Untuk Destroyer Hobart Class dan Frigat Hunter Class, Australia Akuisisi Rudal Hanud Raytheon SM-2 dan SM-6 Senilai $4,7 miliar

Sistem pertahanan udara berbasis rudal pada kapal perang permukaan Australia kian canggih. Untuk membentengi kapal perusak (destroyer) Hobart class dan frigat Hunter class (sedang dalam proses pembangunan) dari ancaman serangan udara berkualifikasi tinggi, maka pemerintah Australia telah mengumumkan pembelian rudal pertahanan udara dari Amerika Serikat senilai $4,7 miliar.
Baca juga: Destroyer Australia HMAS Sydney D42 (Hobart Class) Sukses Luncurkan Rudal Anti Kapal NSM
Seperti dikutip Defence News (23/10/2024), Australia mengumumkan minggu ini bahwa mereka membeli rudal SM-2 dan SM-6 produksi Raytheon senilai $4,7 miliar. Kedua rudal hanud pencegat disebut sebagai yang tercanggih di dunia, dan dari aspek nilai akuisisi, maka ini menjadi penjualan militer asing yang sangat besar.
“Pemerintah AS dan Australia telah menyelesaikan kesepakatan ini pada musim semi ini tetapi baru mengumumkannya pada hari Selasa lalu,” kata Menteri Industri Pertahanan Australia Pat Conroy. Ia menolak memberikan nomor pengiriman atau jadwal tertentu, dan hanya mengatakan bahwa pendanaan tersebut akan berlangsung selama satu dekade.

“Ada pandangan kuat bahwa kami perlu meningkatkan kemampuan pertahanan udara, tetapi juga menambah jumlah rudal yang kami miliki,” kata Conroy dalam sebuah wawancara saat mengunjungi Washington.
Pertahanan rudal merupakan salah satu prioritas utama yang tercantum dalam strategi pertahanan Australia tahun 2024, yang diterbitkan bulan April ini, yang menyebutkan nama RIM-174 Standard Extended Range Active Missile (ERAM) atau Standard Missile 6 (SM-6). Dalam rencana tersebut, pemerintah berjanji untuk menggandakan jumlah kapal perang utamanya dan membangun industri pertahanan yang lebih kuat.

Anggaran pertahanan Australia yang diterbitkan sebulan setelahnya pada bulan Mei, mengalokasikan dana sebesar $37 miliar, atau lebih dari 2% PDB, untuk militernya. Pemerintah menargetkan untuk mencapai 2,3% PDB, saat ini sekitar $67 miliar, pada tahun 2033-2034.
“Kombinasi pertahanan udara jarak jauh, dan kemampuan serangan anti kapal memberi kita kemampuan pertama untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik,” kata Conroy.
Australia menjadi negara pertama di luar Amerika yang menembakkan rudak SM-6 dari kapal perang pada bulan Agustus ini, ketika destroyer HMAS Sydney menembakkan satu rudal selama latihan militer di dekat Hawaii dalam RIMPAC 2024.
SM-2 dan SM-6
Rudal (Standard Missile 2) SM-2 dan SM-6, keduanya buatan Raytheon, merupakan rudal hanud yang ditempatkan di kapal perang, tetapi keduanya dirancang untuk peran dan misi yang berbeda dalam peperangan maritim modern.

