Honeywell MK46: Jejak Sejarah Torpedo Ringan Andalan 2 Jenis Kapal Perang TNI AL

Andaikan destroyer escort Samadikun Class (aka – Claud Jones) masih dioperasikan TNI AL, maka predikat MK46 sebagai torpedo ‘terbesar’ untuk TNI AL masih layak disandang. Pasalnya di dekade 70 sampai 90-an, empat unit kapal perang bekas pakai AL AS ini memang mengandalkan torpedo SUT (Surface and Underwater Torpedo) untuk misi anti kapal selam dan permukaan.

Baca juga: KRI Samadikun – Destroyer Escort AS Dengan Meriam Eks Uni Soviet

Dan selepas pensiunnya Samadikun Class pada 1997, maka pengguna torpedo MK46 terpusat pada dua jenis kapal perang, yaitu enam unit frigat Van Speijk dan tiga unit korvet Fatahillah Class. Sementara jenis kapal perang yang usianya lebih baru, seperti korvet Diponegoro Class, korvet Bug Tomo Class dan Perusak Kawal Rudal Martadinata Class mengusung torpedo A244-S, buatan WASS, Italia dan Perancis. Antara MK46 dan A244-S mengusung kaliber yang sama, yakni 324 mm.

Tampil lebih baru, A244-S memang lebih canggih ketimbang MK46, salah satunya A244-S sudah mengadopsi tambahan pada akustik suara baling-baling atau material magnetic yang dipancarkan oleh badan kapal target.
Mulai dirancang sejak 1960 dan pertama kali digunakan pada 1963, MK46 yang tergolong sebagai lightweight torpedo hingga kini telah dikembangkan sampai 7 varian. Dan torpedo ini didapuk sebagai torpedoi SUT yang paling laris di pasaran, lebih dari 30 angkatan laut di seluruh dunia menggunakan jenis torpedo ini pada beragam kapal perangnya.

Secara umum, torpedo produksi Honeywell ini punya kecepatan luncur 40 knots (setara 74 km per jam). Jangkauan luncur menuju target yakni 11 km dengan kedalaman 365 meter. Karena tergolong torpedo ringan, bobotnya hanya 231 kg dengan panjang 2,59 meter. Untuk hulu ledaknya 44 kg menggunakan PBXN-103 high explosive.
Sumber tenaga MK46 berasal dari mono-propellant (Otto Fule II) dengan dua tingkat kecepatan. Untuk pemandunya mengusung homing akustif aktif dan pasif, yakni memancarkan gelombang untuk mencari pantulan dari logam di kapal target.

Tak ingin melepaskan kesempatan memiliki barang laris, Cina pun memproduksi copy-an MK46, yang disebut Yu-7. Sudah barang tentu Cina memperolehnya lewat jalur tak resmi. Dikisahkan pada tahun 1978, sebuah kapal nelayan Cina ‘mendapatkan’ sebuah torpedo MK46 mod 1 di Laut Cina Selatan.

Torpedo itu kemudian dikirim ke Institut 705 untuk dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut dalam proyek 109. Prototipe MK46 jiplakan Cina pertama kali meluncur pada 1984, dan hingga kini sudah 68 kali dilakukan uji tembak. Secara resmi, Yu-7 mulai digunakan AL Cina pada tahun 90-an, dan hingga kini masih terus diandalkan.

Baca juga: Westland Wasp – Legenda Helikopter AKS TNI AL

Meski usianya tak muda lagi, MK46 juga diandalkan untuk dilepaskan dari helikopter, termasuk nantinya direncanakan untuk dapat digotong oleh helikopter AS565 MBe Panther Puspenerbal. Riwayat dilepaskan dari udara pun sebelumnya telah kenyang dilakukan oleh TNI AL, persisnya saat helikopter Wasp masih digunakan TNI AL. Satu MK46 memang dirancang dapat dibawa oleh helikopter buatan Westland tersebut. (Gilang Perdana)

6 Comments