Pilah Pilih Drone Tempur Produksi Cina Untuk Indonesia

Hampir setiap militer dibelahan dunia kini memanfaatkan jasa drone alias UAV (Unmanned Aerial Vehicle), namun faktanya hanya sedikit negara yang mengoperasikan drone tempur, atau drone yang dipersenjatai, alias kondang disebut UCAV (Unmanned Aerial Combat Vehicle). Meski tak melulu identik dipakai oleh negara maju, kehadiran drone tempur membawa perubahan dalam taktik militer suatu negara. Dikenal mumpuni untuk misi ofensif, adanya UCAV di suatu kawasan bisa membawa pengaruh pada bangkitnya perlombaan senjata. Dan seperti yang kini tengah jadi tajuk berita, adalah rencana Indonesia untuk membeli drone tempur.

Baca juga: Harbin BZK-005 – Drone Pengintai Andalan Militer Cina di Laut Cina Selatan

Dari aspek kualitas dan kuantitas pencapaian teknologi, di Asia Tenggara sampai saat ini Singapura masih memimpin dalam adopsi penggunaan drone. Sebagai ukuran adanya drone papan atas jenis Heron dan Hermes 450 yang dioperasikan AU Singapura, serta beragam rancangan drone dari ST Aerospace dan ST Engineering masih jadi yang paling mumpuni. Meski pada dasarnya kedua drone bisa saja dipersenjatai, namun resminya Heron dan Hermes 450 Singapura tidak dilengkapi kemampuan tempur. Begitu juga drone yang dimiliki Malaysia dan Thailand, perannya masih sebatas surveillance. Terkecuali Myanmar yang diketahui telah mengadopsi UCAV CH-3.

Sementara mengutip pernyataan dari Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksda Leonardi di situs Merdeka.com (26/7/2017), disebutkan bahwa Kementerian Pertahanan memastikan akan membeli drone dalam jumlah besar dan yang dibeli adalah drone jenis MALE (Medium Altitude Long Endurance), serta punya kemampuan melakukan penyerangan. Masih dari sumber yang sama, asal pengadaan drone tempur tersebut sudah terang benderang, bukan dari Negeri kiblat teknologi drone (Israel), melainkan Kemhan akan membeli drone tempur dari Cina.

“Yang mengizinkan kita untuk beli itu Cina. Yang lain enggak mau jual (UCAV – red). Sejauh ini sudah penjajakan G to G (pembicaraan antara pemerintah dengan pemerintah). Spesifikasi-nya dari TNI AU,” ujar Leonardi. Pengadaan akan dilakukan secara bertahap, yakni tiga unit, tiga baterai, jadi enam unit drone yang akan dibeli untuk tahap pertama. Pengadaan drone tempur bertujuan untuk memudahkan TNI melakukan pemantauan khususnya di wilayah perbatasan, dan melakukan penindakan secara lebih efesien. Salah satu zona perkuatan yang akan menjadi home base drone jenis ini ada di Pulau Natuna.

Baca juga: TNI AU Ditawari Watchkeeper WK450, Drone Battle Proven di Afghanistan

Bagi sebagian kalangan, langkah Kemhan mendatangkan UCAV dari Cina menjadi kontradiktif, pasalnya potensi konflik di Natuna dan Laut Cina Selatan justru paling besar datang dari Cina. Dari aspek politik, bukan tak mungkin bila niatan ini akhirnya terwujud, malah akan memicu lomba pengadaan UCAV di Asia Tenggara, mengingat asasi drone tempur adalah untuk melakukan penyerangan. Kemudian dari aspek ToT (Transfer of Technology), pengadaan drone tempur dalam jumlah besar harus mampu memberikan efek positif pada industri strategis di dalam negeri. Dan sampai saat ini belum ada cerita manis tentang ToT alutsista dari Cina.

Lepas dari bahasan diatas, Cina kini harus diakui sangat progresif dalam pengengmbangan beragam jenis drone. Khusus bicara UCAV, setidaknya militer Cina kini punya lima tipe UCAV andalan, yakni Guizhou WZ-2000, Chengdu Wing Loong I, CH-3, CH-4, dan CH-5. Ketika AS/Israel dan Eropa pelit menjual UCAV, Cina justru mengobral alutsista ini ke beragam negara berkembang. Sampai saat ini belum ada informasi, tipe UCAV mana yang nantinya akan dibeli Indonesia. Dan berikut kami sajikan profil singkat kelima drone tempur asal Negeri Tirai Bambu. (Haryo Adjie)

Baca juga: DroneSentry – Lindungi Obyek Vital Strategis, Inilah Permanent Drone Jammer

1. Rainbow CH-3
Drone dengan mesin propeller ini punya desain unik, dilengkapi canard dan tidak memiliki sayap vertikal. Drone CH-3 China memulai debutnya di Zhuhai Air Show 2008, CH-3 bisa membawa dua rudal udara ke darat berpandu laser AR-1 yang mirip dengan rudal Hellfire AS. Drone CH-3 saat ini dioperasikan oleh Angkatan Bersenjata Nigeria, Pakistan dan Myanmar. Tahun 2015, dilaporkan CH-3 jatuh di Utara Nigeria dalam pertempuran melawan militan Boko Haram. Nigeria melengkapi CH-3 dengan smart bomb YC-200 dan rudal udara ke permukaan AR-1.

