AV81 Terrex 8×8: Profil Panser Tercanggih di Asia Tenggara
|Bicara tentang jet tempur tercanggih, frigat tercanggih sampai drone tercanggih di Asia Tenggara, maka kesemuanya melekat di militer Singapura. Lain dari itu, Singapura Negeri Pulau yang luas areanya hanya sebentangan DKI Jakarta, juga memiliki panser tempur tercanggih di kawasan ini. Hebatnya panser dengan nama “AV-81 Terrex 8×8” adalah produksi industri dalam negeri, ST Engineering yang memang reputasinya telah mengglobal.
Baca juga: [Polling] F-15SG RSAF – Lawan Tanding Terberat Sukhoi Su-27/30 TNI AU
Terrex seperti halnya panser Pandur II, VAB, dan Anoa, Terrex dihadirkan dalam beberapa varian, mulai dari varian dasar APC (Armoured Personnel Carrier), varian mortir 120 mm, varian recovery untuk kebutuhan reparasi, varian medis, varian IFV (Infantry Fighting Vehicle), varian ATGM (Anti Tank Guided Missile), dan varian enjiner untuk mendukung peran satuan zeni tempur. Dari kesemuanya, varian IFV dan ATGM menjadi ujung tombak wheeled fire support vehicle. Varian IFV dilengkapi kubah dengan RCWS (Remote Control Weapon System) EOS R-600 yang dilengkapi kanon MK44 Bushmaster II kaliber 30 mm. Sementara varian ATGM dirancang sebagai tank killer, pasalnya Terrex sudah dibekali rudal anti tank Spike LR yang punya kemampuan fire and forget.
Baca juga: Pandur II 8×8 – Pilihan Baru Pelengkap “Gado-Gado” Ranpur TNI
Letak keunggulan utama Terrex ada di penggunaan pelat baja tambahan berbahan komposit dengan label AMAP (Advanced Modular Armour Protection) buatan IBD Jerman. Keunggulan AMAP adalah pengiritan bobot yang jauh lebih optimum dibandingkan generasi pendahulunya. Komposisi AMAP didasarkan pada material keramik berkepadatan tinggi yang disebut nano ceramic yang dihubungkan dengan silicon carbide. Kemampuan AMAP sesuai standar NATO STANAG 4569 level 3 dan 4, yakni menahan terjangan proyektil kaliber 14,5 mm/12,7 mm dan pecahan artileri 20 mm. Bahkan lempengan keramik dilapisi lagi dengan bahan titanium untuk memberikan kemampuan menahan impact dari serangan RPG-7.
Baca juga: RPG-7 – Rahasia Di Balik Kelemahan dan Keunggulan Granat Berpeluncur Roket Terpopuler
Sebagai ranpur dengan kemampuan amfibi, Terrex pada bagian depan dilengkapi fording plate untuk memecah ombak, terutama pada saat operasi amfibi lintas sungai atau pendaratan di pantai. Dalam keadaan tidak digunakan, tentu fording plate dapa dilipat kebelakang. Dilengkapi dua propeller, dan batasan bobot saat mengapung tidak lebih dari 24 ton, maka Terrex dapat melaju 10 km per jam saat berenang.
Baca juga: Pindad Anoa 2 6×6 Amphibious – Saatnya Anoa “Serius” Jadi Panser Amfibi
Dari segi dapur pacu, Terrex mengandalkan mesin diesel Caterpillar C9 yang menyemburkan daya sebesar 450 HP, power to weight ratio hanya 18,75 HP per ton. Terrex yang punya bobot di permukaan 25 ton sanggup ngebut hingga kecepatan maksimal 110 km per jam di jalan raya. Sementara untuk jarak jangkau operasinya mencapai 800 km.
Kadar kecanggihan Terrex juga dirasakan oleh awaknya, contohnya pengemudi sangat dimanjakan dengan nuansa kompartemen ala pilot jet tempur. Untuk memantau situasi di luar panser, Terrex tak lagi menggunakan periskop konvensional, tapi sudah digantikan dengan modul kamera. Pengemudi dapat memantau situasi di luar dengan tiga layar kamera yang memampilkan sudut panorama. Tak itu saja tampilan layar kamera ini juga mendukung mode thermal untuk melalui medan yang minim cahaya.
