Update Drone KamikazeKlik di Atas

40 Tahun Thales di Indonesia, Pasok Sistem Radar untuk Tiga Matra TNI

Indonesia termasuk negara yang mengadopsi multi vendor dalam pengadaan radar militer. Namun, dari beragam vendor radar, yang layak disebut sebagai pemain utama adalah Thales dari Perancis. Disebut sebagai vendor utama lantaran Thales telah memasok radar untuk ketiga matra TNI dan sudah eksis di Indonesia sejak awal dekade 80-an.

Baca juga: PT Len Industri Targetkan Pasok Radar Ground Control Intercept untuk TNI AU

Telah hadir 40 tahun lebih di Indonesia, Thales saat ini setidaknya sudah memasok 32 unit radar untuk kebutuhan TNI AU, TNI AL dan terakhir TNI AD. Seiring dengan ketentuan alih teknologi (ToT) dalam pengadaan alutsista di Indonesia, Thales menggandeng perusahaan dalam negeri BUMN PT Len Industri, seperti yang terbaru adalah rencana pengadaan 13 unit radar Ground Controlled Interception (GCI) pesanan Kementerian Pertahanan.

Dan dari rangkuman beberapa artikel yang telah kami muat, berikut adalah beberapa jenis radar prduksi Thales yang telah eksis digunakan ketiga matra TNI.

Radar Thomson TRS 2215/2230 untuk Satrad Kohanudnas
TRS 2215/2230 adalah debut perdana Thales saat masuk pasar radar di Indonesia pada tahun 1980. TRS 2215/2230 hadir untuk memperkuat elemen Satuan Radar (Satrad) di bawah Kohanudnas. Ada tiga varian yang digunakan TNI AU, yaitu Thomson TRS-2215 R digunakan mulai tahun 1981 dan dtempatkan di Ranai, Kupang, Dumai, dan Lhokseumawe. Lalu ada Thomson TRS-2215 D mulai digunakan tahun 1986, ditempatkan di Cibalimbing, Sabang, dan Sibolga.

Baca juga: Thomson TRS-2215/TRS-2230 – Radar Andalan Pertahanan Udara RI Era 80-an

Kemudian ada Thomson TRS-2230, mulai digunakan tahun 1987, ditempatkan di Tanjungkait. Situs armyrecognition.com menyebutkan, TNI AU memiliki 2 unit radar Thomson TRS-2215 dan 12 unit radar Thomson TRS-2230.

Radar Thomson TRS 2215.

Radar TRS 2215/2230 berfungsi sebagai radar Early Warning (deteksi dini) dan Radar GCI (Ground Control Intercept), dengan kemampuan 3 Dimensi, menggantikan radar lama Nysa buatan Polandia yang berkemampuan hanya 2 Dimensi. Bila radar TRS-2230D sifatnya adalah fixed, sebaliknya radar TRS-2215 punya kemampuan mobile. Platform radar TRS-2215 dirancang menggunakan sistem towed, artinya struktur radar yang dilengkapi roda dapat ditarik menggunakan truk.

Radar Variant untuk Kapal Cepat Todak Class
Pada tahun 1990-an, ada empat unit kapal cepat FPB-57 Nav V (Todak Class) TNI AL yang dilengkapi radar Variant buatan Thales. Variant adalah radar intai permukaan dan udara yang hadir di KRI Todak 631, KRI Lemadang 632, KRI Hiu 634 dan KRI Layang 635.

Baca juga: Thales Variant – Radar Intai Permukaan dan Udara di FPB-57 Nav V TNI AL

Dikutip dari thalesgroup.com, Variant termasuk dalam golongan radar 2D (dua dimensi). Perannya difungsikan terutama untuk helicopter direction, surface gunfire support, dan ECCM (Electronic Counter-Countermeasures). Radar Variant beroperasi di frekuensi dual band, yakni G-band dan I-band. Dari aspek kemampuan deteksi, pada sasaran udara mampu menjangkau jarak 120 km dan sasaran di permukaan pada jarak 70 km. Sementara jangkauan deteksi minimumnya ada di jarak 25 meter.

Radar ini juga sudah dilengkapi fitur IFF (Identification Friend or Foe), alhasil operator di Pusat Informasi Tempur (PIT) dapat langsung mengetahui identitas setiap sasaran di udara yang terpantau.

Radar MW08 untuk Korvet Diponegoro Class
Masuk ke awal tahun 2000-an, TNI AL mengoperasikan empat unit korvet SIGMA – Diponegoro Class buatan Belanda. MW08 berjalan di frekuensi G-band dengan power (peak) 50 kW dan mampu beroperasi penuh di segala cuaca.

Baca juga: Thales MW08 – Radar Intai Korvet SIGMA Class TNI AL

Stabilisasi antena pada radar ini menggunakan sistem hidrolik, untuk mendeteksi sasaran, kecepatan rotasi radar mencapai 27 rpm. Bagaimana dengan jangkauan deteksi radar canggih ini? Belum ada informasi yang pasti soal jangkauan, tapi merujuk ke tipe radar SMART-S yang punya spesifikasi serupa MW08, besar kemungkinan untuk medium range jangkauan deteksi sasaran bisa mencapai 150 km.

