Peneliti Angkatan Laut Cina Klaim Dapat Gunakan Radar Militer Negara Lain untuk Temukan dan Lacak Lokasi Kapal Asing

Peneliti Angkatan Laut Cina kerap menciptakan inovasi yang kontroversial, meski efektifvitasnya masih harus dibuktikan lebih dalam, ada kabar kelompok peneliti Angkatan Laut Cina berhasil memanfaatkan radar mliter milik negara lain untuk menentukan lokasi dan melacak keberadaan kapal asing. Para peneliti mengatakan teknologi baru dapat menggunakan sinyal dari radar, kapal perang atau bahkan pesawat peringatan dini negara lain untuk melacak kapal permukaan yang bergerak lambat.

Baca juga: Ilmuwan Cina Adopsi Teknologi Seluler 6G untuk Mendeteksi Keberadaan Kapal Selam

Dikutip South China Morning Post – scmp.com (7/1/2024), disebut pengaturan metode pelacakan kapal di aras menggunakan peralatan sederhana seperti laptop dan antena untuk menguraikan sinyal radar militer asing.

Istilah yang digunakan oleh para peneliti Angkatan Laut Cina adalah seperti meminjam pisau untuk membunuh (sebuah pepatah Cina kuno) – yakni tentang menggunakan senjata orang lain untuk melawan mereka. Kini, para peneliti dari Angkatan Laut Cina mengatakan bahwa mereka telah menerapkan pepatah kuno itu dalam desain peperangan yang didorong oleh teknologi saat ini.

Tim peneliti tersebut berasal dari provinsi Shandong di Cina timur, mereka mengklaim telah mengembangkan sebuah teknologi yang dapat menggunakan sinyal yang dipancarkan oleh radar, kapal perang, atau bahkan pesawat peringatan dini negara lain, untuk melacak kapal kargo di laut lepas.

“Gambar-gambarnya sangat jelas seperti siang hari,” tulis Song Jie, seorang peneliti di PLA Naval Aviation University, dalam makalah tinjauan sejawat bersama rekan-rekannya dari Universitas Yantai, keduanya berbasis di kota pesisir Yantai. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal berbahasa Mandarin – Radio Science and Technology pada tanggal 20 Desember 2023. Prestasi ini sebelumnya pernah dianggap mustahil.

Radar DA05 di korvet Fatahillah 361.

Sejak penemuan radar pada tahun 1935, hanya pengirim atau sekutunya yang dapat menggunakan sinyal radar. Menggunakan gelombang elektromagnetik untuk menemukan target memerlukan pengetahuan tentang parameter fisik terperinci yang hanya diketahui oleh pemancar – dan ini terus berubah.

Sementara tim peneliti Angkatan laut Cina mengatakan bagi orang luar, sinyal-sinyal ini tampak seperti kekacauan yang kusut, dan mengekstraksi informasi berharga dari sinyal-sinyal tersebut bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami.

Namun tim Song berhasil menggunakan sinyal radar yang berpotensi tidak bersahabat untuk mendeteksi kapal yang masuk dan keluar dari pelabuhan, suatu prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Sistem kami bekerja dengan baik untuk target yang bergerak lambat di laut,” kata tim tersebut.

Di Yantai, para peneliti memilih bangunan tempat tinggal sebagai basis percobaan mereka. Di dekat jendela, antena penerima – tidak lebih besar dari rak pengering pakaian – sudah siap. Terhubung ke antena ini adalah penganalisis gelombang elektromagnetik, seukuran oven microwave, yang memproses sinyal yang diterima. Sinyal-sinyal ini kemudian dimasukkan ke dalam laptop biasa untuk dianalisis lebih lanjut.

Pengaturannya sederhana, semua peralatan dapat diperoleh dengan mudah dan diangkut dalam bagasi mobil. Mendeteksi target di laut menggunakan radar sangat menantang karena gelombang elektromagnetik yang terus-menerus terpantul di gelombang, yang sering kali menghilangkan informasi penting di tengah kebisingan.

Namun tim Song masih dapat menemukan dan melacak semua kapal komersial yang berlayar dalam jarak 20 km dari pantai – jarak yang sebanding dengan jarak antara jalur pelayaran di Laut Merah dan pantai Yaman. Selain itu, mereka mengumpulkan informasi intelijen penting mengenai arah dan kecepatan kapal, yang sangat berharga untuk potensi serangan drone atau rudal.

Meskipun sumber sinyal dalam percobaan tersebut berasal dari radar militer Cina, tim Song tidak menggunakan parameter teknis apa pun yang terkait dengan radar tersebut. Artinya, dalam skenario dunia nyata, sistem mereka dapat memanfaatkan sinyal dari platform militer negara mana pun.

Dalam makalah mereka, Song dan rekan-rekannya membagikan algoritme canggih mereka, menjelaskan bagaimana mereka menggunakannya untuk menurunkan parameter operasi senjata militer.

Peneliti Cina Kembangkan Radar Pencari Panas yang Bisa Deteksi Pesawat Stealth dari Jarak 300 Km

Namun penerapan praktis dari solusi di atas menghadirkan serangkaian rintangan tersendiri. Misalnya, sinyal langsung dari radar ke antena penerima jauh lebih kuat dibandingkan sinyal yang dipantulkan lambung kapal, sehingga sering kali menutupi karakteristik antena penerima.

Kedua sinyal ini penting untuk penentuan posisi yang akurat. Selain itu, untuk mengurainya memerlukan pendekatan pemrosesan unik yang tidak biasanya ditemukan di stasiun radar standar. Tim Song dengan cermat merinci proses dan tindakan pencegahan ini dalam makalahnya, bersama dengan wawasan tentang teknik kompresi dan akumulasi data yang meningkatkan kecepatan dan keakuratan analisis komputer.

Para peneliti percaya bahwa pekerjaan mereka juga dapat membantu militer Cina dalam peperangan elektronika (electonic warfare), dengan potensi penerapan dalam pengintaian elektronik, persenjataan anti-radiasi, misi penetrasi ketinggian sangat rendah, dan teknologi siluman. (Gilang Perdana)

3 Comments