Update Drone KamikazeKlik di Atas

Washington Pertimbangkan Penjualan Drone Tempur MQ-1C Grey Eagle ke Indonesia

Meski belum ada konfirmasi dan tipis kemungkinan bakal kejadian, ada kabar bahwa Amerika Serikat tengah mempertimbangkan penjualan drone tempur MQ-1C Gray Eagle ke Indonesia. Hal tersebut diungkapkan politico.com (11/11/2021), yang menyebutkan ada permintaan dari Jakarta untuk pembelian drone bersenjata tersebut.

Baca juga: Terbang Ribuan Kilometer, AS kerahkan MQ-9 Reaper Extended Range dalam Misi Serangan di Afghanistan

Masih dari sumber yang sama, dikatakan permintaan pembelian drone bersenjata MQ-1C Grey Eagle telah dikonfirmasi oleh tiga orang baik di pemerintahan maupun yang memiliki hubungan dengan industri pertahanan. Kabar ini awalnya mengemuka karena Washington juga tengah mempertimbangkan untuk menjual empat drone MQ-9B Predator ke Qatar. Usulan penjualan ke Qatar pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal, namun perdebatan mengenai penjualan drone bersenjata ke Indonesia belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Permintaan dari Qatar dan Indonesia telah memicu perdebatan yang lebih besar di dalam Pemerintahan Joe Biden, terutama mengenai ekspor drone bersenjata, seperti negara mana yang harus dapat memperoleh kemampuan itu dengan bantuan AS. Keraguan AS untuk menjual drone, baik ke Indonesia maupun Qatar, karena kedua negara dipandang oleh sebagian kalangan memiliki sejarah pelanggaran hak asasi manusia, dan beberapa diplomat AS ragu-ragu untuk mentransfer persenjataan yang dapat diarahkan pada warga sipil.

Namun, ada kekhawatiran lain bila Washington menolak penjualan drone tersebut, yaitu dapat menyebabkan Indonesia membeli drone dan rudal dari Cina atau Rusia. Sebagai catatan, pada bulan April, laporan menunjukkan bahwa Indonesia telah membeli rudal udara udara-ke-permukaan AR-2 dari Cina untuk mempersenjatai drone CH-4 yang juga buatan Cina.

Dalam perspektif lain, drone bersenjata MQ-1C yang lebih besar akan mewakili peningkatan besar dari drone intai ScanEagle yang tidak bersenjata, yang dapat terbang selama sekitar 18 jam pada ketinggian 19.000 kaki. MQ-1 dapat bertahan di udara hingga 25 jam pada ketinggian 29.000 kaki, dan dapat membawa lebih banyak payload untuk paket pengawasan atau empat rudal Hellfire.

Terlepas dari pro kontra, penjualan drone tempur ke Indonesia dipandang dapat memiliki keuntungan geostrategis bagi AS. Ketika Washington mengalihkan fokusnya dari Timur Tengah ke kawasan Indo Pasifik, Indonesia telah muncul sebagai sekutu strategis dalam persaingan dengan Cina. Penjualan drone bersenjata dengan kemampuan pengawasan yang signifikan akan membantu membangun hubungan militer.

Sekilas tentang MQ-1C Grey Eagle, merupakan drone General Atomics Aeronautical Systems. Nama lain dari drone ini adalah Sky Warrior dan ERMP (Extended-Range Multi-Purpose). Pihak pabrikan menyebut drone ini sebagai varian upgrade dari MQ-1 Predator.

Baca juga: Cina Tampilkan Perdana CH-6, Drone Tempur HALE Pertama dengan Dua Mesin Jet

Dari spesifikasi, MQ-1C Grey Eagle ditenagai mesin 1× Thielert Centurion 1.7 dengan kekuatan 165 hp. Kecepatan maksimum 309 km per jam dan dapat terbang sampai ketinggian 8.839 meter. Masuk sebagai kualifikasi drone MALE (Medium Altitude Long Endurance), Grey Eagle punya panjang 8,53 meter, lebar bentang sayap 17 meter dan tinggi 2,1 meter. Dengan payload 360 kg, berat maksimum saat tinggal landas drone ini mencapai 1.653 kg. (Gilang Perdana)

33 Comments