Radar Master-T untuk Satrad Kohanudnas
Di tahun 2005 – 2007, TNI AU diperkuat dengan lima unit radar Master-T. Radar ini menganut sistem tiga dimensi (ketinggian, jarak dan azimuth) dengan desain yang lebih kompak (solid state) dan beroperasi pada bandwidth 400 Mhz. Sebelumnya, radar ini berfungsi sebagai Early Warning (EW). Dikutip dari situs Kohanudnas.mil.id, disebutkan berdasar surat Pangkosekhanudnas I Nomor B/338-10/01/01/ Kosekhanudnas I, 30 September 2008 tentang Perubahan Fungsi Radar dari EW menjadi Radar Ground Control Interception (GCI).

Baca juga: Master –T: Radar Hanud Tercanggih Perisai Ruang Udara Indonesia

Dari segi jangkauan, radar dapat memindai area sejauh 444 km, sementara jangkauan minimum 8 km dengan coverage 360 derajat. Sedangkan untuk ketinggian deteksi bisa mencapai 100.000 kaki (30,48 km).

Dengan elevation coverage hingga 20 derajat, radar dapat mendeteksi keberadaan pesawat berukuran kecil dari jarak 390 km. Khusus untuk deteksi obyek berupa pesawat tempur yang punya kecepatan dan manuver tinggu, akurasi deteksi pada kisaran 30 meter hingga 200 meter pada ketinggian 2.000 kaki (0,6 km ) dengan jarak pantau efektif 100 nautical mile (185,2 km).

Radar Smart-S MK2 untuk Frigat Martadinata Class
Ada dua unit radar Smart-S yang dioperasikan TNI AL, yaitu pada KRI Martadinata 331 dan KRI I Gusti Ngurah Rai 332. Dirunut dari spesifikasinya, Smart-S MK2 adalah radar dengan kemampuan 3D (tiga dimensi) yang beroperasi di frekuensi E/F band (S-band).

Baca juga: Thales Smart-S MK2 – Radar Intai Udara dan Permukaan Andalan Frigat Martadinata Class

Dengan konsep multi beam, radar dapat menghasilkan kinerja maksimal dalam operasi jarak jauh dengan perawatan minimal. Adopsi teknologi pulse Doppler memungkinkan radar untuk menangkap sasaran kecil yang bergerak dengan kecepatan tinggi, bahkan disebut-sebut mampu mengendus sasaran berupa pesawat dan kapal permukaan yang menggunakan teknologi stealth.

Dalam operasionalnya, Smart-S dilengkapi dengan two main mode. Secara simultan Smart-S MK2 mampu mengendus sasaran di permukaan dan sasaran di udara. Untuk jangkauan sasaran udara deteksi radar mencapai 250 Km, khusus untuk memindai sasaran berupa rudal berkemampuan stealth, sistem radar bisa mendeteksi mulai jarak 50 Km. Sedangkan untuk deteksi sasaran di permukaan hingga jarak 80 Km.

Radar GroundMaster (GM) 200 untuk Arhanud TNI AD
TNI AD menjadi pengguna terbaru radar Thales di Indonesia, sejak tahun 2020, ada sembilan unit radar GM200 yang melengkapi sistem hanud pada baterai rudal Starstreak dalam platform ForceSHIELD. Radar intai yang dipasang pada dudukan truk MAN TGS 8×8, beroperasi di frekuensi S band.

Baca juga: Mengenal SHIKRA – Radar Pengendus Sasaran Untuk Rudal Starstreak TNI AD

Tentang jarak jangkau deteksi, untuk surveillance mode hingga 250 km dan engagement mode hingga 100 km. Dalam satu rotasi (40 RPM), radar mampu menjangkau sudut elevasi mulai –7 hingga 70 derajat dalam full time 3D coverage. Thales menyebut radar ini punya keunggulan high data renewal rate enabling short reaction time and fast track acquisition dan real digital stacked beam. Ketinggian deteksi pada sasaran bisa mencapai 25.000 meter.

SHIKRA dalam Exercise Wallaby 2014, di Queensland, Australia.

Yang menarik, selain dikenal sebagai GM 200, radar ini juga disebut sebagai SHIKRA. Ada yang menyebut Label SHIKRA berdasarkan nama burung (Shikra) yang banyak terdapat di Singapura. Shikra di Indonesia lebih dikenal sebagai Elang Alap. Namun SHIKRA juga dapat diartikan sebagai System for Hybrid Interceptor Knowledge of Recognised Air (SHIKRA). Meski tak menjadi pengguna Starstreak, AU Singapura (RSAF) diketahui telah mengoperasikan radar ini sejak tahun 2012 silam. Atas pesanan Singapura, kabarnya Thales telah melakukan modifikasi agar sistem radar ini dapat ideal dioperasikan di iklim tropis. (Gilang Perdana)

5 Comments