Mengenal SHIKRA: Radar Pengendus Sasaran Untuk Rudal Starstreak TNI AD
Merujuk ke informasi dari SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute), dalam daftar belanja alutsista TNI tahun 2014 mencakup lima unit sistem radar CONTROLMaster 200 untuk melengkapi platform ForceSHIELD yang terdiri dari unit penindak berupa rudal SHORAD (Short Range Air Defence) Starstreak HVM (High Velocity Missile) buatan Thales, Inggris. Masih dari SIPRI, disebutkan nantinya pihak user, yakni Arhanud TNI AD bakal dilengkapi 500 rudal Starstreak dalam 48 unit Satbak (Satuan Tembak). Starstreak dipasaran dikenal sebagai rudal MANPADS (Man Portable Air Defence Systems) tercepat, yakni mampu menguber sasaran dengan kecepatan Mach 3.5.
Baca juga: Starstreak HVM – Rudal Tercepat Arhanud TNI AD
Sebagai mitra ToT (Transfer of Technology) dalam pengadaan sistem Starstreak adalah BUMN PT Len Industri, dan kini tengah masuk dalam masa persiapan dan integrasi paket. Sebagai informasi, Indonesia menjadi negara keempat pengguna Starstreak, setelah Inggris, Afika Selatan, dan Thailand. Di artikel Indomiliter.com terdahulu, telah kami kupas tentang CONTROLMaster 200, yakni berupa command system dari keseluruhan sistem platfrom ForceSHIELD. Sementara untuk jenis radar, yang dirancang terintegrasi dengan CONTROLMaster 200 adalah GroundMaster 200 (GM 200).
GM 200 yang ditumpangi dalam wujud kontainer pada truk berpenggerak 8×8 – High Mobility Cargo Transporter (HMCT). Singapura yang telah mengoperasikan radar sejenis menempatinya dalam platform truk MAN buatan Jerman. Secara umum, radar intai ini beroperasi di frekuensi S band. Tentang jarak jangkau deteksi, untuk surveillance mode hingga 250 km dan engagement mode hingga 100 km. Dalam satu rotasi (40 RPM), radar mampu menjangkau sudut elevasi mulai –7 hingga 70 derajat dalam full time 3D coverage. Thales menyebut radar ini punya keunggulan high data renewal rate enabling short reaction time and fast track acquisition dan real digital stacked beam. Ketinggian deteksi pada sasaran bisa mencapai 25.000 meter.
Baca juga: CONTROLMaster200 – Sistem Radar Hanud Untuk Rudal Starstreak TNI AD

Baca juga: Alvis Stormer HVM – Kasta Tertinggi Peluncur Rudal Hanud Starstreak

Yang menarik, selain dikenal sebagai GM 200, radar ini juga disebut sebagai SHIKRA. Ada yang menyebut Label SHIKRA berdasarkan nama burung (Shikra) yang banyak terdapat di Singapura. Shikra di Indonesia lebih dikenal sebagai Elang Alap. Namun SHIKRA juga dapat diartikan sebagai System for Hybrid Interceptor Knowledge of Recognised Air (SHIKRA). Meski tak menjadi pengguna Starstreak, AU Singapura (RSAF) diketahui telah mengoperasikan radar ini sejak tahun 2012 silam. Atas pesanan Singapura, kabarnya Thales telah melakukan modifikasi agar sistem radar ini dapat ideal dioperasikan di iklim tropis.

Baca juga: Ini Dia! Kabar Tentang Rudal Starstreak Arhanud TNI AD
SHIKRA nampaknya cukup diandalkan Singapura, sebagai buktinya Singapura untuk pertama kalinya membawa paket radar dalam Latihan Gabungan bersama Australia – Exercise Wallaby 2014, di Queensland, Australia. Hanya dibutuhkan waktu 10 menit untuk menggelar SHIKRA dengan dukungan 4 personel, sementara awak radar ini adalah 2 personel. Untuk operator radar berada di unit kontainer (truk) yang berbeda, dan disebut sebagai CONTROLView C2. (Gilang Perdana)
indonesia darurat T.o.T Starstreak utk pengembangan rudal nasional
jngan pernah berharap dapat ToT dari inggris.
