Mesir ‘Ditolak’ Beli Meteor, Cina Tawarkan PL-15E – Rudal Udara ke Udara Jarak Jauh dengan Radar AESA
|Jet tempur Dassault Rafale dengan rudal udara ke udara jarak jauh Meteor, tak pelak merupakan senjata pamungkas dalam paket pengadaan pesawat tempur buatan Perancis tersebut. Namun, karena dianggap sebagai senjata strategis yang mampu mengubah jalannya peperangan, maka Meteor hanya dijual kepada negara terpilih.
Sebut saja Mesir, meski Negeri Piramid ini dikenal sebagai first launch export customer Rafale, dan punya hubungan bilateral yang lekat dengan Perancis, tetap ditolak untuk bisa membeli Meteor (juga ditolak membeli AMRAAM untuk F-16-nya). Negara-negara calon pengguna Rafale seperti Irak dan Serbian pun, harus siap-siap gigit jari, bila akhirnya membeli Rafale tapi tidak akan mendapat restu untuk membeli rudal Meteor.
Mesir yang gerah dengan pembatasan akibat tekanan Israel kepada Perancis, kemudian mencari alternatif, seperti kabar Kairo yang kepincut dengan jet tempur Chengdu J-10CE.

Tentu bukan sebatas kemampuan dan teknologi Chengdu J-10C yang membuat Mesir tertarik, lain dari itu adalah paket persenjataan yang melengkapi, salah satunya adalah rudal udara ke udara jarak jauh – Beyond Visual Range Air-to-Air Missile (BVRAAM) PL-15E, yang merupakan tandingan langsung rudal Meteor, AIM-120 AMRAAM dan Vympel R-77 buatan Rusia. Dengan akuisisi Chengdu J-10C lengkap dengan PL-15E, maka diharapkan kemampuan udara Mesir dapat sejajar dengan Israel.
PL-15 (Pi Li-15, atau Thunderbolt-15) adalah rudal udara ke udara jarak jauh generasi terbaru yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC). Rudal ini merupakan pengembangan dari rudal PL-12, dan dirancang untuk memberikan superioritas udara dalam konflik modern.

Pengembangan PL-15 dipicu oleh kebutuhan Angkatan Udara Cina (PLAAF) untuk menghadapi ancaman dari rudal udara ke udara jarak jauh seperti AIM-120D AMRAAM dan Meteor. Pengembangan PL-15 dimulai pada awal 2010-an sebagai proyek lanjutan dari PL-12, yang sudah dianggap mampu bersaing dengan rudal seperti AIM-120C. Lepas dari itu, PL15 digadang sebagai senjata andalan pada jet tempur stealth Chengdu J-20.
Sebagai rudal udara ke udara papan atas, Desain PL-15 memanfaatkan teknologi terkini, termasuk active electronically scanned array (AESA) pada seeker untuk meningkatkan akurasi dan kemampuan deteksi target.

