RAPTOR: Jawaban Angkatan Laut AS atas Kebutuhan Torpedo Berat ‘Murah’ dan Produksi Massal

Bakal cepat ‘terkuras’ dalam pertempuran modern, kebutuhan akan amunisi berpresisi tinggi dengan biaya murah serta mampu diproduksi secara cepat, telah diperhitungkan secara cermat, terkhusus melihat dinamika konflik saat ini. Selain konsep rudal jelajah udara ke permukaan yang dirancang murah, kini muncul kebutuhan akan torpedo berat (heavyweight torpedo) berbiaya rendah.
Baca juga: Ragnarok: Rudal Jelajah Mini Berbiaya ‘Murah’ untuk Misi Serangan Presisi
Adalah Angkatan Laut AS (US Navy) yang sedang menggarap konsep senjata bawah laut generasi berikutnya yang berfokus pada biaya rendah dan kecepatan produksi. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan stok torpedo yang dapat diproduksi secara massal tanpa membebani lini produksi torpedo utama yang lebih canggih.
Strategic Capabilities Office (SCO) telah merilis permintaan proposal untuk program yang disebut RAPTOR (Rapid Affordable Producible Torpedo). RAPTOR adalah konsep generasi berikutnya untuk torpedo berat sekali pakai (single-use heavyweight torpedo) yang dirancang untuk diproduksi dengan cepat dan dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada inventaris US Navy saat ini.
Tujuan utama program ini adalah menciptakan torpedo yang dibandrol US$500.000 atau kurang per unit. Sebagai perbandingan, torpedo utama yang ada di inventaris US Navy saat ini, yaitu MK48 Mod 7 (heavyweight torpedo), tercantum dalam permintaan anggaran Tahun Anggaran 2025 (FY2025) seharga sekitar US$4,2 juta per unit. Perbedaan biaya ini menjadi inti dari logika dimunculkannya program RAPTOR.
Torpedo MK48 Mod 7 – Andalan Kapal Selam AS dan Australia dalam Menghadapi Armada Laut Sang Naga
RAPTOR dimaksudkan sebagai senjata “berkemampuan terbatas yang spesifik misi” (mission-specific, limited-capability weapon). Namun, Kapten Chris Polk, Navy Program Manager, menyebutkan bahwa RAPTOR tetap akan memiliki daya ledak yang sama (the same explosive yield) dengan torpedo yang lebih canggih.
Proyek RAPTOR sejalan dengan pendekatan Departemen Pertahanan AS untuk fokus pada produksi amunisi berbiaya lebih rendah dengan jadwal akuisisi yang cepat. RAPTOR dimaksudkan untuk melengkapi torpedo Mk48 ADCAP yang lebih canggih, menawarkan amunisi kapal selam yang dapat dikirim dengan cepat dan tidak mahal.
Australia Order (Lagi) Torpedo MK48 Senilai US$125 Juta, Bukan Cuma untuk Kapal Selam Collins Class
Logika inti dari proyek ini adalah menyediakan senjata yang dapat dibeli dalam jumlah yang jauh lebih besar tanpa bersaing dengan lini produksi torpedo Mk48 yang berteknologi tinggi. Torpedo berat tetap menjadi inti operasi kapal selam AS, dan opsi berbiaya rendah dapat membantu mempertahankan tingkat inventaris selama periode permintaan tinggi.
Permintaan proposal (solicitation) telah dikeluarkan oleh Strategic Capabilities Office (SCO). Saat ini, mereka sedang mencari proposal untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development activity). Jika berhasil, produsen akan dipilih untuk membangun desain yang dapat dibuat dengan cepat, dengan faktor pendorong biaya yang lebih rendah, dan tuntutan manufaktur yang disederhanakan.
Lockheed Martin Umumkan Pengiriman Ke-250 G&C Section “Otak” Torpedo Berat MK48
Sebagai catatan, SCO adalah organisasi yang berada di dalam Office of the Secretary of Defense (OSD), Kantor Sekretaris Pertahanan, yang merupakan kepemimpinan sipil Departemen Pertahanan AS. SCO didirikan pada tahun 2012 dengan misi unik yang membedakannya dari lembaga penelitian lain seperti DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency).
SCO dikenal sebagai organisasi prototyping cepat yang berfokus pada mengidentifikasi, menganalisis, dan memprototipe aplikasi disruptif dari sistem yang sudah ada atau yang segera akan tersedia (near-term technology). (Gilang Perdana)
Lindungi Teritorial, Australia Canangkan Tebar Ranjau Laut Pintar dengan Sensor Akustik

