Ada ‘Problem’ Pada Desain, Pembangunan Frigat Hunter Class Australia Molor, Baru Dibangun Mulai 2024
|Meski bertabur alutsista canggih plus membangun aliasi pertahanan dengan Amerika Serikat dan Inggris dalam AUKUS, Australia masih merasa belum cukup dalam pemenuhan alutsista, terlebih dengan bayang-bayang pecah konflik dengan Cina. Di lini kapal perang permukaan, Angkatan Laut Australia (RAN) tengah menggarap proyek frigat tercanggih di Asia Pasifik, yakni Hunter Class yang digadang sebagai pengganti frigat ANZAC Class yang telah dioperasikan sejak tahun 1996.
Baca juga: Frigat Hunter Class: Jurus Australia Hadapi Ekspansi Kekuatan Bawah Laut Cina
Bila merujuk pemberitaan pada Juli 2018, maka seharusnya pembangunan Hunter Class sudah dimulai pada tahun 2020 lalu. Pemilihan Hunter Class sudah melewati proses seleksi yang ketat, dimulai pada April 2016, Kementerian Pertahanan Australia mengumumkan dibukanya tender program SEA 5000 Future Frigate. Kandidatnya antara lain frigat FREMM (Bergamini class) dari Italia, Type 26 dari Inggris dan Navantia (Evolved F-100) dari Spanyol.
Dan pada akhir Juni 2018, pemenang telah ditetapkan, BAE Systems Maritime meraih order pembangunan sembilan unit Hunter Class, nilai kontraknya mencapai US$35 miliar (Aus$45 miliar). Kontrak super legit ini berhasil mendorong proses ToT (Transfer of Technology) yang maksimum, sebut saja 70 persen komponen kapal akan dipasok oleh 500 perusahaan dari Australia. Dengan lokasi pembanguna di Australia, program ini pun akan menciptakan 4 ribu lapangan pekerjaan baru.
Namun, belakangan tersiar kabar yang kurang enak, dikutip dari australiandefence.com.au (3/2/2022), sebuah publikasi laporan teknik ‘rahasia’ yang bocor telah mengkritik rancangan frigat Hunter Class dan menarik bantahan dari Menteri Pertahanan Australia dan Kepala Staf Angkatan Laut.
Rincian ‘Penilaian Tim Teknik’ rahasia yang diterbitkan pada November 2021 dan dirilis surat kabar The Australian pada tanggal 1 Februari 2022 mengambil judul “Frigat $45 miliar lambat dan tidak aman.” Menurut surat kabar tersebut, penilaian mengatakan masuknya sistem tempur Aegis buatan AS dan radar array CEAFAR2 yang dirancang Australia dalam desain referensi frigat Type 26 Inggris, telah mendorong margin ruang, berat, dan kekuatan pada level Hunter Class. Dikatakan, itu semua menimbulkan “potensi risiko yang signifikan.”
Perubahan di atas dapat menyebabkan masalah desain serius yang mengalir melalui program yang berjalan. Sementara pihak BAE Systems Maritime Australia mengatakan proses desain kapal “tidak mengikuti praktik rekayasa sistem yang normal.”
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mencatat bahwa berbagai masalah program telah diangkat dan kini sedang diperbaiki. Sebuah solusi rekayasa telah dirancang terkait bobot perpindahan penuh Hunter Class, yang diperkirakan sekitar 10.000 ton dibandingkan bobot perpindahan penuh kapal Inggris (Type 26) sekitar 8.800 ton, “Masalahnya telah diidentifikasi, telah diatasi, dan kami melanjutkan,” kata Dutton.
Secara terpisah, KSAL Australia Mike Noonan mengatakan dia “sangat yakin” bahwa Hunter Class akan menjadi yang terdepan di dunia, dengan kemampuan anti-kapal selam yang canggih. Dengan adanya perubahan pada desain kapal, pembangunan frigat Hunter Class menjadi molor, dimana pembangunan kapal perang pertama baru akan dimulai pada tahun 2024.
Dengan nilai kontrak yang fantastis, tentu kelengkapan Hunter Class sangat mumpuni. Secara garis besar, kapal perang penyandang gelar multi-mission warship (Global Combat Ship) ini dilengkapi bekal senjata racikan dari kanon MK45 naval gun, kanon reaksi cepat, rudal anti kapal, rudal anti serangan udara, torpedo, dan memungkinkan untuk meluncurkan rudal jelajah sekelas Tomahawk. 24 tabung peluncur VLS (Vertical Launch System) telah dirancang untuk racikan beragam jenis rudal.
Dengan panjang 150 meter, kapal yang diawaki 180 personel ini dapat melaju dengan kecepatan 27 knot. Dapur pacunya diperayakan pada konfigurasi CODLOG, yakni terdiri dari mesin turbin Rolls-Royce MT30, empat mesin diesel MTU generators dan dua unit electric motors. (Gilang Perdana)
Kritik sedikit dengan terjemahannya. Jika “bobot perpindahan penuh”artinya full load displacemnt, saya rasa terjemahan yg lebih cocok adalah: berat benaman penuh.
penyadapan australia ke Indonesia sudah lama. termasuk memahami strategi teknologi militer indonesia.. jadi australia mencari apa yang lebih baik dan lebih penghancuran terhadap teknologi militer indonesia. peningkatan kemampuan penghancuran kapal selam dengan pendeteksian lebih maksimal, jarak lebih jauh. Mereka sudah menggunakan tim rahasia tidak dideteksi oleh negara negara tetangga untuk pengembangan teknologi militer australia. australia serius terhadap ancaman Inddonesia padahal Indonesia tidak punya masalah sama australia.
ini kebanyakan penyebabnyaa adalah penambahan alat yang diinstal atau bahkan tata letak berubah dan diganti yang merubah struktur yang menyebabkan bobot yang kurang stabil….jadi sebaiknya mantabkan dulu apa saja yang akan diubah atau dipasang dikapal tersebut sebelum mengkur ulang kapal untuk dibesarkan…terkecuali membesarkan rudal itu hanya perlu ahli ahlinya(makerot ahlinya)😅😪😴😜
ToT maksimum dan 70% komponen kaprang hasil perusahaan dalam negri sendiri adalah hasil yang fantastis…
Butuh nominal budged yang besar dan birokrasi luar negri yang maksimal bisa terwujud seperti itu.
Meskipun mengalami penundaan yang disebabkan persoalan teknik, hal tersrbut adalah wajar, karena pada dasarnya kaprang tersrbut hasil modifikasi dari Frigat Type 26