Saling Intip Dalam Pengembangan Teknologi Radar AEW&C AESA Antena Tegak
|Kemandirian alutsista sudah barang tentu menjadi hak setiap negara, meski terkadang lompatan teknologi yang dihasilkan membuat sebagian dari kita menjadi tercengang. Seperti Cina yang merilis pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C) terbaru, KJ-200. Dibangun dari platform Shaanxi Y-8 yang ditenagai empat mesin turbo propeller, KJ-200 membetot perhatian lantaran mengadopsi radar airborne model tegak dengan teknologi Active Electronically Scanned Array (AESA).
Baca juga: Saab Tawarkan Radar Erieye AEW&C Untuk Indonesia
Cina sebelumnya memang sudah meluncurkan pesawat intai KJ-500 dan KJ-2000, yang keduanya mengusung radar airborne model piring (rotating antenna). Apa yang ditampilkan pada KJ-200 dari penalaran lebih maju ketimbang dua pesawat AEW&C sebelumnya.
Terkenal sukses dalam memproduksi persenjataan secara lisensi, bahkan ada yang menyindir sebagai copy-an, menjadikan para pemerhati militer manca negara bertanya tentang rekam jejak Cina dalam mengembangkan radar AESA berantena tegak di KJ-200.
Jika mau jujur, model radar AESA di KJ-200 nampak persis dengan radar Erieye yang sudah dirilis Saab AB sejak 1996. Bila dibedah lebih detail, model radar KJ-200 identik dengan Ericsson PS-890 yang dipakai pada basis Saab Erieye.
Yang menjadi pertanyaan lain, pengembangan radar AESA terbilang rumit dan makan waktu serta biaya yang tak murah. Sementara Cina dapat mewujudkan radar ‘sekelas’ Erieye dalam waktu singkat. Lantas dari mana acuan teknologi yang diambil oleh Cina?
Dikutip dari situs airforceworld.com, besar kemungkinan Cina memperoleh teknologi radar airborne AESA dari Pakistan. Pakistan selama ini dikenal sebagai sekutu Cina dalam pengembangan industri pesawat tempur dan rudal. Kedua negara bahkan telah merilis produksi bersama jet tempur JF-17 Thunder. Nah, Pakistan dalam konteks ini adalah pengguna radar Erieye. Total ada empat unit Saab 2000 Erieye yang dioperasikan AU Pakistan, bahkan ada rencana untuk menambah dua unit lagi.
India
Ibarat kisah yang saling terkait, India sebagai rival bebuyutan Pakistan, juga telah merilis radar AESA dengan antena tegak. Diberi label DRDO Netra, pesawat AEW&C ini dibangun dalam platform jet ERJ 145 buatan Embraer, manufaktur pesawat dari Brasil.
Seperti halnya KJ-200, ada dugaan DRDO Netra terkait juga dengan teknologi Erieye. Kaitan ini didasarkan Brasil adalah pengguna radar Saab Erieye, AU Brasil mengadopsi Erieye pada pesawat Embraer EMB-145, yang tak lain varian lagi dari Embraer ERJ 145.
Seperti halnya KJ-200, radar pada DRDO Netra AEW&C juga menganut teknologi AESA, dilengkapi kemampuan ESM (Electronic Support Measures) dan CSM (Communications Support Measures). Melihat kemiripan dari segi desain dan spesifikasi, tak sedikit yang kemudian yang bertanya, apakah ada keterkaitan antara DRDO Netra AEW&C dengan Erieye dari Saab?
Baca juga: DRDO Netra AEW&C Tidak Terkait Teknologi Radar AESA dari Saab
Khusus menanggapi DRDO Netra, Vice President Head of Communications Saab Asia Pacific, Robert Hewson menyebutkan langsung kepada Indomiliter.com, “DRDO Netra AEW&C tidak ada kaitan sama sekali dengan Saab, dan sedari awal kami tidak tahu menahu pada pengembangan AEW&C tersebut.” Berdasarkan penelurusan, DRDO Netra AEW&C kini statusnya memang sudah dioperasikan oleh AU India. Sementara, KJ-200 kini sudah dalam status dioperasikan oleh AU dan AL Cina, masing-masing mengoperasikan 7 dan 3 unit. (Gilang Perdana)
Kita sudah punya Boeing 737-200 Surveillance…..
Kita wajib punya aew&c
Indonesian Army Interested in ”Korkut“ SPAAG
Indonesia punya pesawat gitu ga?
Indonesia udah cukup pake dukun
Nggak punya.
Indonesia udah cukup pake darto(radar moto)
Bkn kita bisa bikin kl pesawat kecil ky gt kaya cn 235
Sampai saat ini belum 🙂
iya om… beliin 1 aja 😀😀
Belom punya,,beliin dong om,,