Ibarat ungkapan “nggak ada matinya,” meriam penangkis serangan udara (PSU) S-60 yang telah digunakan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD sejak awal dekade 60-an, rupanya masih jauh dari kata pensiun. Dioperasikan dalam jumlah yang lumayan besar, meriam kaliber 57 mm buatan Soviet ini, nampaknya masih akan terus digunakan TNI AD di masa depan. (more…)
Perang Rusia versus Ukraina yang terus berlanjut, telah memaksa keluarnya alutsista sepuh dari pertapanya. Selain penggunaan meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) S-60 oleh kedua belah pihak yang berperang, rupanya ada fakta lain, kanon 2M3 25 mm Twin yang kerap dipasang pada kapal perang Soviet era 60-an, telah digunakan kembali, namun tidak lagi dipasang pada platform kapal perang. (more…)
Di antara deretan alutsista canggih yang dikirim oleh negara-negara NATO ke Ukraina, rupanya terselip nama satu jenis meriam penangkis serangan udara (PSU) sepuh nan legendaris, yakni S-60 57 mm, yang akan dipasok oleh Polandia. Menyertai pengiriman meriam S-60, Polandia juga akan menyertakan 70.000 butit munisi, jumlah yang terbilang fantastis dan tak akan sulit untuk dikirim, mengingat Polandia berbatasan langsung dengan Ukraina. (more…)
Selain digunakan oleh pasukan Ukraina dalam konflik melawan Rusia, dari postingan di media sosial, rupanya meriam hanud – penangkis serangan udara (PSU) legendaris S-60 kaliber 57 mm, juga digunakan oleh pasukan Rusia. Seperti halnya adopsi S-60 oleh pasukan Ukraina, maka S-60 oleh pasukan Rusia juga ditempatkan dalam platform truk (heavy truck) 6×6. (more…)
Netizen kadang ada saja yang mencibir keberadaan meriam PSU (Penangkis Serangan Udara) S-60 yang masih digunakan oleh Arhanud di Indonesia. Lantaran sudah berusia tua, yakni didatangkan ke Indonesia pada awal dekade 60-an, S-60 pun dijuluki sebagai “Si Mbah.” Namun, jangan salah, debut S-60 sampai detik ini masih bersinar dalam laga peperangan modern. (more…)
Warganet mungkin masih ingat dengan turunan terbaru dari keluarga ranpur BMP-3, yaitu Derivatsiya-PVO 57 mm SPAAG (Self Propelled Anti Aircraft Gun), dimana kanon yang diusung dari kaliber 57 mm, alias satu kaliber dengan meriam PSU (Penangkis Serangan Udara) “Si Mbah” S-60 yang digunakan Arhanud TNI AD. Nah, masih dari satu pabrikan, juga diperkenalkan kendaraan penyuplai amunisi yang diberi label 9T260. (more…)
Bagi warganet pemerhati dunia alutsista, sosok meriam PSU (Penangkis Serangan Udara) S-60 kerap disebut “Si Mbah,” lantaran usianya yang sudah begitu tua. Tapi jangan keburu skeptis pada meriam S-60, selain beberapa pucuk telah di retrofif untuk Arhanud TNI AD, nyatanya meriam lawas ini masih digunakan dalam Perang antara Armenia vs Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. (more…)
TNI AD bisa dikatakan jarang menggunakan alutsista buatan Rusia, pun seandainya ada, itu adalah peninggalan era Uni Soviet yang didatangkan pada dekade 60-an, misalnya seperti meriam hanud S-60 57 mm yang hingga kini masih awet digunakan. Begitu juga dengan rantis (kendaraan taktis), jarang terlihat TNI AD mengoperasikan buatan dari Rusia. (more…)
Umumnya setiap satuan tembak (satbak) pada alutsista Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) sudah memiliki unit command and control. Sebut saja pada kanon CIWS (Close In Weapon System) Rheinmetall Oerlikon Skyshield, Kobra Air Defence System pada rudal Grom, rudal QW-3, rudal Mistral, sampai kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) twin gun Giant Bow 23 mm. Namun bagaimana dengan meriam PSU legendaris S-60 kaliber 57 mm? Meski usianya sudah lanjut, sampai saat ini alutsista dari era Uni Soviet ini masih jadi andalan pada elemen hanud titik. Bahkan S-60 sudah mengalami retrofit.
Karena usia yang uzur, rudal Rapier memang telah purna tugas, tapi perangkat penunjang sistem rudal tersebut sampai saat ini masih tersimpan, terawat dan dapat dioperasikan oleh Arhanud TNI AD. Diantaranya adalah komponen radar blindfire, generator, fire control unit, dan unit peluncur rudal (launcher unit). Dengan ide dan kreativitas, komponen sistem rudal Rapier kini dapat ‘dibangkitkan’ dari tidurnya. (more…)