Lah itu buktinya dikasih ToT untuk integrasi radarnya
500 unit rudal cuuy..
Rugi kalau kagak nagih ToT..
Sejauh mana untuk mendeteksi STEALTH dibanding AESA ?
Sejauh hatiku dan hatinya neng rini…ahay
Stealth mungkin bisaterdeteksi. Tapi cuma sebesar bayangan burung. Nah tinggal kemampuan awaknya yang menentukan. Tinggal menganalisa ketinggian & kecepatan gerak laju bayangan burung itu..
BUkan bayangan bung, tapi RCS nya sebesar burung
jadi meskipun pesawatnya besar, berhubung Stealth maka pesawat itu menjadi sekecil burung/bola kasti di mata radar
Karena terlalu kecil, maka Radar baru bisa mendeteksi di jarak dekat saja
Dan sudah terlambat bertindak
Aslinya sama saja, AESA tidak bisa menjejak Stealth
AESA unggul dari PESA dan Radar Oldies karena susah dideteksi signalnya, anti jaming
Memang peninggalan era SBY cukup mumpuni. Minimal klo terjadi perang sungguhan, daya tangkalnya lmyan bagus. Era sekarang..? Utang aja yg semakin menumpuk, sementara u perkuatan alutsista jauh panggang dari api.
Konsep rudal berkecepatan tinggi dng 3 dart ini bagus untuk ditiru . .😐.
Utang menumpuk itu peninggalan SBY, dan dolar masih Rp. 8.000,-
Juga belum adanya UU Industri alutsista, jadi mudah sekali impor
Di era Jokowi dolar sudah 13.500
UU Industri Persenjataan sudah berlaku
Utang sdh menumpuk peninggalan SBY
Sepertinya ente harus diberi pencerahan Bung Nakedangel…hehehe
Sebelum anda bicara ngawur tanpa data, coba buka situs Bank Indonesia.
Yg anda maksud utang menumpuk dijaman SBY itu Utang pemerintah atau utang swasta.? Sebagai catatan buat anda Utang pemerintah sekarang dlam kurun waktu baru 3 tahun pemerintahan sudah 77 % besarannya dibandingkan hutang pemerintah jaman SBY yg selama 10 Tahun pemerintahan.
Dijaman SBY dibuat UU Industri Persenjataan, pelaksanaannya dijaman Jokowi. Artinya UU dibuat dan diberlakukan oleh pemerintahan yg berbeda.
Kesimpulannya, silahkan bahas alutsista saja, gak perlu merambah ke urusan politik dan pemerintahan yg anda tidak paham. dan stop membuat ujaran kebencian.
Yang ngelantur sampeyan mas
UU Industri Pertahanan BERLAKU mulai tahun kapan ?
Tolong Tunjukkan ToT di era SBY
Su-27/30 mana bung ToT nya ?
TA-50 Golden Eagle mana ToT nya ?
Silahkan tambahin sendiri.
Fanatik boleh saja, asal lihat kenyataannya
Disamping juga, era SBY adalah jaman keemasan kebangkitan Indonesia
Diakhir jabatan bpk SBY, dolar malah merangkak naik terus
Harga Alutsista Impor jelas harganya menjadi melangit
Permisi, bukan dipihak mana-mana. Tapi kayaknya TOT jaman pak SBY adalah kapal selam deh…403 dibuat di korea 100%, 404 dibuat di korea bersama teknisi PT. PAL, 405 di Surabaya
@Oto
Kontrak Changbogo akhir tahun 2011, molor tahun 2012, molor lagi tahun 2013, sambil kapal dibuat, ada tambahan dan beberapa berubahan di akhir tahun 2014 bahwa kapal ke tiga harus dibangun di Indonesia, perundingan terus berjalan sampai fix tahun 2015
Kapal pertama baru dikirim tahun 2017/2018
Tank Leopard, Heli Apache, Super Tucano, F-16 Refurbish juga di era SBY
Jaman pak jokowi hanya meneruskan dari era sebelumnya belum ada pembelian alutsista yg gahar dijaman beliau tapi yang jelas mau dijaman sby atau jokowi buat beli alutsista tetap uang negara wkwkwkwkwkwk
@Uuupssssst
Diakhir jabatan pak SBY dolar merangkak naik melambung tinggi
Diakhir jabatan pak SBY UU Industri pertahanan yang mengharus ToT diberlakukan
Yang ketiban apes justru penggantinya
– Harga alutsista Impor NAIK luar biasa
– Perlu negoisasi yang super alot untuk (WAJIB) dapat ToT
santai aja bung gak usah ngotot gitu.
