Taiwan Produksi Drone Kamikaze Anti Radiasi yang Diluncurkan dari Truk
|Melihat apa yang terjadi dalam Perang Ukraina, maka Taiwan telah mempersiapkan eskalasi bila harus berperang dengan Cina. Dan belajar dari apa yang mengemuka di Ukraina, maka Taipei memberi porsi anggaran yang tak sedikit untuk pengembangan dan produksi drone kamikaze (loitering munition), khususnya yang menyasar target strategis instalasi radar di pesisir Cina daratan.
Baca juga: Bungkam Sistem Radar Cina di Pesisir, Taiwan Siapkan Armada Drone Kamikaze Anti Radiasi
Dikutip dari taiwannews.com.tw (22/11/2022), Pemerintah Taiwan telah mengumumkan pembuatan drone kamikaze yang diluncurkan dari truk pada tahun 2025. Berkolaborasi dengan National Chung-Shan Institute of Science and Technology (NCSIST), militer Taiwan akan mendapatkan pasokan 104 unit drone kamikaze di tahun 2025.
Pejabat NCSIST Chi Li-ping menyebutkan bahwa produksi dan pengiriman drone akan sesuai jadwal. NCSIST pertama kali memperkenalkan prototipe drone anti-radiasi Chien Hsiang pada tahun 2017. Yang menarik, desain drone buatan Taiwan ini mirip dengan drone anti radiasi Harpy produksi Israel Aerospace Industries.
Pada tahun 2019, militer Taiwan mengungkapkan rencananya untuk menginvestasikan US$2,57 miliar dalam pengembangan drone selama periode lima tahun. Pihak militer juga telah mengungkapkan bahwa biaya untuk membangun sebuah drone anti radiasi akan lebih murah daripada biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi rudal anti radiasi TC-2A, atau rudal anti radiasi AGM-88A/B HARM buatan Amerika Serikat.
Drone yang diluncurkan dari truk dirancang untuk mendeteksi sistem radar lawan melalui emisi elektromagnetik yang ditimbulkan. Drone kamikaze anti radiasi Chien Hsiang memiliki waktu terbang maksimum lebih dari lima jam, dan mampu menyerang target sejauh 1.000 km. Dari aspek jangkauan, drone ini mampu menargetkan sistem radar Cina di laut, pesisir, bahkan di pedalaman.
Drone kamikaze Chien Hsiang memiliki berat sekitar 6 kg dan panjang 1,2 meter, dan memiliki lebar bentang sayap 2 meter. Drone ini mengintai target dengan muatan elektro optik atau infrared dan memilihnya dengan bantuan intelligence object detection system.
Menurut laporan, drone punya kecepatan jelajah 185 km per jam, dan akan melayang di atas target sebelum menukik ke target dengan kecepatan 600 km per jam untuk menabraknya. Agar memberi efek kehancuran maksimal, Chien Hsiang nantinya akan dipersiapkan untuk menyerang secara 1 berkelompok (swarming) dengan 12 drone.
Baca juga: Hadapi Cina, Taiwan Tampilkan “Teng Yun,” Drone Kombatan Masa Depan
Truk peluncur drone dengan kompartemen khusus membawa 12 unit Chien Hsiang. Pengerahan, peluncuran, dan penanganan kendaraan semuanya diklaim dapat diselesaikan dalam waktu singkat, meningkatkan fleksibilitas operasional dan kemampuan bertahan sistem senjata. (Gilang Perdana)
Indonesia membutuhkan 2000-5000 drone kamikaze jangkauan 1000 km hulu ledak diatas 30 kg untuk membuat agresor yg ingin bermain-main dg Indonesia segera menghentikan rencananya. Itulah yg dibuktikan oleh Jepang ketika Rusia berniat untuk menyerang Hokkaido dan melumpuhkan pangkalan JSDF di sebagian besar kepulauan Jepang sebelum akhirnya mengalihkan perhatian mereka ke Ukraina yg ternyata juga gagal. Jepang tidak jadi diserang karena memiliki kemampuan industri termasuk industri militer yg jauh lebih kuat daripada Rusia. Bedanya Jepang lebih menahan diri untuk tidak memproduksi massal karena takut Rusia, Korut apalagi China langsung jadi insecure liat otot-otot militer Dai Nippon Teikoku.
indonesia perlu drone kmikaze anti radiasi spt ini utk target bernilai tinggi, dgn biaya terjangkau dan jarak yg cukup jauh…
bentuknya kok mirip geran 2 (saegheh) ya?
Lah ini copyan drone iran shaheed 2 , ngk mirip sana harpy israel
Ini Israel yg duluan bikin drone bundir “greendragon”, udah debut kemana aja ya
Biaya pembuatan uav anti radiasi lebih murah dibanding biaya pembuatan rudal Anti radiasi, berarti kalo rudal petir dimodif menjadi drone bunuh diri bukanlah hal yang mustahil.