Tingkatkan Daya Jelajah, LAPAN Kembangkan Drone LSU-03 Full Carbon
Dikenal sebagai perintis industri drone di Tanah Air, tak menjadikan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) berpuas diri, terlebih kompetisi di pasar drone untuk kebutuhan sipil dan militer lumayan ketat. Alih-alih merilis jenis baru, belum lama ini LAPAN menyebutkan tengah mengembangkan seri LSU (LAPAN Surveillance UAV)-03, jenis drone ukuran medium untuk tugas pengintaian jarak sedang.
Baca juga: Pilah Pilih Drone Tempur Produksi Cina Untuk Indonesia
LSU-03 jelas bukan seri baru dalam jagad drone di Tanah Air. Generasi perdana LSU-03 dirilis LAPAN pada tahun 2014. LSU-03 generasi pertama sanggup membawa muatan (payload) hingga 10 kg. LSU-03 generasi pertama secara teknis punya kecepatan jelajah 100 km per jam dan kecepatan maksimum 150 km per jam.
LSU-03 generasi pertama menggunakan dapur pacu berupa mesin piston 2 tak 100 cc dan pusher propeller 24×12, plus kapasitas bahan bakar Pertamax Plus 7 liter, LSU-03 generasi awal sanggup terbang radius 350 km. Untuk sumber listrik diambil dari baterai Lippo. Pada November 2015 lalu, pesawat LSU-03 NG meraih Rekor Muri sebagai pesawat tanpa awak dengan daya jelajah terlama dan terjauh 340 km dalam jangka waktu 3 jam 39 menit.
Mungkin karena dianggap punya potensi pasar cukup besar, LAPAN di periode 2015 – 2016 kembali mengembangkan kemampuan LSU-03. Masih menggunakan mesin dan kapasitas bahan bakar yang sama, LAPAN sukses meluncurkan versi LSU-03 NG (Next Generation). Dengan atribut NG, LSU-03 dipercaya sanggup punya jarak tempuh lebih jauh dan payload lebih besar.

Baca juga: Elang Laut 25 – Telah Resmi Dioperasikan Direktorat Topografi TNI AD
Bila di versi awal, LSU-03 hanya sanggup menempuh 350 km plus payload 10 kg, maka di LSU-03 NG jangkauan terbang bisa digenjot hingga 600 km, endurance sampai 6 jam, plus payload menjadi 24 kg. Peningkatan performa LSU-03 NG dipercaya berkat beberapa modifikasi yang dilakukan untuk meringankan bobot pesawat saat mengudara. Salah satunya adopsi material GFRP (Glass Fiber Reinforced Polymer) dengan menggunakan ply-wood sebagai penguat dengan konsep semi monocoque.
LSU-03 NG tak lagi sebatas prototipe, buktinya LAPAN telah menyelenggarakan pelatihan kepada 10 Kodam di Indonesia. Sebagai operator drone adalah Direktorat Topografi Tentara Nasional Indonesia (Dittop) Angkatan Darat. Dalam pelatihan, para peneliti dan perekayasa LAPAN telah memberikan pelatihan yang berkaitan dengan teori Ground Control Station (GCS) yang menggunakan software Mission Planner. Proses produksi LSU-03 NG dipercayakan kepada mitra UKM CV Mandiri Mitra Muhibah dalam proses hilirisasi.

Baca juga: LAPAN LSU-03 NG – Siap Perkuat Kemampuan Intai Kodam di Perbatasan
Dari Next Generation ke Full Carbon
Inovasi tak henti dilakukan di seri LSU-03 NG, pasalnya masih ada celah untuk memaksimalkan kinerja drone. Salah satu upaya yang dilakukan tim pengembang LAPAN adalah meningkatkan kemampuan jelajah drone, opsinya bisa dengan peningkatan kapasitas bahan bakar dan atau menekan konsumsi bahan bakar agar lebih irit. Ternyata opsi yang kedua, yakni penggantian material yang dipilih.
Bila pada LSU-03 NG digunakan bahan GFRP (Glass Fiber Reinforced Polymer), maka pada pengembangan terbaru digunakan bahan Full Carbon. Bahan karbon kerap digunakan sebagai basis konstruksi pesawat, karbon punya keunggulan kaku, kuat dan punya bobot lebih ringan. Demikian pula, dari aspek harga, penggunaan bahan karbon tentunya akan lebih mahal dari fiber. Sayangnya sampai saat ini pihak LAPAN belum merilis spesifikasi dari LSU-03 yang full carbon ini. (Gilang Perdana)
tetep semangat R&D nya ditunggu versi selanjutnya dengan kabar beban payload yg bertambah