Sebagai panser tercanggih di Asia Tenggara, Terrex sudah dilengkapi teknologi BMS (Battlefield Management System). Dar BMS, seorang komandan panser dapat mengendalikan RCWS dan sisten identifikasi serta koordinasi antara kawan dalam laga pertempuran. Melengkapi BMS, Terrex dilengkapi input data dari kamera ARSS (All Round Surveillance System) untuk membaca kondisi sekitar. Kesemua teknologi yang berbasis data link ini dapat menampilkan pandangan langsung dari drone, serta integrasi dengan elemen MBT (Main Battle Tank), helikopter serbu AH-64D Longbow Apache sampai jet tempur tercanggih di Asia Tenggara, F-15SG.
Baca juga: Saab Dukung Implementasi Data Link dan Interoperability di Lingkup Kodal TNI
Baca juga: Hermes 450 – Drone Pengintai Lapis Kedua AU Singapura
Dirunut dari sejarahnya, Terrex punya waktu pengembangan yang cukup lama. Prototipe-nya diperkenalkan perdana pada ajang DSEI 2001, dan baru diluncurkan resmi oleh manufakturnya pada tahun 2009 di Pasir Laba Camp. Di tahun 2012, Terrex varian APC sempat menyambangi Indonesia, tepatnya Terrex hadir dalam latihan bersama TNI AD dan AD Singapura – SAFKAR Indopura 2012 di Cipatat, Jawa Barat. Dalam ajang latihan bersama ini, Terrex langsung bersanding dengan APC kebanggan Indonesia, Anoa 6×6. Dengan sejumlah penyempurnaan (lagi), kini AD Singapura telah menggunakan Terrex 2 yang lebih lethal. (Gilang Perdana)
Spesifikasi AV81 Terrex 8×8
– Weight: 25 ton
– Length: 7 meter
– Width: 2,7 meter
– Height: 2,1 meter
– Crew: 2 (Commander, Driver) + 12 troops
– Engine: Caterpillar Inc. C9 inline-six diesel engine
– Suspension: 8×8 Hydropneumatic Double wishbone suspension
– Operational range: 800 km
– Speed: 110 km per hour
Lumayan tuh buat armada gado gado
Sama tarantula korsel hebat mana ??
pandur & terrex lbh baik drpd tarantula
pandur yg akan kita beli sdh sekelas dgn terrex
terrex ,..skrg lg trancam dibongkar abis2an kehebatan n kekuranganny ama tiongkok, negara yg dikenal jago nyontek, ngoprek2 teknologi militer….upaya apa yg akan dilakukan singapura tuk mlindungi terrex mrk yg skrg dithan beacukai hongkong?…konon,..terrex yg ditahan mau ‘dilebur’…
Biasanya kalo alutsistanya dijiplak sama cina, Singapura akan mengupdate Terrexnya dengan teknologi yg lebih canggih biar lebih baik. seperti Rudal Phoenix milik iran yg jatuh ke Soviet lalu di copas jadi Amos , AS langsung Upgrade habis habisan Phoenix pada tomcat biar jauh beda dengan yg awal.
“Lain dari itu, Singapura Negeri Pulau yang luas areanya hanya sebentangan DKI Jakarta…”
Seriously? Coba dulu jalan2 ke singapura or paling ngga cek peta singapura di gmaps.
Singapura = 719,1 km²
DKI Jakarta = 661,5 km²
Hanya beda 57,6 km
Sudah ada Terrex 3 malah
Sory OOT bahkan sepertinya pindad pun belum punya cita2 membuat produk original seperti ST kinetic, selama ini kita hanya modifikasi dari VAB dan bushmaster. Atau memang insinyur2 kita blm mampu membuatnya?
ST Kinetics awalnya buat Terrex ini murni untuk export jadinya mereka pakai fitur dan teknologi yang canggih dari awal desainnya. Klo Anoa kan tidak, awalnya murni untuk lokal TNI, baru kepikiran export setelah itu. Sebenernya kita ada insinyurnya. Masalahnya selalu uangnya ngga ada, dukungan institusi keuangan spt bank juga rendah untuk kasih kredit pinjaman dan dukungan pemerintah juga seadanya saja.
Singapura juga membuat Terrex ini mengambil (beli) teknologi ranpur AS (saya lupa nama company nya tapi pernah di mention di majalah Angkasa/Comando), makanya mereka berani masukin Terrex dlm kompetisi pengadaan panser militer AS, meski kalah tapi Terrex berhasil jadi finalis! Jadi Terrex ngga original banget sih, banyak teknologi2 barat yg ada di dalamnya. Teknologinya sudah ada dan mereka tinggal ngembangin aja. Singapura mudah mengakses teknologi2 itu dan membelinya, namanya juga sekutu barat. Dengan itu singapura cepat sekali bisa bangun panser secara mandiri. Indonesia sangat sulit sekali mengakses teknologi2 seperti itu.