Terbukti soal hutang ente sdh salah
Soal TOT, demi kemandirian alutsista itulah maka disusun UU nya. Gak mungkin nyusun UU hanya sim salabim tiba2 nongol jaman jokowi. Trus TOT kapal jenis LHD jaman siapa ya.? hehehe
Trus TOT Kapal Sigma 10514 jaman siapa ya.? hehehe
Si encang bogo dpt TOT jaman siapa ya? hehehe
IFX kerjasama dengan Korsel jaman siapa ya.? hehehe
Jadi gak perlulah mengungkit ungkit itu kerja pemerintahan siapa, yg penting demi kemandirian alutsista Indonesia.
Masing2 pemerintah berjasa pada eranya, jd stop mengkotak kotak
Hilangkan menebar ujaran kebencian, fokus saja bicara alutsista. OK broo.? Salam NKRI
@bank Ruskye
Anda ngeyel sekali ya
“Hilangkan menebar ujaran kebencian, fokus saja bicara alutsista. OK broo.? Salam NKRI”
BUKANKAH ITU ANDA SENDIRI ?? aneh sekali
Dolar naik pasti para pemerhati valas dan Pemodal mencium bau tak sedap dari pemerintah
BI mengeluarkan data, namun TIDAK DIPERCAYA oleh pihak luar
itulah mengapa salah satu alasan DOLAR NAIK
Sama kasusnya dengan Krisis moneter jaman pak harto, yang tak sanggup bayar hutang
Sama juga kasus krisis Yunani, yang tak sanggup bayar hutang
Kapal sigma sudah saya bahas diatas (malas sekali Anda)
Kapal selam Changbogo juga sudah saya bahas di atas
IFX itu kerjasama bukan ToT, sama dengan CN235 di jaman pak harto, jelas butuh modal RISET yang besar
Lucu sekali mencampur adukkan masalah
Pembelian di era jokowi alutsista apa saja yg sudah di tandatangani kok kayay cuma akan,akan,dan akan sudah 3 tahun lo masa pemerintahan y gak ada pembelian yg wah, padahal sudah mef 2, beda waktu pembelian alutsista di waktu sby banyak bangets asean sampai gemuruh sampai ada yg protes
@me/dul
Alhamdulillah, keluhan mas-mas didengar pemerintah…pemenuhan mef kedua segera bergulir.
Fokusnya disesuaikan dg ancaman terkini, termasuk yang bersifat esensial namun terabaikan sejak lama yaitu pasukan2 yang ada dilapangan(lintas matra)&mabes bisa saling terintegrasi dg apik…walopun pembangunannya bisa berlangsung hgg mef berikutnya
Di era SBY belum ada UU Industri Persenjataan yang mensyaratkan ToT
Lihat saja Su-27/30 tanpa ToT
Kapal Corvet Sigma pun tanpa ToT
Tank dan Artileri pun dan seterusnya ngak ada sama sekali
Disamping itu Dolar masing Rp. 8000 an
Di era Jokowi UU Industri pertahanan sudah berlaku, jadi tidak segampang dulu lagi
Belum lagi dolar sudah Rp. 13.500, sehingga harga Alutsista Impor melijit tinggi sekali
Gundul mu iku Era SBY ga tot yg mecanangkan malah SBY bos,fanatik boleh tapi jgn berlebih hingga menjatuhkan org lain semua presiden sama ada baik buruk mereka MANUSIA,maaf bung saya netral,tapi rada benci org seperti anda berkutat di mencela dalam politik tapi ga memikirkan kemajuan bangsa ini,disini bukan forum politik jadi dewasalah atau pergilah.
Kalau bicara yang sopan mas
Yang fanatik juga siapa ???
Anda sendiri yang jelas kelihatan fanatik (anda emosi kasar)
Jangan bawa politik di sini
UU Industri pertahananan berlaku mulai tahun berapa ? silahkan di google saja
Lihatlah realita
tolong tunjukkan bukti ToT dari era SBY
Sigma itu tot dijamannya siapa???
