Makin Garang! Destroyer Type 055 Class Punya Kemampuan Deteksi dan Hancurkan Satelit di Orbit Rendah
|Saat membicarakan ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat, maka dari kubu militer Cina, sosok kapal perusak (destroyer) Type 055 Renhai Class cruiser tak bisa dikesampingkan, pasalnya inilah kapal kombatan terbesar yang dioperasikan AL Cina. Dengan bobot mati 13.000 ton, kapal perusak Type 055 digadang dapat mengimbangi kekuatan tempur AS di Pasifik.
Dan, ada kabar terbaru terkait kapal perusak yang usianya terbilang anyar ini, selain lazimnya setiap kapal punya kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti serangan udara, maka Type 055 punya ‘anti’ yang ekstra, yaitu anti satelit.
Mengutip dari Janes.com (13/10/2020) yang melansir berita dari surat kabar GlobalTimes, menyebutkan bahwa Type 055 Renhai Class punya kemampuan untuk melacak satelit di orbit rendah Bumi. China Central Television (CCTV) channel – media televisi milik pemerintah juga membenarkan kemampuan kapal perang tersebut untuk melacak pergerakan satelit.
Bahkan, CCTV mengklaim bahwa kapal perusak Type 055 dapat menghancurkan satelit dengan keberadaan rudal hanud HHQ-9B extended range. Wang Ya’nan, editor majalah Aerospace Knowledge yang berbasis di Beijing, mengatakan kepada Global Times bahwa jika sistem radar memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan melacak satelit, itu juga akan dapat mengarahkan rudal untuk mencegatnya.
Destroyer Type 055 sejauh ini diketahui dibekali dengan sistem radar dual-band, dengan empat array bertahap planar datar tertanam pada superstruktur. Dilihat dari desainnya, besar kemungkinan radar yang digunakan adalah jenis H/LJG-346B dan empat panel yang lebih kecil dipasang pada tiang terintegrasi.
Empat array yang lebih besar mirip dengan yang ada di radar ‘Dragon Eye’ dari kapal perusak Type 052D, tetapi diperkirakan berukuran sekitar 40 persen lebih besar. Itu semua ditaksir memungkinkan daya yang ditransmisikan secara keseluruhan lebih besar, serta memberikan peningkatan kepekaan pada sensor radar.
Sementara tentang sosok rudalnya, Cina saat ini telah mempunyai rudal dengan karakter yang mirip Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), dimana ada kemampuan untuk menghancurkan satelit yang mengorbit rendah. Rudal yang dimaksud adalah HHQ-9B, yaitu varian rudal HQ-9 yang ditingkatkan kemampuannya untuk melawan rudal balistik dan satelit.
HHQ-9B dipersenjatai dengan hulu ledak dual purpose exosphere kinetic kill vehicle (kkv) yang dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Profesor Zhou Jun. Rudal ini telah melalui uji peluncuran perdana pada tahun 2003. Sejak itu, rudal tersebut telah melakukan beberapa uji coba lainnya, termasuk salah satunya pada 1 November 2015.
Dikutip dari navyracognation.com, kapal perusak Type 055 menjadi kapal perang terbesar yang diproduksi di Asia Timur pasca Perang Dunia II, dan otomatis menjadi kapal perang terbesar yang pernah dibuat oleh Cina sampai saat ini. Karena merupakan kebanggaan bagi Cina, peresmian Type 055 pertama dilakukan pada April 2019 dalam acara 70 tahun berdirinya AL Cina.
Persenjataan unggulan di kapal peurusak Type 055 terdiri dari 112 peluncur VLS (Vertical Launch System), dimana 64 cell peluncur terdapat di bagian haluan dan 48 cell lainnya ditempatkan di bagian deck belakang. Peluncur-peluncur VLS tadi digadang untuk membawa rudal pertahanan udara HHQ-9. Sementara untuk menghadapi sasaran jarak dekat, masih tersedia peluncur rudal HHQ-10 dalam 24 cell.
