Update Drone KamikazeKlik di Atas

Peneliti Cina Kembangkan Radar Pencari Panas yang Bisa Deteksi Pesawat Stealth dari Jarak 300 Km

Cina menyadari betul bahwa salah satu aspek terberat yang harus dihadapi bila berkonflik dengan Amerika Serikat adalah keunggulan Negeri Paman Sam dalam teknologi penempur dan pembom stealth. Meski Angkatan Udara Cina kini gencar mengembangkan armada jet tempur stealth, tetap saja masih akan sulit untuk bisa mengimbangi kedigdayaan AS. Berangkat dari kondisi di atas, maka para peneliti Cina berusaha membuat penangkal anti stealth yang ampuh.

Baca juga: Cina Pasok Anti Stealth Radar system YLC- 8E ke Pakistan

Dikutip dari South China Morning Post (23/8/2022), disebutkan peneliti Cina berhasil mengembangkan prototipe radar pencari panas yang dapat mengendus pesawat tempur stealth dari jarak 300 Kilometer, bahkan dapat memindai seluruh langit dalam hitungan beberapa detik saja.

Persisnya yang dilakukan peneliti Cina adalah membangun platform radar pencari panas dari small infrared search-and-track system (IRST) yang dapat mendeteksi tanda panas dari pesawat bergerak berkecepatan tinggi pada jarak yang luar biasa jauh. Tim insinyur dari kontraktor pertahanan Sichuan Jiuzhou Electric Group Company, menerbitkan sebuah makalah di jurnal Cina, Infrared and Laser Engineering, pada 19 Agustus, mereka mengklaim bahwa sistem inframerah yang dikembangkan dapat melihat dan melacak pesawat sipil dari jarak jauh, lebih 285 kilometer.

“Garis besar target, seperti rotor, ekor, dan jumlah mesin dapat diidentifikasi dari gambar spektrum inframerah,” kata tim yang dipimpin oleh Liu Zhihui, seorang insinyur elektro-optik. Menurut para peneliti, radar pencari panas juga dapat memancarkan sinar laser untuk ‘menerangi’ atau memperjelas pesawat target untuk mengumpulkan lebih banyak informasi, seperti jumlah jendela di pesawat.

Lantaran ukurannya yang kecil, sistem radar ini dapat dipasang di mobil, pesawat terbang, atau bahkan satelit untuk berbagai tujuan, termasuk “pengawasan, peringatan dini, dan sistem panduan rudal,” kata Zhihui.

Zhihui menyebut, bahwa fitur desain penghindar radar pada pesawat siluman tidak mempengaruhi kinerja IRST, karena bergantung pada tanda tangan inframerah (IR) saja. Tanda tangan IR pesawat terdiri dari panas yang dihasilkan dari mesin dan pemanasan gesekan dengan udara dengan hidung dan ujung depan menjadi panas saat pesawat memotong udara dengan kecepatan tinggi.

Meskipun ada langkah-langkah untuk mengurangi tanda IR dari sebuah pesawat, misalnya, pesawat stealth AS seperti F-35, F-22, dan F-117 Nighthawk telah terlihat dengan lapisan logam reflektif – cermin yang dikatakan mengurangi tanda IR, tapi faktanya masih sulit untuk menyembunyikannya dari sistem IRST yang semakin canggih.

Perangkat IRST di Gripen NG.

Selain itu, teknologi IRST sepenuhnya pasif, artinya tidak memberikan lokasi pesawat yang dipasangnya, tidak seperti radar pencari yang memancarkan gelombang radio jika pilot menggunakan radar dalam mode aktif untuk mendeteksi pesawat musuh.

Cina dilaporkan telah mengembangkan radar IRST untuk pesawat siluman Shenyang J-20 yang dapat menangkap tanda IR pembom siluman B-2 AS dan pesawat tempur F-22 dari jarak masing-masing 150 kilometer dan 110 kilometer. Teknologi Counter-stealth radar menjadi salah satu bidang penelitian utama di Cina, terutama setelah pembom siluman B-2 AS secara tidak sengaja menyerang kedutaan Cina di Beograd selama perang udara NATO tahun 1999 di Yugoslavia.

Kerentanan pembom stealth B2 terhadap sistem IRST mulai muncul pada 1990-an, ketika Uni Soviet mengembangkan sistem deteksi pencari panas yang canggih. Menurut pakar aeronautika AS dengan akses ke data desain dan kinerja B-2 yang diklasifikasikan, pembom siluman memiliki titik panas tertentu, yang mencakup bagian kulit non-logam pesawat dan saluran masuk, pipa knalpot, dan asap knalpot dari empat jet turbo-fan.

Namun, jangkauan deteksi osensor IR tidak terlalu besar karena gelombang IR diserap dengan cepat oleh atmosfer karena energinya yang relatif rendah dalam spektrum elektromagnetik.

Dalam makalahnya, tim Zhihui mencatat bahwa untuk meningkatkan jangkauan deteksi radar inframerah tidaklah mudah, karena hanya beberapa foton – partikel cahaya – yang dapat mencapai lensa kecil detektor. Zhihui mengatakan sistem mereka menggunakan detektor foton tunggal canggih untuk mengatasi masalah ini. Single phone detector (SPD) adalah sensor optik yang biasa digunakan dalam mesin kuantum untuk mendeteksi dan mengukur foton tunggal secara akurat.

Tim Zhihui tidak memberikan secara spesifik tentang SPD mereka, tetapi Cina dikenal sebagai pemain terkemuka di bidang ini. Misalnya, pada tahun 2016, Cina meluncurkan Mozi, satelit yang dilengkapi dengan SPD paling sensitif pada saat itu yang mampu memfasilitasi komunikasi kuantum ke luar angkasa untuk pertama kalinya.

Tantangan lain, menurut Zhihui adalah kecepatan pesawat, karena radar inframerah harus memindai langit dalam jangka waktu lama untuk menangkap ancaman jauh dengan sinyal lemah dan target yang bergerak cepat dapat meninggalkan bayangan kabur. Untuk itu, tim Zhihui memperkenalkan cermin yang berputar cepat di dalam untuk menghilangkan gerakan kabur dengan secara tepat dan otomatis menyesuaikan arah pancaran cahaya.

Tim Zhihui mengklaim bahwa radar mereka dapat memindai seluruh langit dalam mode pencarian target yang jauh hanya dalam beberapa detik, lebih cepat daripada kebanyakan radar pencari panas yang saat ini digunakan. Zhihui mengatakan bahwa mereka menguji radar mereka dalam kondisi suhu yang menantang, bervariasi dari minus 40 derajat hingga 60 derajat Celcius dan kinerjanya tetap stabil.

Baca juga: RV-02 – Radar Pendeteksi Target Stealth Produksi Dalam Negeri Vietnam, Bukan Prototipe!

Sesuai klaim para ilmuwan yang terlibat dalam proyek tersebut, perangkat ini juga mampu mengidentifikasi dan melacak Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dari jarak lebih dari 1.000 kilometer pada malam yang cerah. (Gilang Perdana)

6 Comments