Kemhan Order Pindad Cobra 8×8, Varian dari Panser Tempur Pandur II 8×8 IFV
|Tanggal 12 April 2019 menjadi momen penting bagi pengadaan alutsista nasional, selain ada penandatanganan kontrak pembelian tiga kapal selam, helikopter, dan beragam jenis munisi, dari segmen ranpur (kendaraan tempur) juga ada kabar yang menggembirakan, pasalnya PT Pindad meriah order untuk pengadaan medium tank Harimau dan panser Cobra 8×8.
Baca juga: Telah Bersiap di Cilegon, Inilah Tampilan Pandur II 8×8 dengan Kanon RCWS Ares UT30MK2
Sosok medium tank Harimau rasanya sudah begitu luas diketahui khalayak, sementara lain halnya dengan label panser Cobra 8×8. Karena nama Cobra 8×8 baru dimunculkan ke media pada 12 April lalu, maka tak sedikit netizen yang bertanya-tanya, seperti apakah desain dan tampilan panser Cobra 8×8? Dari penandatanganan kontrak Kementerian Pertahanan (Kemhan) dengan sejumlah BUMN dan perusahaan swasta nasional, diketahui pengadaan panser Cobra 8×8 mencapai nilai US$82 juta, sementara nilai pengadaan medium tank Harimau mencapai US$135 juta.
Seperti diwartakan sejumlah media, kedua ranpur diharapkan dapat tuntas dibuat dalam 3 tahun sejak kontrak efektif. Lantas yang menyisakan tanya adalah sipakah Cobra 8×8? Di Indo Defence 2018 yang belum lama digelar pun, PT Pindad tak menyebut nama Cobra 8×8.
Meski kepastiannya harus menunggu kabar dari PT Pindad, namun hampir dipastikan Cobra 8×8 adalah nama lain dari panser Pandur II 8×8 produksi Excalibur Army (Czechoslovak Group). Tak sulit untuk menerkanya lantaran tiga varian Pandur II 8×8 yang didatangkan di Indonesia pada September 2017 telah diikutkan dalam parade HUT TNI Ke-72 di Cilegon, Banten. Sudah menjadi rahasia umum bahwa panser yang diikutkan di parade HUT TNI meski belum masuk operasional, itu artinya sudah hampir pasti diakuisisi.
Bahkan sedari awal, kedatangan Pandur II 8×8 sudah menggandeng kemitraan dengan PT Pindad untuk proses ToT (Transfer of Technology). Pandur II 8×8 dengan spesifikasi TNI AD sejatinya telah masuk dalam proyek pengembangan bersama antara PT Pindad dan Excalibur Army sejak tahun 2015.
Khusus untuk kedatangannya di Indonesia, Pandur II 8×8 telah ditingkatkan kemampuan kapasitas amfibi di laut, penyesuaian tropical kit, seperti pemasangan AC, anti korosi, antu humiditas, karet-karet khusus tropis, dan perubahan air cooling menjadi water cooling.
Dan tanda-tanda yang menguatkan bawah Cobra 8×8 adalah Pandur II 8×8 yakni saat panser tempur tersebut ikut ditampilkan bersama-sama ranpur produksi PT Pindad di Indo Defence 2018. Mengambil nama Cobra 8×8 menyiratkan bahwa inilah varian Pandur II 8×8 yang telah dibuat di Indonesia (nantinya). Hal ini mengingatkan saat PT Pindad meluncurkan rantis Sancha MRAP (Mine Resistant Ambush Protected), yang tak lain adalah varian lokal dari Bushmaster buatan Thales Australia.
Kembali ke panser Cobra 8×8, dikutip dari tempo.co (12/4), Direktur Bisnis Dan Pertahanan Keamanan PT Pindad, Widjajanto mengatakan, nilai kontrak pengadaan panser Cobra yang dimaksud akan dipersenjatai senjata berat kaliber 30 milimeter. Dengan keterangan tersebut, maka platform yang dicomot adalah Pandur II 8×8 IFV (Infantry Fighting Vehicle).
