Low CBR Test: Uji Take off and Landing Airbus A400M di Landasan Pasir
Adalah wajar bila setiap manufaktur pesawat angkut taktis/strategis mengedepankan bahwa produk yang mereka tawarkan punya kemampuan plus-plus. Selain handal dari aspek permesinan, endurance, payload, dan jarak jangkau, kriteria pesawat angkut militer juga harus mampu beradaptasi pada landasan yang tidak beraspal, maklum misi militer menuntut pesawat angkut yang tangguh dan tidak ‘manja’ dalam gelar operasinya.
Baca juga: Airbus A400M RAF “Open Cockpit” di Lanud Halim Perdanakusuma
Ada yang menarik dalam sambutan pada acara press tour Airbus A400M Atlas di Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (6/3/2017). Di ruang briefing, pihak Airbus Defence and Space (ADS) selaku penyelenggara menempatkan backdrop poster A400M yang sedang melakukan pendaratan di landasan pasir. Ini seolah ADS ingin mengambarkan kemampuan A400M dalam melakukan pendaratan dan tinggal lansas dari runway yang dipersiapkan secara darurat. Wing Commander Simon Boyle, selaku Komandan Skadron 70 Royal Air Force (RAF), dalam kata sambutannya juga menyebut bahwa salah satu keunggulan A400M terletak pada kemampuan landing gear-nya yang adaptif pada landasan berjarak pendek dan tidak beraspal.

Dan merujuk ke tahapan yang telah dijalani Airbus A400M, serankaian test tinggal landas dan mendarat di landas pacu tanpa aspal dilalui untuk mendapatkan sertifikasi. Seperti pada bulan Agustus 2016, bertempat di Woodbridge, Inggris, ADS yang menggunakan seri A400M MSN2 berhasil melakukan uji pendaratan dan tinggal landas di landasan pasir (sand runway). A400M dengan empat mesin turbo propeller mampu melaksanakan taxiing maneuvers. Sebelum pelaksanaan uji coba di Woodbridge, secara khusus landasan telah dipersiapkan oleh personel Zeni dari British Army’s 23 Parachute Engineer Regiment.
Baca juga: MATC 8100 Tower – Menara ATC Mobile Untuk Dukungan Operasi Taktis TNI AU

Bagi pihak ADS, penggelaran landing strip berpasir di Woodbridge akan menjadi panduan teknis dalam penggelaran operasi A400M untuk seluruh operator. Meski berupa landasan pasir, kepadatan dan kekuatan tanah ikut diperhitungkan secara matang, seperti kombinasi bahan krikil dan tanah liat untuk mewujudkan permukaan landasan yang lembut bagi roda pesawat. Maklum yang bakal mendarat adalah pesawat dengan 12 roda berbobot 123 ton. Proses ini juga disebut sebagai low CBR (California Bearing Ratio) test.
CBR test adalah pengujian pada tanah yang dilakukan dengan cara pembebanan penetrasi tanah yang dilakukan dalam laboratorium ataupun di lapangan. Uji CBR ini berguna untuk membuat perencanaan ketebalan lapisan perkerasan. Metode ini digunakan untuk menentukan lapisan tambahan (overlay) serta perkerasan lentur (Flexible Pavement) suatu jalan. Dalam pengujian di landasan berpasir, A400M hanya membutuhkan panjang landasan 1.600 meter.

Baca juga: 56 Tahun Mengabdi, C-130B Hercules A-1303 Siap Mengudara Lagi
Sebelum proses uji di landasan berpasir, sebelumnya Airbus A400M juga telah melaksanakan uji coba tinggal landas dan mendarat di landasan rumput di Écury, Perancis pada tahun 2015. Bagi konsep gelaran pesawat angkut militer di Indonesia, kemampuan mendarat di landasan non aspal jelas menjadi poin penting dalam pertimbangan pengadaan pesawat angkut berat untuk TNI AU. (Haryo Adjie)
Mantap kalau jadi beli …
Utility nya bagaimana neh … Apa sudah dipersiapkan?
Nampaknya A-400 beneran bakal dibeli.
Soalnya di majalah Angkasa terbaru ada cerita dari ketua latihan Angkasa Yudha yg di Natuna kemaren soal kesulitan pengiriman alutsista kayak skyshield menggunakan Hercules. Beberapa alutsista akhirnya dikirim lewat kapal barang & musti muter2 singgah ke berbagai pelabuhan.
@errick
Volume cargo….letak perbedaannya
di kaskus militer a400m dibilang pesawat laknat. masih lebih senang super herky
http://www.malaysiandefence.com/fourth-a400m-delivered/
Min bahas kelebihan uh-60 black hawk dong,yang akan di akusisi tni ad
Otw 🙂
thx,,.. Min cakeep ulasannya ttng UH-black hawk 🙂
tidak ada kecap no.2…semua kecap pasti no.1 kata marketingnya…
siapkn danany aj….1 ska plus TOT…plus minta bonus sucad..
Sudah jangan banyak pertimbangan beli minimal 1 skadron yg separuh dirakit oleh PTDI.
Berarti bisa dong didaratkan di banyak tempat di papua dan jaya wijaya yg notabene banyak terdapat lapangan udara dng landasan pendek dan rerumputan yg selama ini banyak di layani maskapai susi air.
@bang russkye
Wah…ya ga langsung bisa dijawab iya atau tidak.
Kalo bandara2 kecil yang biasa didarati susi air, mungkin landasannya kurang dr 1600m.
Harus tau dulu ketinggian dibandara tsb brp ribu kaki dpl (ketinggian diatas 10000 kaki, kadar oksigen dlm udara makin tipis yang mempengaruhi perfoma mesin)…berat muatan dan bbmnya berapa, baru bisa dihitung panjang landasan yang dibutuhkan. Walopun peswat ini punya sayap yang desainnya memungkinkan mendarat dg sudut approach yang besar tapi utk faktor safety, panjang landasannya tetap harus diperhitungkan dg cermat, apalagi cuaca dipapua yang sangat dinamis…seperti kejadian herky yang jatuh diwamena kemarin
Layak dapat TOT . .
bahas dong ranpur wolf brimob
@fadhil, itu sudah pernah dibahas, silahkan klik http://www.indomiliter.com/hatehof-wolf-4×4-mengenal-rantis-lapis-baja-polri-dalam-misi-unamid/