Koopsudnas Akan Diperkuat 13 Unit Radar GCI Thales GM403, Ini Kecanggihannya!
|Dari Paris, Perancis, pada 17 Mei 2022 telah dilangsungkan penandatanganan kerja sama antara Thales dan PT Len Industri. Poin dari kerja sama itu adalah terkait pengadaan 13 unit radar GCI (Ground-Controlled Interception) pesanan Kementerian Pertahanan untuk kebutuhan Koopsudnas (Komando Operasional Udara Nasional) – (d/h Kohanudnas). Yang menarik dari kerja sama ini adalah, sebagian komponen dari radar GCI dari jenis Ground Master GM403 akan dibuat di Indonesia.
Baca juga: 40 Tahun Thales di Indonesia, Pasok Sistem Radar untuk Tiga Matra TNI
Sumber dari PT Len Industri mengungkapkan bahwa kesemua radar tetap akan dibuat di Perancis, namun komponen seperti Octopark – bagian dari transmitter radar, nantinya akan dibuat oleh PT Len Industri sebagai mitra penerima alih teknologi (ToT) dari Thales. Terlepas dari kabar baik di lini hanud nasional ini, tentu menjadi pertanyaan, seperti apakah kemampuan Thales Ground Master GM403?
Thales GM403 merupakan jenis radar full digital dengan kemampuan pengukuran 3D (tiga dimensi) dalam frekuensi S-band. Termasuk keluarga radar GM400, disebut radar dengan teknologi AESA (Active Electronically Scanned Array) ini dapat mendeteksi berbagai jenis sasaran dengan presisi tinggi. Punya akurasi di kisaran 50 meter, Thales GM403 dapat mendeteksi sasaran secara instrumen dari jarak 470 km dan identifikasi sasaran dari jarak 390 km dengan tingkat akurasi 50 meter.
Situs armyrecognition.com menyebut kecepatan rotasi antena Thales GM403 adalah 6 rpm dan ketinggian deteksi radar ini mencapai 30.500 meter dengan elevasi antena 20 derajat. Fitur yang melengkapi radar ini mencakup Electronic Counter-CounterMeasures (ECCM) dan Tactical ballistic missile (TBM) detection.
Thales GM403 bersifat mobile deployment, dimana sistem radar ini dapat dipindahkan dengan dukungan kontainer ukuran 20 kaki, dan dapat diangkut dengan truk trailer 6×6 atau 8×8. Paket kontainer dengan berat 10 ton ini pun dapat dibawa masuk ke kargo pesawat sekelas C-130 Hercules. Untuk operasional, radar ini membutuhkan 4 personel, sementara deployment hanya butuh satu jam oleh 6 personel.
Sebelum nantinya dioperasikan Indonesia, Malaysia sudah lebih dulu mengoperasikan Thales GM403. Oleh Malaysia, radar ini digelar di Sarawak, yang tak lain difokuskan untuk melakukan pemantauan lalu lintas udara di Laut Cina Selatan. Radar ini dikabarkan akan melengkapi situs radar yang ada di kota Labuan dan Samarahan, sehingga memperkuat Sistem Pertahanan Udara Nasional (SPUN) AU Malaysia. (Gilang Perdana)
Alhamdulillah punya radar GCI tipe AESA tinggal tukang gebuk dan alat buat ngengebuknya mesti di tingkatkan,jadi ingat pertanyaan alm.jendral nasution kepada bung karno waktu pembelian alutsista besar besaran dari sovyet uang pembelian di dapat darimana tanya pak nas,bung karno dengan entengnya kemplang ( tipu ) aja mereka ( sovyet ).demi harga diri bangsa dan martabat negeri ini wajib pertahanan militer diperkuat
Indonesia harus punya sistem Radar super Canggih kemudian di barengi dengan kepemilikan rudal super Canggih juga saya yakin tidak ada negara lain yg berani macam-macam dengan indonesia.
Sayangnya belum bisa mengendus pesawat generasi 5 (Stealth). Setidaknya Australia, China, Singapura, . . dan negara2 di sekitaran indonesia sudah mulai pakai pesawat ini.
Makin mesra aja dgn Prancis. Pantes Italia cemburu. Kabar kerjasama dgn Leonardo gimana ya? Hehe.