PL-15 ditenagai dual pulsed solid-propellant rocket yang memungkinkan jarak tembak efektif yang sangat jauh, hingga 200–300 km. Rudal ini dilengkapi data-link untuk pembaruan informasi target selama penerbangan, memberikan fleksibilitas dalam menyerang target bergerak.
Prototipe pertama diuji sekitar tahun 2015. PL-15 menarik perhatian dunia ketika terlihat terpasang pada jet tempur J-11B dan J-20 dalam latihan militer pada tahun 2017. Selama uji coba, rudal ini berhasil mencapai jarak tembak jauh dan menunjukkan kemampuan manuver tinggi untuk menyerang target seperti pesawat AEW&C (Airborne Early Warning and Control) dan tanker udara.
Berdasarkan laporan dari analis militer dan sumber tidak resmi, PL-15 mampu mencapai Mach 5 atau lebih, yang menempatkannya dalam kategori rudal hipersonik. Meski mampu menjadi senjata deteren bagi kekuatan udara Cina, namun beberapa analis Barat menyebut bahwa kemampuan PL-15 masih tergantung pada integrasi sistem radar jet tempur yang meluncurkannya.
PL-15E
Untuk pasar ekspor, Cina menghadirkan varian PL-15E (ekspor). PL-15E pertama kali diumumkan untuk ekspor pada acara Zhuhai Airshow 2021. PL-15E tetap menggunakan teknologi seeker Active Electronically Scanned Array (AESA), sehingga memiliki kemampuan pelacakan target yang canggih.
PL-15E tetap mencapai kecepatan Mach 4–5, tetapi fokus lebih kepada efisiensi operasional dalam skenario standar. Namun dalam varian ekspor, jarak jangkau dikurangi menjadi 145 km (dibandingkan dengan PL-15 asli yang memiliki jangkauan hingga 200–300 km). Pengurangan ini sesuai dengan kebijakan ekspor Cina yang membatasi penjualan teknologi militer berkemampuan sangat tinggi. Sejauh ini, pengguna PL-15E adalah Angkatan Udara Pakistan yang merupakan operator Chengdu J-10CE.
Fin-folding PL-15E BVRAAM unveiled
Allowing J-20 and J-35 to carry 6 of these internally pic.twitter.com/7oCSv3Gzk2
— Fighterman_FFRC (@Fighterman_FFRC) November 10, 2024
Yang terbaru, pada Zhuhai Airshow 2024, diperkenalkan varian PL-15/E Folding Fins, yakni varian rudal PL-15 atau PL-15E yang dilengkapi dengan sirip lipat (folding fins) untuk meningkatkan fleksibilitas penggunaannya, terutama pada pesawat tempur dengan ruang penyimpanan internal (internal weapons bay), yakni pada jet tempur stealth seperti Chengdu J-20 dan Shenyang J-35.
Meski tidak memiliki internal weapon bay, jet tempur seperti JF-17 Block III dan Chengdu J-10C, adopsi PL-15/E Folding Fins dapat mempermudah integrasi pada pylon eksternal yang sempit pada kedua jet tempur. (Gilang Perdana)
Zhuhai Airshow 2024 – Cina Tampilkan Chengdu J-10CE ‘Pakistan’ dengan Konfigurasi Pylon Rudal Baru
Indonesia akan dengan mudah mengakuisisi Rafael dan Meteor mengingat tak ada Israel di sekitar Indonesia sedangkan Australia dan Singapura tak mungkin menekan Prancis untuk membatalkan penjualan meteor ke Indonesia. Selain kerjasama ToT dan pembelian alutsista yg signifikan oleh Indonesia, Prancis juga tidak punya respek terhadap Australia setelah pembatalan pembelian Kapal Selam mereka. Jadi secara umum tak ada masalah untuk Indonesia.
Yang jelas Meteor lebih canggih daripada PL-15 varian ekspor karena kemampuannya yg belum teruji dan jangkauannya yg lebih rendah dari meteor.
Meski punya PL-15E rudal BVR tersebut tidak akan bisa di integrasikan ke Rafale Dan F-16 Mesir…jadi syarat wajib ya kudu beli jet J-10CE dulu atau JF-17 block 3
dari warta berita di atas sudah dipastikan Indonesia tak akan diijinkan juga utk memiliki karena ada Ostrali dan Singapur, om Mukarom bakal dijewer sama lik Tarom
Mesir harus beli J-10CE dulu seperti Pakistan baru bisa dapat paket senjata seperti rudal udara ke udara jarak jauh – Beyond Visual Range Air-to-Air Missile (BVRAAM) PL-15E yang merupakan lawan tanding rudal Meteor, AIM-120 AMRAAM dan Vympel R-77 ini. Sekalian untuk melengkapi persenjataan bagi jet tempur Rafale mereka bisa “request” rudal jelajah udara ke permukaan atau air-launched cruise missile (ALCM) HD-1A buatan pabrikan senjata Tiongkok, Guangdong Hongda