Pesawat Intai Boeing 737-2X9 TNI AU Gunakan “Cascade Thrust Reverser”, Apakah Itu?
|
Meski berperan strategis dalam banyak misi, namun, tak dapat disangkal bahwa tiga unit pesawat intai maritim Boeing 737-2X9 Skadron Udara 5 “Camar” TNI AU, usianya sudah terbilang tua. Dicirikan dengan adanya radar intai Motorola SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar), Boeing 737-2X9 telah dioperasikan TNI AU mulai tahun 1982-1983.
Baca juga: Boeing 737-200 Surveillance A-7301 TNI AU Jalani “Cek D,” Apakah Maksudnya?
Terlepas dari fitur Boeing 737-2X9 Surveillance yang sudah banyak kami ulas di artikel terdahulu, ada sisi yang menarik pada pesawatnya. Mengambil basis pesawat komersial Boeing 737-200 generasi pertama, ditandai adopsi mesin jet turbofan Pratt & Whitney JET8D-17A yang berbentuk lonjong dan berbeda dengan desain mesin pada generasi Boeing 737 classic dan MAX series.
Dari sebuah postingan foto lawas yang diunggah akun Instagram Lembaga Keris, memperlihatkan Boeing 737-2X9 dengan nomer AI-7302 tertanggal 5 April 1983 – kemungkinan pesawat tengah berada di Amerika Serikat dalam proses penyiapan sistem dan perangkat, pasalnya AI-7302 baru resmi diterima TNI AU pada 30 Juni 1983. Dari foto itu nampak mesin JET8D-17A dalam kondisi tanpa cover, dan di bagian belakang (exhaust) terlihat apa yang disebut sebagai engine reverse thrust, dalam posisi terbuka.
Meski engine reverse thrust menjadi fitur yang melekat pada setiap generasi 737, tapi Boeing 737-200 punya ciri yang berbeda pada engine reverse thrust. Dan lantaran sudah sangat jarang 737-200 beroperasi di Indonesia, maka model engine reverse thrust pada pesawat intai TNI AU ini menjadi menarik untuk dicermati.
Sebagai catatan, engine reverse thrust berfungsi untuk membantu dalam proses pengereman pesawat setelah mendarat. Ketika pesawat mendarat, mesin-mesin dapat diubah ke mode reverse thrust, yang mengubah arah aliran udara mesin ke depan, sehingga menciptakan gaya dorong ke belakang. Hal ini membantu memperlambat pesawat dengan cepat setelah roda pendaratan menyentuh landasan.
Penggunaan reverse thrust memungkinkan pesawat untuk mengurangi kecepatan tanpa harus bergantung sepenuhnya pada rem roda, yang dapat mengurangi keausan pada sistem pengereman dan memberikan pilihan tambahan untuk pendaratan yang lebih pendek. Ini merupakan fitur penting dalam menjaga keselamatan operasi pendaratan pesawat.
Reverse thrust engine Boeing 737-200 menggunakan konsep “Cascade Thrust Reverser”. Sistem ini melibatkan bagian dari saluran pembuangan gas buang mesin yang dapat diputar ke arah depan setelah tombol reverse thrust diaktifkan.
Gas buang yang diputar ke arah depan ini bertabrakan dengan aliran udara sekitarnya, menciptakan gaya dorong ke belakang yang membantu dalam proses pengereman pesawat setelah mendarat. Konsep ini memungkinkan penggunaan reverse thrust tanpa memerlukan tambahan mekanisme atau komponen eksternal yang kompleks.
Konsep Cascade Thrust Reverser memiliki beberapa keuntungan, seperti sederhana, karena Konsep ini relatif sederhana dalam desainnya, karena menggunakan bagian dari saluran pembuangan gas buang yang sudah ada untuk menghasilkan reverse thrust. Hal ini mengurangi kompleksitas dan berat sistem dibandingkan dengan beberapa desain thrust reverser lainnya.

Meskipun sederhana, konsep ini cukup efektif dalam menghasilkan gaya dorong mundur yang signifikan, membantu dalam proses pengereman pesawat setelah mendarat.
Ada keuntungan, ada pula kerugian dari Cascade Thrust Reverser, yakni penggunaan reverse thrust dapat mempengaruhi aliran udara di sekitar sayap pesawat, yang dapat mengurangi efisiensi aerodinamis dan menghasilkan turbulensi yang meningkat. Kemudian Konsep ini mungkin kurang efektif pada kecepatan rendah atau saat manuver di darat, karena aliran udara yang diputar ke arah depan tidak menghasilkan gaya dorong yang signifikan pada kecepatan rendah.

Sistem reverse thrust seperti ini mungkin memerlukan perawatan tambahan untuk memastikan bahwa mekanisme pembalik thrust berfungsi dengan baik dan tidak mengalami keausan atau kerusakan.
Rreverse thrust tidak dimaksudkan untuk menggerakkan pesawat mundur saat di apron atau area parkir. Reverse thrust pada pesawat dirancang khusus untuk membantu dalam pengereman setelah mendarat, bukan untuk digunakan sebagai sistem propulsi mundur. Menggunakan reverse thrust untuk menggerakkan pesawat mundur dapat berbahaya dan tidak disarankan karena mesin dirancang untuk memberikan dorongan ke belakang dengan kecepatan tinggi, bukan untuk manuver rendah kecepatan di apron.
Sejarah Cascade Thrust Reverser dimulai pada awal 1950-an ketika Douglas Aircraft Company mengembangkan konsep ini untuk digunakan pada pesawat mereka, termasuk pesawat jet DC-8. Sistem ini menggunakan serangkaian panel atau “cascades” yang bergerak ke arah depan setelah tombol reverse thrust diaktifkan. Panel-panel ini mengubah arah aliran gas buang mesin ke depan, menciptakan gaya dorong mundur yang membantu dalam pengereman pesawat.
Pada tahun 1960-an, Boeing mengadopsi konsep Cascade Thrust Reverser untuk digunakan pada pesawat mereka, termasuk Boeing 727 dan Boeing 737 awal. Sistem ini terus digunakan pada pesawat Boeing selama beberapa dekade, termasuk pada varian klasik seperti Boeing 737-200.
Meskipun konsep Cascade Thrust Reverser tidak lagi umum digunakan pada pesawat modern, kontribusinya dalam pengembangan teknologi thrust reverser telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap desain dan rekayasa pesawat terbang. Konsep ini merupakan salah satu contoh dari upaya inovatif dalam industri penerbangan untuk meningkatkan kinerja dan keselamatan pesawat. (Bayu Pamungkas)
Meski Motorola SLAMMR Out of Service, Boeing 737 2X9 Intai Strategis TNI AU Masih Punya Taji
POWERBACK TUTORIAL buat pilot
https://youtu.be/Rwswl_3P6x0?si=MytpF_fY-yTxxoYA
SAAB VIGGEN, mungkin satu satunya jet tempur yg bs POWERBACK….
https://youtu.be/RSgUTHEm8xo?si=LE1g7dg-d9n_Kbow
Min, radar intai nya msh ori atau sdh pernah d upgrade/d ganti?