@Uuupssssst
Kontrak 2 unit pertama di jaman bu mega
Kontrak 2 unit tambahan tahun 2005
Kontrak 2 unit tambahan inilah yang diperdebatkan, karena GAGAL membawa ToT ke Indonesia, sehingga tetap dikerjakan di Belanda
Beberapa analis Indonesia marah atas hal ini, sehingga pihak Schelde Naval Shipbuilding melakukan Press Conference untuk pembuktian bahwa TIDAK ADA KONTRAK 2 UNIT DI BUAT DI INDONESIA
Tahun 2005 Presidennya siapa ya ??? kalau boleh tahu ?
Sayangnya cuma Shorad melulu, plus dgn tot yang dipertanyakan??? Tetangga2 kita sdh medium SAM bahkan ada yg long range SAM sekelas S300, standar missile dan aster 30. Kpn indo belinya???
Apanya yang dipertanyakan, sudah jelas kok
sekarang sudah selesai dan persiapan integrasinya sudah mulai berjalan
halo @Om admin…….
Gimana nih perkembangan medium SAM kita, apa udah ada gambaran calon produsen mana yg bakal dipilih??
Belum ada yang dipilih, meski yang paling banyak dibicarakan NASAMS http://www.indomiliter.com/nasams-sistem-hanud-jarak-medium-impian-arhanud-indonesia/
yang menang nasams. sudah dari akhir mei penetapan pemenangnya. juli ini dibikin surat penetapannx. masalah kontraknya kapan tanyakan pada rumput yg bergoyang
akhirnx nongol lagi karena kesibukan
sepertinya dari MANPAD…
KANON atawa pertahanan titik sudah ad smua…..
MEDIUM sama LONG SAM HANUD YG BLUM ADA KABAR BERITANYA….????
DANA CEKAK….Anggaran trbatas….
Pernah jokowi ngomong akan naikan dana TNI 200 triliun ,
ADMIN apa aja siih alutsista yg di beli ers jokowi,….
http://www.indomiliter.com/nasams-sistem-hanud-jarak-medium-impian-arhanud-indonesia/ seingat saya jaman sby.
su35 …. nga tahu kpn mau tanda tangan. sampai sampai panglima TNI ngemis ke mega.
Namanya juga uang cekak…harus sabar menabung
menanti NASAMS
TOT yang sukses baru PINDAD (senapan, anoa, badak) dan PAL (KCR-60, SSV, LPD).
Rudal (PETIR) sudah ada yang bisa bikin, tapi anehnya malah dimatikan, bukannya dikembangkan.
Pengintegrasian itu bukan tot unt kemandirian. Wajar klo beli dikasih tau cara makenya sbg operator. TOT ya harus bisa buat sendiri dan mengembangkannya. Jd jelas yg kita butuhkan adalah TOT pembuatan bukan sekedar pengintegrasian.
Maksud anda Pengintegrasian itu yang bagaimana, kok disamakan dengan Cara Pakai sebagai operator
Jangan disamakan Pengintegrasian Produksi dengan Pengintegrasian User.
dan kita punya duit berapa kok minta aneh-aneh dengan ToT
PT. LEN selain mengintegrasikan, juga kebagian pengembangan Radar GM200, terutama pada Integrasi Pertahanan Nasional
juga Perbaikan apabila terjadi kerusakan ringan-sedang diserahkan semua pada PT. LEN
Bandingkan saja dengan Rusia, Su-35 masih mbulet masalah ToT dan harga, sudah mahal pelit lagi.
untung saja sekarang hampir clear, kita tunggu saja ToT nya bagaimana
Jangan sampai seperti India yang di grogoti habis uangnya, tambah tambah dan tambah lagi
Beli mesin Su-30MKI susahnya minta ampun
haduh – haduh …… Abang- Abang dibawah ini pada ributin apa sih, kok pada ribut sendiri, bahas Alutsista aja kaya biasanya, ga usah kaya org abis patah hati gitu ah……
semuanya pake proses…..ingat bikin KTP yg kecil itu aja ribet apa lg itu beli senjata yg bentuk nya besar
kalo mau debat nanti aja low udah mau pemilu