Baca juga: Destroyer Type 055 Class – Kapal Kombatan Terbesar Cina Resmi Masuk Kedinasan
Lain dari itu, kapal perusak dengan propolsi Combined gas turbine and gas turbine (COGAG) ini juga membawa rudal jelajah anti kapal YJ-18, rudal jelajah serangan darat CJ-10, dan torpedo anti kapal selam. (Gilang Perdana)
Mantap jiwa ! Hajar bleh ! Segera masukkan Type 055 ini ke dalam list “khayali” belanja alutsista kita. Anggarkan pembelian sebanyak 20-30 unit ready full combat. Perlengkapi dengan misil DF-17 dan DF-21. Layarkan ke LCS utk mendukung persiapan invasi ke Spratly dan Paracel, serta penghancuran pangkalan² musuh di Fiery Cross Reef. Laksanakan ! Bravo !
@admin
Min.jadi penasaran, berapa sih jangkauan deteksi radar cina ini dan ia bekerja pada rentang frekuensi apa 🙏
Kurang lebih jangkauan radar type 368 yg dipake destroyer ini sekitar 450 km. Masih jauh dibawah AN/SPY-3 atau AN/SPY-6 apalagi radar THAAD yg pake AN/TPY-2. Dg jangkauan sampai 4700 km itu berarti radar THAAD udah selevel radar OTHT dg kemampuan yg jauh lebih baik dan bersifat mobile. Itulah kenapa Rusia dan China marah-marah USA mau naruh THAAD di Korsel.
Ya masak radar thaad dipasang di kapal perang…..manatau punya cina radarnya pake L band semacam radar smart L-EWCC kepunyaan belanda
emang range an/spy 3 brp om gato😂😂😂😂😂
@ Dhek Melly, ya apapun bisa terjadi. Himars aja bisa dipake di kapal LPD kenapa enggak radar thaad dipasang di kaprang juga.
@Kodok: estimasi diatas 500-600 km atau bisa juga lebih. Itu karena Destroyer Kelas Arleigh Burke punya rudal anti balistik/satelit SM-3 yg jangkauannya hingga 2500 km maka logikanya kapal harus punya pendeteksi terintegrasi sejauh lebih dari 3000 km.
masa sih, bukan nya an/spy 3 cuma 200 mil am gato😂😂😂
Komen saya diatas sudah cukup proporsional sekaligus rasional…..@kak sugi ☝️
Tapi kalo ada yg mau meletakkan radar gaban, seukuran An/spy-2 di kapal perang ya bolah-boleh saja…..wong dia cuma barang mati
Tenang aja Indonesia masih punya Pesawat Pembom Strategis Tupolev Tu 16 Badger. Yang Siap Menggotong Rudal Canggih Balistik, yang jadi masalah Pesawatnya Sudah ada Tapi Rudalnya yang masih belom ada hehehe
Bagaimana pun pencapaian RRC harus diapresiasi.
Karena diri sendiri (Indonesia) belum Semaju itu.
Mencibir prestasi orang lain yang lebih maju adalah perbuatan Pandit bin Tolol.
Sudah saat nya kita bangkitkan poros Jakarta-Moskow-Beijing-Pyongyang
untuk perdamaian dunia dan keseimbangan kawasan. apalagi RI dan China sudah sepakat menggunakan Yuang dalam perdagangan antar negara menggantikan Dollar.
Saatnya kita bergabung dengan naga merah yang luar biasa kekuatan ekonomi dan pertahanan masa depan. merdeka…merdeka..merdeka..
Emoh ah saya megang kata2nya bung Karno yg anti neo imperialisme
apa yg dilakukan Tiongkok di Afrika adlah neo imperialisme
Track recoord alutista China secara real belum botol pulpen, terkecuali alutista yang dipakai oleh kelompok geriliawan (kelompok bersenjata) dan alutista yang dipakai oleh kolompok geriliawan tersebut telah dimodifikasi.
