Amankan Asian Games 2018, Tiga Satbak Rudal Mistral dan Satu MCP Lindungi Kawasan GBK
|Karena merupakan hajatan besar berskala internasional, urusan pengamanan dalam Asian Games 2018 menjadi perhatian utama dari pemerintah. Dan diantara elemen pengamanan yang melekat pada event yang berlangsung dari 18 Agustus sampai 2 September tersebut adalah keterlibatan elemen Artileri Pertahanan Udara (Arhanud).
Baca juga: Gelar Rudal MANPADS di Rooftop, Inilah Jurus Arhanud Lindungi Obyek Vital di Pusat Kota
Penggelaran kekuatan hanud titik (point defence) untuk melindungi obyek vital (obvit) tentu bukan sesuatu yang asing. Saban berlangsungnya momen penting internasional atau acara besar di republik ini, dan ditengarai ada potensi gangguan keamanan dari udara, maka arhanud hadir sebagai solusinya. Dan yang unik dari deployment hanud titik saat Asian Games 2018 berlangsung adalah penempatan tiga satuan tembak (satbak) rudal MANPADS (Man Portable Air Defence Systems) Mistral Atlas dari Batalyon Arhanudse 10 Agni Buana Cakti. Satuan Bantuan Tempur di bawah komando Resimen Arhanud-1/Falatehan, Kodam Jaya.
Berdasarkan penuturan awak satbak Mistral yang turut serta dalam operasi pengamanan Asian Games 2018 tersebut, ada tiga satbak Mistral Atlas dan satu unit Mistral Coordination Post (MCP) yang digelar guna melindungi kawasan stragetis Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan.
Tiga satbak rudal Mistral Atlas ditempatkan di puncak gedung pencakar langit. Ketiga satbak di setting untuk memberikan parameter pengamanan pada area GBK. Mistral Atlas sejatinya disematkan pada kendaraan khusus Komodo 4×4 buatan PT Pindad. Namun, karena ditugaskan untuk penempatan di puncak gedung, maka ‘terpaksa’ sistem peluncur berikut dudukannya harus dibongkar, untuk kemudian dipasang kembali di puncak gedung.
Diantara ketiga gedung tempat posisi steling satbak Mistral Atlas adalah di Hotel Ritz Carlton dan salah satu gedung di kawasan Slipi. Sementara unit MCP yang berperan untuk surveillance, command dan control, ditempatkan di area Hotel Mulia, Senayan. Meski wujudnya hanya berupa kontainer kecil, MCP dilengkapi radar X band yang mampu melakukan target detection, identification dan tracking. Untuk menunjang operasionalnya, MCP yang hanya diawaki oleh seorang operator, dibekali dengan perangkat ‘powerful computer.’
Sebagai pancar indra dari satuan tembak rudal Mistral, MCP mampu mengendus sasaran dari jarak 30.000 meter dan sasaran yang ada di ketinggian 4.000 meter. Untuk menghindari salah identifikasi sasaran, sudah pasti di MCP dilengkapi fitur IFF (Identification Friend or Foe).
Dari MCP-lah, ketiga satbak mendapat perintah dan kendali. Jalur komunikasi dari MCP ke satbak menggunakan basis radio, termasuk digunakan dua radio PR4G untuk peran voice dan data. Walau hajatan Asian Games 2018 berlangsung dua minggu, namun awak satbak Mistral total telah bersiaga selama 25 hari, mengingat diperlukan tahapan persiapan dan lain-lain.
Meski dapat dibongkar pasang, namun firing unit Mistral Atlas tidak sesederhana unit peluncur pada rudal RBS-70. Diperlukan instalasi yang lebih lama, mulai dari pemasangan platform, pre electronic box, radio PR4G, badoo, thermal camera, aiming sight dan weapon terminal.
Selama 24 jam satbak Mistral Atlas disiagakan di puncak tiga gedung tersebut. Meski stastus siaga, namun rudal asli tidak selalui dalam kondisi terpasang pada peluncur, khususnya pada siang hari yanb terik, mengingat sensor pencari panas pada Mistral terbilang sensitif. Berdasarkan spesifikasi satbak Mistral Atlas pada unit kendaraan Komodo, maka pada setiap satbak dilengkapi dua rudal yang siap luncur, dan empat rudal lain sebagai cadangan.
Sekilas tentang rudal Mistral, rudal maut produksi MBDA, Perancis ini dapat menyosor sasaran lewat passive infrared homing. Model penembakannya adalah fire and forget. Rudal ini dapat ditembakkan dengan jarak minimal 600 meter, sementara jarak tembak maksimumnya 6.000 meter. Ketinggian luncur Mistral mulai dari 30 meter sampai 3.000 meter. Rudal dengan bobot per unitnya 10,68 kg ini punya panjang 1.990 mm. (Haryo Adjie)
Israel sangat tidak suka dengan S-300 karena karena sistem ini akan memungkinkan Damaskus mengontrol seluruh wilayah udara Israel.
Makanya Indonesia ogah beli karena nggak enak sama negara tetangga.. hehehehe
Ring 1 (6 KM)
Ring 2 (….)
Ring 3 (….)
Rudal petir udah sampe mana nih…
Wks bukannya rudal petir tuh cruise missile ya bukan anti aircraft? Wkwkwkwk
f 35………………………
F-35?
Kalau bisa dibuatkan sistem khusus non permanen di atap gedung, semisal container super ringan.
selain pelindung rudal mistral, juga sebagai tempat berteduh para kru dalam jangka waktu lama.
tentunya juga harus berkamuflase dan ber-AC.
Serahkan pada kretivitas para Mahasiswa, pasti bisa….
Ada kemauan dan niat pasti bisa….asal tidak ada unsur memperkaya diri dan golongan.
Emng mau kemping?
kemping pakai kontainer ?
Beli lg aja buat d pasang d atap2 gedung strategis jd g usa bongkar pasang jadi ada yg fix buat degence dan ada yg mobile biar cepat menuju TKP
Seharusx TNI mengakuisisi Saab Bamse
Bamse? Saya lebih pilih nasams dalam hal jangkauan. Kalo pilih mobilitas mending S350
Bamse buat SAM, Nasam 2 bwt Jarak Menengah lihat Wiki & SIPRI, Utk S-300/350/400 tdk akan di pilih bkn krn takut negara tetangga tp faktor ekonomi dunia yg sdng sulit, nilai mata uang rupiah, kalo barter mungkin bisa kyk SU-35 tenderx di mulai 2015 dtngx 2020 full complete 2030, jd pesan utk S-300 kalo tenderx 2024 datang barngx sekitar 2030 atau 2035 full complete, alasan lamax krn nego barter yg cukup rumit krn di persulit pihak rostec