanism, namun beratnya hanya sekitar 200 gram
HEAB = HE Air Burst, sekarang amerika juga memasangnya di amunisi 20mm milik Palanx dan Vulcan series nya
Di beberapa forum, ada pesawat F-16 milik Aliansi anti ISIS yang terluka oleh serpihan ledakan dari Zur-23-2 milik ISIS