Jika menengok pada varian Pandur II 8×8 IFV yang telah tiba di Indonesia, ranpur tersebut nampak menggunakan kanon RCWS Ares UT30MK2 kaliber 30 mm. UT30MK2 sudah mengusung fully integrated Battlefield Management System (BMS) desain kubah modular, sehingga UT30MK2 dapat dipasangkan beragam sistem senjata dan perangkat elektro optik tambahan.
Baca juga: Ares UT30MK2: Dibalik Kecanggihan Kanon RCWS 30mm di Panser Pandur II 8×8 IFV TNI AD
UTMK30MK2 merupakan produksi Ares Aeroespacial and Defense, manufaktur persenjataan dari Brasil. Kanon ini mengusung basis Orbital ATK Mk 44 Bushmaster ABM (Air Burst Munition) kaliber 30 mm sebagai senjata utama, sementara disisi laras 30 mm terdapat senapan mesin 7,62 coaxial.
Jika kocek Kemhan cukup, sudah tersedia modul untuk dipasangi ATGM (Anti-Tank Guided Missiles). Sebagai kanon RCWS modern, di sistem kubah sudah disematkan Laser Warning System (LWS) and optional Smoke Grenade Launcher System (SGL). (Gilang Perdana)
AD terus, Marinir kapan di modernisasi?
Masalah terbesar kita ada di dana. China bisa sukses dalam mengembangkan industri alutsistanya dengan cara me-reverse engineering alutsista yang mereka beli. Dengan dana yang memadai, mereka bisa mengakuisisi alutsista dalam jumlah yang cukup untuk operasional dan dikorbankan untuk riset. Sementara seringkali di negara kita untuk operasional saja masih kurang.
Dana juga dibutuhkan untuk kegiatan riset itu sendiri mulai dari SDM nya sampai ketersediaan peralatan penelitian yang memadai.
Dana yang cukup juga berperan ketika teknologi sudah kuasai dan ingin diterapkan. Dana digunakan untuk membangun industri – industri yang bisa dibutuhkan oleh penerapan teknologi tersebut.
Para pemegang kendali keputusan juga harus berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan industri alutsista dalam negeri dengan cara lebih memilih alitsista buatan dalam negeri atau mensyaratkan tingkat kandugan lokal yang tinggi saat akuisisi alutsista dari luar negeri.
Dan yang jelas harus diingat bahwa kemandirian industri alutsista tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat jadi diharapkan harus bersabar dan tetap tangguh berkomitmen.
Anoa nasibnya beruntung.. klo saja wktu itu bkn krn pak JK yg merintahin pindad buat langsung produksi massal kyknya anoa bkl selamanya cma jdi prototipe
Min blh tny ga ? Kira2 menurut mimin, kita ini kekurangan sdm yg ahli dlm memproduksi alutsista yg handal, kurangnya dana R&D dan komitmen pemerintah dlm mendorong kemandirian industri alutsista nasional atw sarpras nya yg ga memadai dlm hal ini BUMN dan BUMS strategis utk memproduksinya. Saya heran lht cina dlm wkt yg relatif singkat bs mengembangkan industri alutsista nya walaupun mgkn teknologinya hasil nyolong, copas, reverse dll.
Sepertinya ranpur TNI belum ada lagi yg terproteksi dgn APS ataupun AMAP kecuali MBT Leopard 2 RI. Mohon koreksi jika salah. Dan untuk pindad, harus nya sudah menguasai teknologi AMAP atau APS.
Boro2 Amap, baja aja untuk si harimau msih impor pak
Leopard kita walaupun sdh pke proteksi amap tpi msh kalah canggih dri yg singapur.. leopard singapur misalnya ada proteksi tambahan di bagian bawah tank (belly protection) buat meminimalisir efek ledakan IED, sedngkan yg kita gk ada.. semoga nnti seluruh armada tank leopard kita yg A4 basic dpt tambahan kit revolution yg lengkap