Inggris Meradang, Washington Beri Lampu Hijau ke Denmark untuk Jual 38 Unit F-16 ke Argentina

Meski perang Malvinas (Falkland) telah berakhir 41 tahun silam, namun amarah Inggris terhadap Argentina belum juga sirna. Dalam aspek pertahanan, Inggris masih memberlakukan embargo militer yang ketat terhadap Argentina. Dengan jaringan industri pertahanan yang kuat, niat negara lain yang akan menjual produk alutsistanya ke Argantina, akan diganjal bila kedapatan produk tersebut menggunakan komponen buatan perusahaan Inggris.

Baca juga: Korea Selatan Terganjal Embargo dari Inggris, Dilarang Jual FA-50 Fighter Eagle ke Argentina

Hal di atas telah dibuktikan dengan terhentinya penawaran jet tempur FA-50 Fighting Eagle dari Korea Selatan ke Argentina, pasalnya kursi pelontar pada FA-50 adalah prodkuksi Martin Baker dan Head Up Display (HUD) yang dipasok oleh perusahaan asal Inggris, BAE Systems.

Inggris dengan lobinya yang kuat berusaha membangun aliansi untuk mengembargo Argentina, salah satunya dengan membujuk Amerika Serikat dan Perancis, untuk membatasi penjualan persenjataan ke negera kampung Lionel Messi.

Argentina yang arsenal tempurnya terbilang marginal pasca perang Malvinas, kemudia membuka peluang pengadaan jet tempur dari Pakistan-Cina, yakni dengan opsi pembelian jet tempur JF-17 Thunder Block III. Kian dekatnya Argentina dengan Cina, rupanya mulai meresahkan Washington. Guna membendung pengaruh Cina ke negara Amerika Selatan, secara perlahan AS mulai membuka kesempatan bagi Argentina untuk mengakuisisi alutsista yang diinginkan.

Selain persetujuan penjualan empat unit pesawat intai maritim P-3N Orion bekas dari Norwegia, kabarnya AS juga menyetujui penjulan 38 unit F-16 Fighting Falcon bekas pakai dari Denmark ke Argentina. Dikutip dari bulgarianmilitary.com, Fuerza Aérea Argentina (Angkatan Udara Argentina) menarik napas lega berkat lobi diplomatik dan militer, setelah otoritas AS saat menyatakan kesediaan mereka untuk mengizinkan ekspor 38 unit F-16MLU Fighting Falcon dari Flyvevåbnet (Angkatan Udara Denmark) ke Argentina.

Langkah Amerika ini dapat dilihat sebagai penyelamat vital bagi armada tempur Argentina, yang saat ini bergantung pada beberapa Lockheed-Martin A-4AR Fightinghawk yang kurang efisien. Namun, keputusan Pemerintahan Joe Biden ini berpotensi menimbulkan kemarahan dari Inggris, yang merupakan sekutu sejati AS.

Kontrak yang disetujui oleh Washington untuk Argentina mencakup penjualan 30 unit F-16MLU single seat, 8 unit F-16 tandem seat dari Denmark. Kemudian Lockheed P-3N Orion bekas dari Norwegia.

Selama beberapa bulan terakhir, diplomasi Amerika secara halus memihak Argentina, sebagian besar karena takut Argentina akan berporos ke Cina. Beijing telah berspekulasi menjadi pemasok potensial pesawat tempur multiperan Chengdu /PAC JF-17 Thunder sebagai alternatif dari F-16MLU.

India, di sisi lain, ingin menggunakan Argentina sebagai tempat pengujian untuk mengekspor jet tempur ringan HAL Tejas buatan dalam negeri, memposisikan dirinya melawan persaingan Cina-Pakistan. JF-17 dan Tejas, keduanya pesawat baru, adalah pesaing langsung F-16MLU bekas yang dikonversi, situasi yang tampaknya tidak dapat diterima oleh Washington.

Di sinilah diplomasi AS berperan, bertugas membuat pil ini lebih mudah ditelan oleh rekan Inggrisnya. AS bertujuan untuk menggagalkan potensi keberhasilan konsorsium Cina-Pakistan dan produsen pesawat HAL, sebuah langkah yang pasti akan beresonansi dengan London.

Baca juga: Helikopter Sea King yang Dikirim Inggris ke Ukraina Bernilai Sejarah, Pernah Dipiloti “Duke of York” dalam Perang Malvinas

Setelah AS secara resmi memberikan lampu hijau, maka Denmark akan memiliki waktu satu tahun untuk menyelesaikan kontrak penjualan dengan Argentina. Kesepakatan itu, yang meliputi persenjataan dan suku cadang, diperkirakan bernilai US$330 juta. (Bayu Pamungkas)

14 Comments