Rajawali 720 Jadi Bintang di “Drone Carnaval”
|Industri Dalam Negeri yang selama ini berkecimpung dalam rancang bangun prototipe drone (UAV/Unmmaned Aerial Vehicle) mulai mendapatkan angin segar dari Kementerian Pertahanan (Kemhan). Meski sebagian besar belum mendapatkan kontrak produksi, belum lama ini dilakukan Demo Terbang Drone yang digelar di Komplek Pustek Roket LAPAN, Rumpin Bogor Jawa Barat pada 27 Juli 2017. Beraham jenis drone yang dirilis institusi pemerintah dan perusahaan swasta bersatu dalam satu event yang lebih mirip disebut “drone carnaval.”
Baca juga: Balitbang Kemhan RI Pesan Drone “Sayap Lebar” Rajawali 720
Diantara belasan drone yang dipamerkan dan disaksikan langsung Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, yang menjadi bintang tak lain adalah sosok drone dengan dimensi terbesar, yaitu Rajawali 720. Sosok drone dengan sayap delta yang telah dipamerkan ke publik pada Indo Defence 2016 lalu. Selain menampilkan proses take off dan kelincahan manuver di atas bandara, satu paket dalam deploy Rajawali 720 adalah perangkat MCCV (Mobile Command Control Vehicle). Keduanya merupakan solusi yang dirilis PT Bhinneka Dwi Persada (BDP) bekerjasama dengan pihak Balitbang Kemhan. MCCV berperan sebagai GSC (Ground Control Station), yaitu unit pengendali drone. Berbeda dengan GCS yang biasa, MCCV juga berguna sebagai ruang perintah bagi komando dalam sebuah operasi. MCCV mengintegrasikan kemampuan commob, kendaraan komando, GCS, dan hanggar drone, semuanya dalam satu platform.
Tentang Rajawali 720, drone ini dirancang memenuhi kualifikasi MALE (Medium Altitude Long Endurance), pihak pabrikan menyebut Rajawali 720 dapat terbang selama 24 jam, bahkan bisa ditingkatkan sampai 30 jam. Rajawali 720 menggunakan model sayap depan (canard), menjamin manuver pesawat dapat lebih dinamis. Dari segi kemampuan, Rajawali 720 dengan berat maksimum lepas landas 180 kg, dapat memuat payload seberat 100 kg. Nah, jeroan sensor yang sanggup digotong adalah geo-referenced EO (Electro Optics)/IR (Infrared), Hyper-spectral and multi spectral cameras, HD (High Definition) live video, tracking radar, dan Lidar (Light Detection and Ranging). Untuk payload, pihak PT BDP mengedepankan konsep kustomisasi sesuai kebutuhan klien.
Baca juga: Perkuat Surveillance di Perbatasan, Menhan Pesan Drone Rajawali 330
Rajawali 720 menurut spesifikasi mengadopsi jenis mesin propeller dengan EFI (Electronic Fuel Injection). Sebagai pilihan, bahan bakarnya adalah bensin, JP-5 atau JP-8. Bicara tentang kecepatan, Rajawali 720 punya kecepatan maksimum 212,9 km per jam, dan kecepatan jelajah 135 km per jam. Secara teori untuk mengoperasikan drone ini diperlukan landas pacu dengan panjang 200 meter Dengan lebar bentang sayap 7 meter, maka Rajawali 720 kini menjadi drone terbesar yang ada di Indonesia. Bila dibandingkan dengan drone Wulung (bentang sayap 6,34 meter), LAPAN LSU-05 (bentang sayap 5,5 meter), dan drone andalan Skadron Udara 51, yakni Aerostar punya lebar bentang sayap 6,5 meter.
Baca juga: LAPAN LSU-05 – UAV dengan Kemampuan Terbang 8 Jam dan Jarak Jangkau 800 Km!
Selain Rajawali 720, dalam “Drone Carnaval” di Rumpin juga turut diperlihatkan drone Alap-Alap dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), drone Elang Laut dan Elang Nusa 3.0 dari PT Carita Boat Indonesia, drone CR 15, CR 10 dari PT UAVindo Nusantara, drone M3LSU03 dari PT Mandiri Mitra Muhibbah, drone SWG R-1 dari PT Bhima Sena, drone KX-0040 dari PT IPCD, dan drone Rajawali 330, Rajawali 350 dari PT Bhinneka Dwi Persada. Sementara tuan rumah, yakni LAPAN juga terbilang konsisten dalam mengembangkan drone, terbukti dari berhasil dibuatnya prototipe drone LSU-01 hingga LSU-05. (Gilang Perdana)
Baca juga: Alap-Alap PA4 – Drone Intai Mini dengan Endurance Tujuh Jam
Limayan juga endurancenya..bisa untuk drone patroli..
Drone buatan swasta kok serasa lbh canggih ketimbang drone buatan lapan yg notabennya agensi pemerintah yaa??
Ga salah min berat 180kg payload 100kg ?
Selamat berkarya para pengembang drone, jika pun tidak bisa mendapatkan kontrak dari pihak militer, saya yakin banyak pihak pemerintah & swasta yang tertarik untuk mengaplikasikannya. Terutama untuk kegiatan survey di daerah yang masih sulit ditembus akses kendaraan dan terlalu mahal untuk menyewa pesawat survey.
11 Unid SU35 ditempatkan di lanud makasar ntuk sementara
Salah artikel mas…heeee
sabar mas.. pohon karetnya lagi pada rontok..
Karena dirancang memenuhi kualifikasi MALE, Rajawali 720 bisa dikembangkan untuk drone tempur…
Tapi kayaknya masih terlalu ringkih utk dipasang rudal bung Ahver.. . Kalau saya sih nunggu UAV amfibi OS Wifanusa yg ukuran 12,8 m rentang sayapnya, karena pak Ongen sendiri sudah bilang mereka bisa pasang rudal kalau TNI mau.
Kan masih bisa dikembangkan lagi bung AutoVeron…
Kalo misalnya dijadikan drone kamikaze bagaimana? Kan lebih mudah, tinggal tabrakan saja itu drone
terlalu byk prototype blm tentu di produksi
Sepertinya teknologi drone lebih mendapat perhatian dari pemerintah karena berbiaya murah, tidak seperti teknologi lain yg kebanyakan harus berakhir sampai ke prototipe saja…