Diatas kertas mungkin semua alutista made in China dapat mengcover hampir semua kebutuhannya, akan tetapi seperti sudah rahasia unum bahwa brands made in China lebih mengedepankan kuantitas daripada kualiatas.
Arahnya sudah ok, tinggal mengejar ketertinggalan kualitasnya saja, karena alutista butuh tingkat keakuratan yang sangat tinggi dan juga efektif.
Utk mengejar kualitas selain melakukan “pencurian” hak cipta alutsista. Mereka butuh input pengalaman tempur dgn alutsista uptodate mereka.
lagipula kuantitas juga punya kualitasnya tersendiri di medan perang atrisi.
Dijaman dg kemampuan Situational awareness yg mumpuni, walopun musuh punya Alutsista yg bejibun dan kroyokan itu bukanlah ancaman Dhek.
Jelas masuk pertimbangan lah wong dorongan utama mereka memodernisasi alutsista dan doktrin mereka adalh perang teluk dimana doktrin joint combined arms AS meraih supremasi daripada doktrin soviet.
Membutakan situational awareness AS itu adalah kenapa mereka mengembangkan senjata anti satelit.
Pengalaman war China untuk 25 tahun kebelakang dengan negara mana???
Satu hal yang harus digaris bawahi mengenai alutista, yaitu : “Kuantitas tidak akan lebih efektif dari kualitas.”
Bayangkan jika ada armada tempur membawa 10 rudal yang persrntase efektifnya dibawah 50%.
Setiap alutista butuk media / alat untuk keberhasilan rudal tersebut.
Bayangkan jika kaprang membawa 24 cells rudal akan tetapi tingkat keberhasilannya 50:50 ataupun pespur yang membawa playload rudal yang tingkat keberhasilannya tidak jauh dari 50:50 dan juga berlaku untuk matra darat.
Apakah kaprang, pespur ataupun alutista darat tidak ada nilai nominalnya?
Lalu bagaimana dengan nyawa manusia selaku prajurit yang menggunakannya???
Sebaik apapun jika kualitasnya kurang baik, maka jangan pernah berfikir sedukitpun kita seperti China.
Karena doktrin mereka adalah jumlah manusia untuk ujung tombaknya.
Berlaku sama untuk alutistanya (kuantitas dengan kualitas yang jauh dari harapan)
Makanya mereka gatel pengalaman tempur ingin ngetes alutsista sekaligus merongrong nasionalisme rakyatnya. Partai memang sangat PD terkait kuantitas>kualitas karena mereka didukung industri yg terbukti secara kuantitas, Faktor sejarah dan tidak adanya oposisi serta acuan moral bernegara. Kehilangan 10 juta-100 juta dari satu setengah milyar rakyat bisa menguntungkan dan mengurangi beban partai penguasa. Yg sya takutkan Indonesia sebgai negara nonblok akan jadi bulan2an mengingat mereka pake taktik salami dlm diplomasi. Ingat bagaimana nasib Polandia dan Cekoslowakia di tahun 1939 akibat pertaruhan politik kawasan.
Satelit yg terancam cuman yg satelit dibawah 300 km dari permukaan dan punya jangkauan 450 km dari kapal China Dhek, kalo diluar itu masih aman. Lagian satelit bukan komponen utama Situational awareness. Justru satelit komunikasi yg terbang diatas puluhan ribu km yg seharusnya diperhatikan dan cuman USA yg bisa menangkal. Rusia -china mungkin bisa tapi butuh effort lebih besar dan bisa jadi pesawat mereka keburu dijatuhkan senjata USA pake sm-3 sebelum masuk orbit.
Ada Jendral dari Amerika yang pernah memperingatkan Chnia, sebaiknya China jangan mengulang kebodohan seperti negara di Eropa.
Maksud dari pernyataan Jendral tersebut adalah perang dunia.
Meskipun rakyat China banyak dan tersebar di seluruh penjuru dunia, mereka (China) akan mengalami kerugian yang cukup besar bukan saja kondisi di dalam negrinya sendiri, melainkan di seluruh penjuru dunia.
