Update Drone KamikazeKlik di Atas

Hadapi Rudal Hipersonik Cina dan Korea Utara, Jepang Kucurkan Dana Riset US$56 Juta untuk Pengembangan Electromagnetic Railgun

Faktor Cina dan Korea Utara tak pelak menjadi fokus perhatian bagi pengembangan militer Jepang, alasannya jelas, Cina dan Korea Utara dianggap sebagai ancaman nyata di depan mata, terlebih pada aspek kekuatan rudal balistik hipersonik yang kerap dipamerkan oleh kedua negara yang bersengketa teritorial dengan Jepang.

Baca juga: Haiyang Shan 936 – Kapal Perang Pertama dengan Electromagnetic Railgun

Berangkat dari kondisi di atas, Kementerian Pertahanan Jepang telah menempatkan porsi serius untuk penelitian dan pengembangan Electromagneti Railgun, yakni untuk menghadapi potensi serangan rudal jelajah dan balistik hipersonik yang secara teori sulit dicegat.

Dikutip dari mainichi.jp (5/1/2022), anggaran untuk pengembangan Electromagneti Railgun telah disiapkan sebesar 6,5 miliar yen (sekitar US$56 juta) berdasarkan anggaran awal tahun fiskal 2022.

“Satu-satunya harapan kami adalah senjata prototipe yang disebut railgun. Senjata ini dapat menembakkan proyektil baja dengan kecepatan Mach 7,” ujar juru bicara dari Kementerian Pertahanan Jepang. Dalam aspek teknis, tujuan pengembangan railgun adalah untuk menembakkan proyektil pada kecepatan 2.000 meter per detik atau lebih, yaitu di atas Mach 6 dan di atas 1.700 meter per detik pada meriam utama tank.

Menurut Acquisition, Technology & Logistics Agency (ATLA), yaitu lembaga peneltian dan pengembangan di bawah Kementerian Pertahanan Jepang, kecepatan proyektil 2.297 meter per detik telah dicatat dalam uji coba.

ATLA menyebut, penelitian AS menunjukkan Electromagneti Railgun memiliki potensi jangkauan sekitar 100 hingga 180 kilometer. Meriam utama kapal perang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Yamato memiliki jangkauan maksimum sekitar 42 kilometer, yang berarti railgun memiliki jangkauan yang sama dengan rudal. Tembakan berkelanjutan juga dimungkinkan, dan senjata tersebut dapat digunakan untuk melawan serangan oleh banyak rudal. Hal ini diharapkan memiliki aplikasi dalam pertempuran darat, laut dan udara, dan beberapa melihatnya sebagai game changer di masa depan.

Meski punya kecepatan spektakuler dalam meluncurkan proyektil, namun railgun sangat haus daya, setidaknya dibutuhkan 25 megawatt untuk setiap penembakkan, atau setara dengan listrik yang digunakan oleh 18.750 rumah di AS. Tantangan selanjutnya adalah soal penyimpanan daya, kemudian rancangan material pada laras yang harus benar-benar ekstra kuat, dan yang tak kalah penting adalah sistem pemandu proyektil yang melesat bak halilintar tersebut.

Dari mana energi railgun akan dipasok adalah masalah lain. Lebih jauh lagi, panas tinggi yang dihasilkan saat menembakkan railgun dapat menimbulkan masalah perawatan, termasuk keausan pada rel akibat penembakan berulang.

Cina yang sudah lebih dulu mengembangkan Electromagneti Railgun, rupanya sudah berpikir jauh, dibawah proyek Laksamana Ma Weiming sudah dikembangkan teknologi listrik berdaya besar untuk kapal perang, Integrated Electrical Propulsion Systems (IEPS). Oleh beberapa pengamat, teknologi ini diusung untuk mendukung konsep electromagnetic railgun, dan disebut-sebut IEPS kumungkinan akan dipasang pada kapal perusak (destroyer) terbaru Cina, Type 055.

Baca juga: Wamenhan Jepang Bocorkan Desain Rudal Anti Kapal Hipersonik, Mimpi Buruk Buat Kapal Induk Cina di Masa Depan

Mulai tahun fiskal 2022, Kementerian Pertahanan Jepang akan mendorong penelitian ke arah efisiensi energi dan teknologi penembakan berkecepatan tinggi, dengan tujuan untuk mulai menyebarkan senjata mutakhir ini segera setelah tahun fiskal 2028. (Gilang Perdana)

8 Comments