SCI Sabarmati – Kapal Penyelamat Kapal Selam Milik India untuk Misi SAR KRI Nanggala 402
|Meski harus menempuh perjalanan sejauh 2.500 mil laut dan baru tiba setelah 6-7 hari untuk mencapai Perairan Utara Bali, namun, bantuan dari Pemerintah India untuk mendukung misi SAR dan evakuasi KRI Nanggala 402, sangat dihargai oleh warga Indonesia. India seperti diwartakan telah menerima International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO) dan telah memberangkatkan kapal penyelamat kapal selam SCI Sabarmati pada 21 April lalu.
Baca juga: Inilah MV Mega Bakti, Kapal Penyelamat Kapal Selam Milik Angkatan Laut Malaysia
Bertolak dari basisnya di Visakhapatnam, SCI Sabarmati yang membawa kapal selam penyelamat atau DSRV (Deep Submerge Rescue Vehicle). DSRV yang dibawa SCI Sabarmati adalah produksi James Fisher Defence (JFD) dari Inggris. Ada dua unit DSRV tipe DSAR-650L yang dioperasikan AL India sejak tahun 2018, dan DSRV milik India berasal dari desain SSRV generasi ketiga yang tergolong baru.
Kabarnya DSRV ini telah dirancang untuk memaksimalkan kapasitas baterai dan daya tahan operasional. Hal ini memastikan waktu yang minimal dihabiskan untuk mengisi ulang baterai, memungkinkan DSRV di-deploy lebih cepat jika terjadi insiden. Menurut pihak JFD, DSRV dapat dioperasikan hingga kedalaman 500 meter.
Sebelumnya, JFD telah memasok DSAR (Deep Search and Rescue) 6 Class untuk AL Singapura. DSAR 6 dilengkapi integrated skirt dan DSAR 6 punya bobot yang paling ringan di kelas DSRV, yakni 22,5 ton dan disebut-sebut relatif mudah dipindahkan dengan transportasi udara (via C-17 Globemaster). DSAR 6 milik Singapura yang menjadi etalase MV Swift Rescue, sanggup menyelam sampai maksimum kedalaman 500 meter, bahkan dalam kondisi tertentu, batas kedalaman bisa tembus sampai 700 meter.
Dikutip dari business-standard.com (22/4/2021), disebutkan penyelam Angkatan Laut India telah berlatih secara ekstensif untuk keadaan darurat bawah air. DSRV India dioperasikan oleh tiga awak dan dalam satu kali angkut dapat menyelamatkan 14 personel dari kapal selam yang bermasalah. Untuk insiden KRI Nanggala 402, guna menyelamatkan 53 personel, maka dibutuhkan empat kali operasi penyelaman dengan DSRV.
SCI Sabarmati yang membawa DSRV dikenal juga sebagai Offshore Supply Ship. Kapal yang dilengkapi deck helikopter pada bagian haluan ini punya berat mati 3.306 ton, sementara panjang kapal 78 meter dan lebar 17 meter. Kapal yang dibangun pada tahun 2013 ini punya kecepatan maksimum 9,6 knots dan kecepatan jelajah 6,4 knots.
AL India yang saat ini mengoperasikan 16 unit kapal selam, kini memiliki dua kapal penyelamat kapal selam, selain SCI Sabarmarti, ada INS Nireekshak (A15), kapal penolong dengan bobot mati 3.600 ton yang juga dibekali DSRV. (Gilang Perdana)
Tuh khan apa yang sudah kubilang kemarin?
Kalian itu banyak yang tidak realistis dan masih dalam fase denial atau fase penyangkalan diri. Terima saja kekecewaan karena apa yang diharapkan tak akan pernah terjadi.
Rest in peace for the falling.
Kita yang masih hidup mari lanjutkan hidup dengan memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Tak perlu saling menyalahkan. Jangan lagi cari kambing hitam. Kasihan kambingnya dicari2 dan dikejar2 hanya karena berwarna hitam. Khan masih banyak kambing lain.
Segera beli kapal penyelamat dengan dsrvnya. Kalo perlu lengkapi semua kapal selam kita dengan pod seperti India. Safety first, weapon will follow. Jika itu mahal, kurangi dulu untuk sementara target jumlah kapal selam kita, alihkan ke alutsista lain yang fungsinya untuk AKS seperti helikopter MH60R, poseidon dan Korvet anti kapal selam dan lengkapilah dengan vds. Buat juga jaringan sonar bawah laut.
Kalau mau murah, lengkapi pesawat2 ringan seperti n219, drone, super tucano dengan kemampuan untuk melempar sonobuoy dan torpedo. Dulu di perang dunia 2 jepang bisa melengkapi pesawat kitiran kecil dengan torpedo. Mosok kita nggak bisa. Kalo nggak bisa belajarlah dari Jepang. Kalo nggak kuat gotong yang besar 533 mm ya gotong yang kecil 324 mm.
Melalui musibah ini, dunia akan tahu sejauh mana kemampuan Indonesia mendeteksi objek di bawah laut, bahkan ketika objek tersebut tidak bergerak, alias kemampuan anti-kapal selam Indonesia sedang diamati dunia, terutama para rival.
Kok ngurusin pendapat dunia. Lemparan kritik tajam harus pada instansi terkait, kementrian pendanaa alutsista negara dan DPR. Korps Hiu Kencana sudah tercoreng yg track recordnya bagus selama pengabdiannya sampai insiden ini.
Operasi anti kapal selam memang hal yg tidak mudah, sampai armada inggris yg tersohor sbg kekuatan AKS mumpuni di dunia pun gagal menemukan kapal selam U 209 saat perang malvinas…….apalagi saat ini Nanggala dalam kondisi diam alias tidak ada pergerakan propulsi yg menjadi sumber suara 🤷
Belum lagi di area sekitar situ terdapat perbedaan kedalaman dasar laut yg mencolok yg berpotensi terbentuknya fenomena lapisan isoklin yg menghambat sonar menembus lapisan air dibawah lapisan isoklin, jika kapal selam berada di kedalam lebih dari 200 m
Sayangnya AL sampai saat ini belum mengoperasikan dipping sonar dan VDS yg bisa menembus lapisan isoklin
Faktor arus bawah air juga mempersulit usaha pencarian karena memperluas area pencarian