Spesifikasi CH-3:
– Wingspan (m): 8
– Range (km): 960
– Endurance (h): 12
– Payload (kg): 60 – 80
– Ceiling (km): 4

2. Rainbow CH-4
CH-4 punya kemampuan ISTAR (Intelligence, Surveillance, Target Acquisition and Reconnaisance), pernyergapan di udara dan perang elektronik. Menggunakan sensor Electro Optic Turet yang menggabungkan Forward Looking Infrared (FLIR), Laser Range Finder dan Laser Designation Function (sistem penanda laser dan pencarinya) dengan kemampuan hingga 15 km. Juga bisa dilengkapi dengan Syntetic Aperture Radar (SAR) yang mampu menembus awan dan memiliki jarak jangkau deteksi hingga 30 km. Dilengkapi Anti Jamming Data Link System dan bisa diupgrade menggunakan Satelite Data Link.

CH-4 adalah drone yang paling banyak diminati. Memiliki bentuk menyerupai MQ-9 Reaper dan MQ-1 Predator. Belum lama berselang CH-4 digunakan Irak untuk bertempur melawan ISIS. CH-4 punya panjang 9 meter dan bentangan sayap 18 meter. Jarak operasi max mencapai 250 km, mampu terbang selama 40 jam dengan beban muatan max 250-345 kg dan bahan bakar 165 kg. Ketinggian terbang max 8.000 meter dan mampu menembak dari ketinggian 5.000 meter.

3. Rainbow CH-5
Drone dengan mesin propeller ini dapat terbang hingga ketinggian 10.000 meter dan jarak jelajah sekitar 10.000 Km. CH-5 yang punya lebar sayap 21 meter tahan mengangkasa hingga 40 jam. Namun mencapai jarak batas maksimal 10.000 Km. CH-5 membutuhkan 2 Drone Pendamping untuk Dapat Memperpanjang Koneksi Komunikasi & Sinyal Data Link. Total Sekitar 24 Rudal mampu di bawa oleh CH-5 pada satu waktu. Total Berat Maksimum Lepas Landas Sekitar 3 Ton (3,300 Kg) yg dapat di angkut. Atau Tahan membawa sekitar Total 1 Ton Berat Bom dan 400 kg bahan bakar. CH-5 mampu melesatkan hingga kecepatan 300 Km per jam. Baik CH-5, CH-4, dan CH-3 diproduksi oleh China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC).

Baca juga: Ini Dia WS-43, Rudal Jelajah dari Cina yang Ditawarkan ke Indonesia

4. Wing Loong
UCAV besutan Chengdu Aircraft Industry Group ini tak kalah laris dari seri CH, selain Cina, Wing Loong sudah digunakan oleh Mesir, Kazakhtan, Nigeria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Uzbekistan. Beragam rudal udara ke permukaan dan aneka jenis bom dapat dibawa drone dengan mesin propeller ini. Wing Loong II telah diluncurkan pada Maret 2017.

Spesifikasi Wing Loong I:
– Length: 9,05 meter
– Wingspan: 14 meter
– Height: 2,77 meter
– Gross weight: 1.100 kg
– Maximum speed: 280 km/h
– Range: 4.000 km
– Endurance: 20 hours
– Service ceiling: 5.000 meter

5. WZ-2000
Tak banyak yang diketahui dari UAV lansiran Guizhou Aviation Industry Group ini. Debutnya secara resmi diwujudkan dalam bentuk mockup dalam Zhahai AirShow tahun 2000. Meski begitu, WZ-2000 telah dinyatakan terbang perdana pada 26 Desember 2003. Berbeda dengan keempat UCAV diatas, WZ-2000 disokong mesin jet WS-11 turbofan. Beragam rudal dan bom dapat dibawa hingga payload 80 kg.

Spesifikasi WZ-2000:
– Length: 7,5 meter
– Wingspan: 9,8 meter
– Max takeoff weight: 1.700 kg
– Maximum speed: 800 km/h
– Range: 2.400 km
– Combat range: 800 km
– Endurance: 3 hours
– Service ceiling: 18.000 meter

15 Comments