Hal tersebut belajar dari catatan sejarah setiap terjadi perang dunia.
Di dalam zaman persaingan ekonomi yang cukup ketat ini, mayoritas negara di dunia akan memboikot ekonomi China dan karena akibat boikot ekonomi oleh dunia, secara otomatis China hanya mengharapkan pemasukan ekonomi hasil perputaran di dalam negrinya sendiri yang kemungkinan juga kondisi ketika perang dan pasca perang didalam negrinya tidak akan seutuh seperti sebelumnya.
Persaingan ekonomi? mereka ngertinya zero sum game, konsep pasar bebas mlah mereka plintir menjadi alat utk menanam pengaruh alias means of control sejak diintegrasikannya mereka ke perdagangan global oleh ekonom2 neoliberal AS yg salah mengkalkulasikan kebergantungan perdagangan ekonomi bisa meredakan konflik antar negara.
Mereka tidak menginnginkan perang dunia namun yg diinginkan adlah agar partai tetap berkuasa selama mungkin tanpa rongrongan reformasi dari dalam dan luar bahkan bila perlu mengeliminasi negara yg lebih lemah yg mengancam kebijakan partai yg termaktub dlm kepentingan2 strategis dgn jalan menjadi negara adidaya utama di asia dan mengikis komitmen As terhadap sekutu2 yg dekat dgn mereka.
Yg menjadi pertanyaan yg menganggu rakyat itu apa saja interest2 kepentingan strategis mereka dimari dan takaran ancamannya ke kedaulatan negara dan sistem pemerintahan kita yg demokratis (sistem demokratis selalu membuka lebar ancaman subversif lewat disinformasi,creating dissents among populace to destabilize the country ,penyuapan politisi dll).
Biar waktu yang berbicara, karena ketika China terlibat perang dengan Jepang, mereka (China) tidak seperti yang digambarkan oleh penjelasan diatas.
China yg mana? yg dibawah pemerintahan nasionalis atau yg komunis?
Lagipula perang dgn Jepang yg mana karena hubungan China nasionalis Taiwan dan Jepang sangat baik meski dulu yg ngungsi ke Taiwan yg gontok2an dgn Jepang.
US Navy sudah punya RIM-161 SM-3 di destroyernya, tinggal di adu mana yang paling efektif menghancurkan satelit.
Nih jangan ditiru semua ditumpuk jadi satu Konsep distributed lethality paling cocok utk negara kepulauan.
Lebih pada propaganda nasionalisme demi legitimasi partai penguasa.
Selalu gembar gembor.. Pdhal blm terbukti d medan perang. Nt rudal nya telat nembak ky c-705. Bukannya satelit yg kena, tp burung yg lewat.
China sudah berkarya. Kita akui saja militer mereka memang bikin panas dingin.
Banyak cara untuk meraih keinginan, baik dan buruk dikesampingkan, seperti halnya plagiat.
Apakah itu disebut berkarya?
Jika berkarya itu disebut penemu sesuatu dan di hak patenkan, lalu jika ada yang menginginkan segala sesuatunya akan dikenakan charge kekayaan intelektual, seperti halnya ToT.
Jangan dipelintir arti berkarya dengan menyontek.
Kapal Destroyer dengan Bobot 13 rb Ton Multifungsi bisa untuk peperangan udara..antar kapal permukaan..bawah laut dan terakhir mampu menghancurkan satelit..😲 semua ditunjang dari Rudal2 yg kuat baik dekat..menengah dan jauh..btw.China blm kedebgeran infonya soal Torpedonya untuk peperangan bawah lautnya..
Yang kayak gitu nasibnya bakal kaya Yamato dan Musashi. Kalo Zumwalt dan Arleigh Burke Class bakal seperti iowa Class. Ntar China bakal tanda tangan tanda menyerah diatas Zumwalt di Tianjin, pintu masuk Beijing.
Sugimura agato lebih damage mana helikopter apache dan mi 35 atau drone bt 2 dan bt akinci dalam melawan opm
Apache.