Akhirnya! Kementerian Keuangan Setujui US$700 Juta untuk Pengadaan Dua Unit Pesawat Tanker
|Jalan berliku memang harus dilalui guna menggolkan pengadaan alutsista yang satu ini, pasalnya sejak tahun 2015 direncanakan pengadaannya, plus berkali-kali disebut oleh petinggi militer di Indonesia, barulah ada titik cerah pengadaannya pada masa pandemi ini. Yang dimaksud adalah pengadaan dua unit pesawat tanker multiguna untuk kebutuhan TNI AU.
Baca juga: Tanggap Covid-19, Airbus A330 MRTT Perancis Dilengkapi Modul ICU dalam Misi Medevac
Ada dua jenis pesawat tanker yang berkompetisi dalam rencana strategis TNI AU, yaitu Airbus A330 MRTT (Multi Role Tanker Transport) dan Boeing KC-46 Pegasus. Meski peluang terbesar nampaknya mengarah pada jenis Airbus A300 MRTT, yang kelak menjadikan Indonesia bisa bersanding dengan Singapura dan Australia sebagai pengguna pesawat tanker sejenis.
Walau belum ada kontrak efektif dengan pihak Airbus, titik cerah pengadaan telah datang dari pihak pemangku budget, yaitu Kementerian Keuangan, dimana telah disetujui pagu anggaran yang diusulkan oleh Kementerian Pertahanan pada 31 jenis pengajuan yang berasal dari pinjaman luar negeri, persisnya di antara 31 item tersebut, telah diloloskan untuk pengadaan dua unit pesawat tanker senilai US$700 juta.
Dalam persepsi strategis, adopsi MRTT adalah jawaban atas perbedaan platform pada jet tempur TNI AU. Seperti kelompok jet tempur asal Amerika Serikat, F-16 Figting Falcon yang jumlahnya terus bertambah, maka menganut sistem pengisian bahan bakar di udara (air refuelling system) menggunakan teknik boom.
Sementara kelompok Sukhoi Su-27/Su-30 dan Hawk 200 mengacu air refuelling system dengan teknik hose. Dan selama ini yang baru bisa merasakan ‘disusui’ dari Ibu Kandung adalah jet tempur Sukhoi dan Hawk 200, lantaran TNI AU hanya mempunyai pesawat tanker KC-130B Hercules.

Atas dasar efektivitas dan efisiensi, TNI AU membutuhkan jenis pesawat tanker yang mampu ‘menyusui’ dua platform jet tempur sekaligus. Ini artinya TNI AU dapat melakukan penghematan biaya operasional, sementara armada jet tempur F-16 yang selama ini tak pernah mendapatkan ‘perhatian’ di udara akan mempunyai jarak jangkau terbang dan endurance lebih panjang dengan MRTT. Tidak itu saja, menyandang gelar “Multi Role” pesawat twin engine ini juga dapat disulap untuk kebutuhan angkut personel dan Medevac (medical evacuation).
Belum diketahui, untuk wahana pesawat yang akan digunakan nanti, apakah berupa platform pesawat baru, ataukah berasal dari pesawat bekas pakai maskapai komersial yang kemudian dikonversi.

Baca juga: [Polling] Airbus A330 MRTT – Jadi Pilihan Utama Pesawat Tanker untuk TNI AU
Sebagai ilustrasi, Angkatan Udara Australia (RAAF) pada Juli 2015 mencapai kesepakatan pembelian dua unit Airbus A330-200 milik Qantas untuk dikonversi menjadi KC-30A (varian A330 MRTT Australia). Kedua pesawat Qantas dengan nomer VH-EBH (MSN 892) and VH-EBI (MSN 898) dikonversi dengan nilai AUS$408 juta. Lokasi konversi dilakukan di Getafe, Spanyol. (Gilang Perdana)
Opsi alutsista dari surplus belanja semakin terbatas.pilihan yg masih tersedia adalah pswt awacs/asuw-heli angkut/serang-pswt angkut logistik/personel-pespur…Ya Salam
Opsi piihan penerintah baiknya yang seperti dilakukan Autralia. Ambil unit eks Garuda di konversi. Uangnya muter disitu aja dari pemerintah buat injeksi menyelamatkan perusahaan milik pemerintah. Sudah dilakukan kemarin dengan sewa B777 buat pesawat kepresidenan yang gak jadi dipakai ke pertemuan G20
Gk usah beli…nambahin hutang, lagi pandemi covid ki…mbok yo mikir
” Dan selama ini yang baru bisa merasakan ‘disusui’ dari Ibu Kandung adalah jet tempur Sukhoi dan Hawk 200 ”
————————————————————–
Dng kata lain jika mengutip tulisan tersebut, Admin menganalogikan bahwa F-16 TNI itu anak tiri atau anak orang lain yg dititipkan. Krn klo disuruh perang harus ijin sama ibu kandungnya yg sono. Kok pas banget ya pengungkapan bung Admin. Bukan begitu mbah gatol?…😁😁😁
gk juga karena sejak awal datang, F-16 justru jadi poster boy TNI-AU, berkali-kali dikirm buat ex-unilateral, bilateral, dan multilateral, bahkan jadi bintang film beberapa film TNI-AU.
Pespur yg nyusahin spt F-16 yg hrs pake model Boom akan dibuang ke parit sama pemerintah. Sebab letaknya di punggung pesawat. Kasihan pilotnya sampe sakit leher, sebab klo ngisi BBM harus nengok kebelakang …🤣🤣
Makanya pemerintah lebih milih beli F-15EX aja yg ngisi BBM nya walau menggunakan BOOM namun lewat samping dekat pangkal sayap, jadi pilotnya cuma noleh doank.
Serta membeli Rafale yg ngisi BBM nya tinggal nyodok kecorongnya aja spt Sukhoi Rusia yg Strong Bingit.
Itu sebabnya RI gak mau ditawari F-16 Viper, soalnya sdh jenis pesawat aki aki yg ketinggalan jaman dan jadul banget. Jika harus berhadapan dng F-35 Aussy dan si Upil, pilot F-35 nya cuma modal menjentikan jari saja sdh klenger kliyengan tuh F-16 viper…🤣🤣🤣
Ya. Salaamm…😄😄😄