SM-2
SM-2 dirancang untuk pertahanan udara jarak menengah dan jauh, terutama melawan pesawat terbang dan rudal anti-kapal. Rudal ini menggunakan panduan semi-aktif radar (SARH), di mana rudal mengunci target yang diterangi oleh radar kapal. SM-2 memiliki jangkauan sekitar 90-170 km. Ini cukup efektif dalam misi pertahanan udara di atas lautan dan perlindungan kelompok kapal dari ancaman udara. SM-2 memiliki kecepatan sekitar Mach 3.5 dan mampu melakukan manuver untuk melawan ancaman yang cepat.
Varian terbaru SM-2 adalah SM-2 Block IIIB yang memiliki dual-mode infrared (IR) dan radar seeker, sehingga mampu mendeteksi dan melawan rudal dengan kemampuan siluman (stealth). Ini memberikan fleksibilitas tambahan dalam melawan target di lingkungan yang menantang, seperti di antara gangguan radar atau di area dengan objek yang memancarkan panas.
Hobart Class – Inilah Kecanggihan Australian Air Warfare Destroyer
Kemudian ada SM-2 Block IIIC, yaitu varian terbaru dari keluarga rudal SM-2 yang menggabungkan beberapa fitur canggih dari SM-6 ke dalam desain SM-2, dengan fokus pada peningkatan sistem panduan. Block IIIC menggunakan active radar seeker, yang sebelumnya hanya tersedia di rudal SM-6. Ini meningkatkan kemampuan rudal untuk mengunci target secara mandiri setelah diluncurkan, tanpa perlu bergantung pada radar iluminasi dari kapal. Dengan demikian, SM-2 Block IIIC dapat beroperasi lebih mandiri dan efektif dalam melawan target yang bergerak cepat dan melakukan manuver.
SM-2 Block IIIC mempertahankan jangkauan jarak menengah dari keluarga SM-2, dengan estimasi jangkauan hingga 170 km, tetapi dengan kemampuan yang lebih baik untuk melawan rudal anti-kapal dan ancaman udara modern lainnya.
SM-6
SM-6 lebih serbaguna dan modern, dirancang untuk pertahanan multi-misi. Selain digunakan untuk pertahanan udara, rudal ini juga mampu menyerang rudal balistik, rudal jelajah, dan bahkan memiliki kapabilitas anti-kapal permukaan (anti-ship). SM-6 memiliki dual-mode seeker, yang menggunakan kombinasi SARH dan aktif radar homing. Ini berarti SM-6 dapat menemukan dan mengunci target secara mandiri, memberikan fleksibilitas lebih besar, khususnya ketika digunakan dalam peperangan tanpa dukungan radar kapal yang terus-menerus.
SM-6 memiliki jangkauan yang jauh lebih besar dibandingkan SM-2, hingga 460 km, sehingga memberikan kemampuan pertahanan berlapis untuk melindungi kapal dari ancaman yang datang dari jarak jauh.
Sama seperti SM-2, SM-6 memiliki kecepatan lebih dari Mach 3.5, tetapi dengan kemampuan yang lebih unggul dalam hal manuver dan ketepatan.
SM-6 Block IA adalah versi terbaru yang memiliki peningkatan dalam akurasi dan kemampuan panduan. Block IA membawa peningkatan pada kemampuan homing, memastikan rudal dapat mengunci dan menyerang target yang lebih jauh dan lebih cepat dengan akurasi tinggi.
Kapal perang yang menggunakan rudal SM-2 dan SM-6 secara bersamaan (menggunakan Mark 41 Vertical Launch System) biasanya merupakan kapal dengan sistem tempur Aegis Combat System, yang digunakan oleh Angkatan Laut AS dan beberapa angkatan laut sekutu. Dalam konteks ini, baik destroyer Hobart class dan frigat Hunter class, keduanya mengadopsi Aegis Combat System. (Bayu Pamungkas)
Ada ‘Problem’ Pada Desain, Pembangunan Frigat Hunter Class Australia Molor, Baru Dibangun Mulai 2024
Related Posts
-
Kamov Ka-56 Osa – Helikopter Lipat ini Dapat Diluncurkan dari Tabung Torpedo Kapal Selam
6 Comments | Nov 6, 2021 -
Dubai Airshow 2025: Tiga Fitur Kunci Ubah Yak-130M Menjadi Pesawat Serang Ringan dengan Kemampuan Penuh
No Comments | Nov 18, 2025 -
Polandia Borong Senjata Besar-besaran, Korea Selatan Raih Penjualan Alutsista Terbesar Sepanjang Sejarah
11 Comments | Jul 26, 2022 -
‘Intip’ Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Jindalee Bukan Over The Horizon Radar Pertama di Dunia
12 Comments | Jun 9, 2020

