Thomson TRS-2230D – Radar Intai Strategis Pelindung Ruang Udara Ibu Kota

Tanpa banyak disadari warga Jakarta dan sekitarnya, ada satuan tugas TNI yang secara terus-menerus memonitor ruang udara ibu kota, siang malam dan dalam cuaca apa pun, satuan ini melakukan tugasnya selama 24 jam. Inilah yang dikenal sebagai Satuan Radar (Satrad) 211 Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional) yang berlokasi di Tanjung Kait, Tangerang, Banteng.

Baca juga: Thomson TRS-2215/TRS-2230 – Radar Andalan Pertahanan Udara RI Era 80-an

Radar yang terpasang di Satrad 211 terbilang unik, lantaran tipe yang digunakan hanya satu-satunya di arsenal Kohanudnas. Dalam buku “Kohanudnas – Siaga Senantiasa” karya mantan Pangkohanudnas, Marsda TNI Purn. Wresniwiro, disebutkan Satrad 211 saat ini menggunakan radar jenis Thomson TRS 2230D buatan Perancis. Setelah sebelumnya Satrad 211 menggunakan jenis radar Decca dan radar Plessey.

Radar ini didatangkan pada era booming harga minyak dunia, yaitu pada awal dekade 80-an yang masuk pada Rencana Strategis II (Renstra II), Indonesia memilih radar tipe TRS-2215 dan TRS-2230 buatan Thomson-CSF (sekarang – Thales). Radar-radar tersebut diakuisisi untuk menggantikan radar lama jenis Decca, Plessey dan Nysa-B.

foto-foto: istimewa

Awalnya Indonesia berencana membeli 14 unit radar dari Thomson, namun pada kenyataan yang dibeli hanya 8 unit, dengan perincian 4 unit tipe radar TRS-2215R, 3 unit radar TRS-2215D dan 1 unit radar TRS-2230D. Radar TRS-2215 series dicirikan sebagai radar mobile yang dapat dipindah-pindahkan. Sementara yang jadi ciri khas Satrad 211 adalah sebagai satu-satunya pengguna radar TRS 2230D, dimana ini merupakan jenis radar yang tidak dapat dipindah-pindahkan (fixed radar).

Mengemban peran vital dalam mengawasi ruang udara pertahanan di ibu kota, Satrad 211 mempunyai peran strategis, karena Satrad ini harus memantau dan mengawasi bila ada pesawat gelap yang melintas di Indonesia, khususnya Jakarta sebagai ibukota negara. Satrad ini melakukan pengamanan udara dari pesawat pesawat asing (black flight) yang melintas.

Dari spesifikasi, Thomson TRS-2230D merupakan radar generasi ketiga. Radar ini dapat menampilkan data azimuth, jarak dan ketinggian sasaran yang terdeteksi, serta dapat bekerja dalam segala kondisi cuaca baik siang maupun malam.

Peran TRS-2230D bukan hanya sebagai radar hanud, melainkan juga mengembang fungsi sebagai Early Warning/EW (peringatan dini) dan Ground Control Interception/GCI (penuntun pesawat buru sergap) yang mempunyai kemampuan komunikasi Ground to Air.

TRS 2230D juga dilengkapi dengan Secondary Surveilance Radar yang digunakan untuk membedakan pesawat kawan dengan pesawat lawan – Identification Friend and Foe (IFF). Bagian-bagian dari Radar TRS-2230D adalah Antenna Unit, Transmitter Unit, Receiver dan Prosessing Unit, Fix Control dan Reporting Centre (FCRC).

Mengutip dari forecastinternational.com, disebut bahwa radar 3D (tiga dimensi) ini menggunakan antena planar phased-array. Dimensi antena radar adalah 5 x 5,5 meter. Radar yang berotasi 6 rpm ini beroperasi di frekuensi E/F band dengan bandwidth 200 Mhz. Bicara soal kemampuan, TRS-2230D dapat mendeteksi sasaran hingga ketinggian 30.000 meter dan jangkauan deteksi sasaran udara berukuran 2sq meter dari jarak 367 km.

MLAAD-SR Kohanudnas.

Baca juga: Radar AWS-2 Kohanudnas ‘Kawal’ Ground Breaking Bandara Kulon Progo

Radar dengan elevation coverage 20 derajat ini mampu melakukan monitoring meliputi wilayah Utara sampai Pulau Sumatera bagian Selatan, Pulau Bangka dan Belitung. Wilayah Timur sampai Semarang dan Yogyakarta. Wilayah Selatan sampai pertengahan perbatasan Pulau Jawa dengan Pulau Chrismast dan wilayah Barat sampai Samudra Hindia.

Selain Indonesia, radar hanud TRS-2215/2230 series juga diakuisi oleh Kuwait, Brasil dan India. Karena tergolong tua, saat ini jenis radar TRS-2230D sudah tidak lagi diproduksi. (Haryo Adjie)

7 Comments